Senin, 20 Juni 2022 18:40 WIB
Penulis:Sutan Marajo
Editor:Redaksi
Pasar kripto ditengarai memiliki potensi untuk memasuki fase crypto winter karena anjloknya harga Bitcoin yang nilainya mencapai US$17.000-an pada Minggu dini hari. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan oleh investor?
VP Marketing Tokocrypto Adytia Raflein mengungkapkan bahwa industri aset kripto global kemungkinan sedang memasuki fase crypto winter karena kondisi makroekonomi dan geopolitik yang membayang-bayangi.
“Sentimen pasar kripto global kini memasuki masa yang tertekan ditandai dengan ketakutan yang ekstrem, dan gejolak ekonomi global baru-baru ini menambah perubahan secara menyeluruh di industri. Investor harus melakukan penyesuaian dengan kondisi market untuk tetap mendapatkan profit dalam jangka pendek maupun panjang,” tutur Adytia.
Adytia pun mengatakan, investor perlu memahami bahwa fenomena crypto winter bukan akhir dari segalanya. Bahkan, secara historis, crypto winter selalu diikuti oleh kenaikan kuat yang bahkan bisa membuat Bitcoin mencapai level tertinggi sepanjang masa (all-time high).
Adytia menyarankan kepada para investor untuk tetap berkepala dingin, mencoba menilai situasi secara objektif, dan tidak mudah terbawa emosi ketika portofolio hancur.
"Mengelola emosi selama bear market terjadi tidaklah mudah. Oleh karena itu, harus tetap tenang dan mengingat kembali tujuan investasi di kripto sejak awal,” ungkap Adytia.
Ketika pasar kripto diterpa tren bearish, pergerakan harga cenderung lebih sulit diprediksi. Menurut Adytia, strategi dollar cost averaging (investasi yang dilakukan secara rutin dan konsisten dalam setiap periode) dan buy the dip banyak diadopsi oleh para investor di masa musim dingin kripto.
“Strategi ini sendiri dapat menjadi peluang yang menguntungkan ketika market kembali bull run. Sampai saat ini, DCA telah terbukti bisa meningkatkan nilai investasi dalam perdagangan kripto, jika melihat historis sacara market bearish beberapa waktu lalu,” ucap Adytia.
Strategi short selling (jual beli dalam jangka pendek) pun bisa diterapkan saat pasar kripto sedang menunjukkan kinerja yang buruk. Meski demikian, diperlukan analisis yang mumpuni untuk memprediksi pergerakan harga.
Riset juga menjadi sangat penting untuk dilakukan para investor. Sebaiknya investor mempelajari kembali berbagai jenis aset kripto yang aat ini tersedia di pasar atau mencari lebih banyak strategi untuk memitigasi risiko.
“Jadi, pastikan investor lakukan analisis mengapa harga turun, dan gali lebih dalam alasannya, dan tidak lupa untuk melakukan diversifikasi investasi di berbagai aset kripto, jangan fokus pada jenis-jenis kripto tertentu saja,” pungkas Adytia.
Berdasarkan pantauan Coin Market Cap, Senin, 20 Juni 2022 pukul 15.00 WIB, Bitcoin (BTC) tengah menduduki posisi harga US$20.351 atau setara Rp301,9 juta dalam asumsi kurs Rp14.836 perdolar Amerika Serikat (AS) dengan kenaikan 10,63% dalam 24 jam terakhir.
Meskipun alami pemulihan setelah anjlok hingga level US$17.000-an pada hari sebelumnya, trader Tokocrypto Afid Sugiono menilai bahwa Bitcoin masih mengalami tekanan.
Kenaikan yang terjadi dalam sehari ke belakang pun disebabkan oleh banyaknya investor yang melakukan strategi buy the dip (membeli saat harga murah dan menjualnya ketika sudah naik).
“Bitcoin masih dalam tekanan. Target pergerakan Bitcoin kini akan menuju penurunan hingga US$19.000 (Rp281,8 juta)-US$15.500 (Rp229,9 juta) dalam beberapa waktu ke depan. Prospek bearish juga tampak berlanjut untuk menemukan bottom yang sebenarnya,” ujar Afid dalam keterangannya, Senin, 20 Juni 2022. (TrenAsia.com)