Alhamdulillah, Rumah Pemulung di Padang yang Rapuh itu Telah Diperbaiki

Selasa, 28 Juli 2020 03:31 WIB

Penulis:Sutan Kampai

Kondisi rumah pemulung di Ulu Gadut Padang sebelum dibedah/Foto: ist
Kondisi rumah pemulung di Ulu Gadut Padang sebelum dibedah/Foto: ist

KabarMinang.idAda sebuah rumah yang terlihat begitu rapuh berdiri di RT01/RW02, Jalan Baru, Depan PDAM Ulu Gadut, Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang.

Rumah itu, bukan tidak berpenghuni. Tapi rumah itu ditempati oleh pasangan keluarga sehari-hari jadi pemulung.

Kondisi rumahnya bisa dibilang tidak layak untuk dihuni. Atap rumahnya bocor, bila hujan turun, rumah itu bukannya tempat berteduh, tapi malah seisi rumah kebasahan.

Rumah yang dimiliki oleh Zulfat Hengki bersama istrinya bernama Marianisi ini, juga tidak didukung dengan fasilitas rumah seperti kamar mandi, WC dan dapur. Bahkan untuk mandi, cuci, kakus (MCK), Ia bersama keluarganya harus pergi ke Sungai Ulu Gadut yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumahnya.

Pria berusia 61 tahun itu mengakui sudah 30 tahun lebih tinggal di rumah itu. Pak Jun sendiri adalah warga pribumi Nagari Limau Manis Selatan yang merupakan bagian dari masyarakat lingkungan PT Semen Padang.

Ia bersama istrinya, dikaruniai lima orang anak. Dua di antaranya meninggal dunia karena kecelakaan di kawasan Ladang Padang beberapa tahun lalu.

"Di rumah ini selain saya dan istri, dua anak saya yang perempuan juga tinggal di rumah ini dan yang laki-laki tinggal di rumah istrinya di Surian, Kabupaten Solok. Alhamdulillah, anak saya yang perempuan sudah bekerja membuat keripik kentang di Perumnas HO, Indarung dan satu lagi kerja membuat serbet (sapu tangan) di kawasan Aur Duri," kata dia, Senin 27 Juli 2020.

Selain memulung, Pak Jun mengakui bahwa dirinya kadang-kadang juga bekerja membuat batu giling cabe di kawasan sungai Ulu Gadut ini. Untuk membuat satu buah batu giling cabe, Ia pun digaji Rp65 ribu, tergantung ukurannya. Namun begitu, kerja membuat batu giling cabe bagi Pak Jun, cukup menguras tenaga.

"Usia saya kan sudah kepala enam. Dan, tentunya membuat batu giling cabe bagi saya cukup melelahkan, apalagi proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama," ujar dia.

Ia mengaku sangat menginginkan agar rumahnya itu bisa diperbaiki, setidaknya atap yang bocor sudah bisa diganti dengan atap yang lebih baik. Namun ekonomi Pak Jun tidak mampu mewujudkan rencananya itu.

Dari kondisi rumah demikian, membuat PT Semen Padang turut prihatin. Melalui bantuan bedah rumah dari Unit Pengumpul Zakat (UPZ), akhirnya rumah Pak Jun dibedah dengan dana Rp18 juta.

Kepala Pelaksana Harian UPZ Baznas Semen Padang Muhammad Arif mengatakan bahwa bantuan bedah rumah milik Zulfat Hengki itu merupakan salah satu dari lima program UPZ Baznas Semen Padang, yaitu program Bidang Kemanusiaan yang di dalamnya terdapat program Bedah Rumah.

Selain bedah rumah, juga ada beberapa program yang ada pada Bidang Kemanusiaan. Di antaranya, penyaluran bantuan biaya hidup rutin dan non rutin, peduli hunian, rehab sedang dan ringan, serta bantuan bencana alam.

"Program bedah rumah ini, sudah berlangsung sejak 1996 dan program ini termasuk program unggulan UPZ Baznas Semen Padang selain bantuan pendidikan dan bantuan modal usaha untuk kaum dhuafa," kata Muhammad Arif.

Selain rumah milik Zulfat Hengki, UPZ Baznas Semen Padang untuk bulan Juli ini juga melakukan bedah rumah warga. Dua di antaranya berada di Kecamatan Pauh, yaitu di Lubuk Perahu Batu Busuk, Kelurahan Lambung Bukit dan di Lubuk Gajah, Kelurahan Pisang.

"Kemudian satu rumah lagi, berada di Kelurahan Padang Besi," pungkas Muhammad Arif.

Dengan telah dibedahnya rumah Pak Jun ini, sekarang semua sarana sudah di rumah itu sudah ada. Bahkan keluarganya tidak harus lagi MCK di sungai. Istri Pak Jun, Marianis juga mengaku bersyukur atas bantuan bedah rumah dari UPZ Baznas Semen Padang.

"Kami sama sekali tidak terpikir kapan kami punya rumah seperti ini, karena untuk kebutuhan makan sehari-hari saja kami susah mencarinya," kata Marianis.

Meski bentuk rumah yang direhab UPZ Baznas Semen Padang nampak sederhana, tapi bagi wanita berusia 54 tahun itu, kondisi rumah yang sekarang ini jauh lebih baik dari rumah sebelumnya.

"Kalau dulu, rumah kami hanya kecil dan sudah reot. Sekarang setelah dibedah, rumah kami menjadi lebih besar dan sangat layak untuk kami tempati," ujarnya.