penelitian
Kamis, 28 Maret 2024 15:27 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Para peneliti mempertanyakan ide bahwa pikiran logis merupakan satu-satunya cara untuk mengambil keputusan yang baik. Mereka juga menyoroti bahwa emosi juga sangat mempengaruhi bagaimana kita memilih, seperti yang terbukti dalam studi penilaian wine di mana harga wine memengaruhi seberapa nikmat rasanya.
Studi menunjukkan bahwa orang merasa lebih senang dengan wine yang mereka kira lebih mahal, menunjukkan bahwa harapan dan emosi memengaruhi bagaimana kita menilai nilai suatu barang.
Penelitian ini dilakukan oleh Profesor Baba Shiv. Ia adalah seorang Profesor Pemasaran di Sekolah Bisnis Pascasarjana Stanford. Selama kariernya, dia telah meneliti bagaimana struktur otak yang terkait dengan emosi memengaruhi cara kita membuat keputusan.
Salah satu studi Shiv melibatkan penikmat wine dan cara otak mereka merespons wine dengan harga yang berbeda. Meskipun sebenarnya wine yang mereka cicipi sama, subjek lebih menikmati wine yang mereka kira lebih mahal.
"Ini menunjukkan bahwa otak kita merasakan lebih banyak kesenangan saat kita berpikir kita sedang minum wine mahal," kata Shiv.
Temuan ini membuat kita berpikir kembali tentang seberapa besar kita bergantung pada logika, dan menekankan bahwa keterlibatan emosi penting untuk memastikan kita percaya pada keputusan yang kita buat.
Melaui penelitian ini para peneliti menyarankan agar kita menggabungkan insting dan intuisi dalam proses pengambilan keputusan.
Meskipun kita sering diajarkan untuk berpikir logis, penelitian menunjukkan bahwa emosi juga sangat memengaruhi cara kita membuat keputusan. Studi menunjukkan bahwa hanya sekitar 5 hingga 10% keputusan yang benar-benar didasarkan pada logika.
"Emosi memiliki pengaruh yang besar pada keputusan kita, dan kita sering tidak menyadarinya," kata Shiv.
Nyatanya emosi membantu kita memiliki keyakinan dalam keputusan yang kita buat, sehingga kita merasa yakin dengan pilihan kita. Ini menunjukkan bahwa merasa yakin dengan keputusan kita sama pentingnya dengan keputusan itu sendiri.
Dalam menjelajahi cara kompleks otak memilih di antara berbagai pilihan, Shiv menemukan bahwa emosi memainkan peran besar. Shiv menyarankan agar kita mempertimbangkan emosi dan insting kita, bukan hanya mengandalkan akal kita.
"Kita diajari sejak kecil bahwa kita harus berpikir secara logis dalam membuat keputusan penting," kata Shiv. Namun menurutnya, kita juga harus mempertimbangkan emosi kita, karena kita berevolusi bersama dengan emosi.
Selain itu, emosi juga membantu kita memiliki keyakinan dalam keputusan kita. "Jika Anda merasa yakin dengan keputusan Anda, Anda lebih mungkin untuk bertahan dan melanjutkan," kata Shiv.
Banyak orang mungkin menganggap bahwa berpikir logis adalah satu-satunya cara untuk membuat keputusan yang baik. Namun Shiv mendorong kita untuk mempertimbangkan perasaan kita juga. Jika kita ingin membuat keputusan yang lebih baik, kita harus menggabungkan logika dengan emosi kita.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 27 Mar 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 28 Mar 2024
7 bulan yang lalu