Bahaya Baterai Kendaraan Listrik Jika Tidak Dikelola dengan Tepat

Jumat, 23 Februari 2024 08:53 WIB

Penulis:Redaksi Daerah

Editor:Redaksi Daerah

Bahaya Baterai Kendaraan Listrik yang Dibuang Sembarangan
Bahaya Baterai Kendaraan Listrik yang Dibuang Sembarangan (null)

JAKARTA - Peralihan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) ke kendaraan listrik (Electric vehicle) terus dikebut pemerintah demi transisi energi bersih. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan tersebut memiliki konsekuensi tersendiri, yaitu soal sampah baterai kendaraan listrik. Lalu, akankah sampah baterai kendaraan listrik turut menjadi masalah ke depannya?

Meskipun mobil listrik bisa mengurangi emisi karbon CO2 selama masa pakainya, namun komponen utamanya yaitu baterai tetap meninggalkan jejak lingkungan yang sangat besar.

Riset dan studi yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan potensi limbah yang perlu diwaspadai. Tidak hanya baterai bekas pakai, melainkan juga limbah dari proses produksi baterai, serta limbah dari proses daur ulang baterai yang mengandung logam berat dan bahan kimia berbahaya.

Saat ini baterai ion litium (Li) merupakan jenis yang paling banyak dipakai oleh mobil listrik, permasalahannya, baterai litium sangat susah didaur ulang. Baterai Li biasanya lebih besar, lebih berat, jauh lebih kompleks dan berbahaya bila dibongkar dengan cara yang salah.

Beberapa bahan yang digunakan dalam LIB, seperti logam berat dan elektrolit, dapat menimbulkan ancaman bagi ekosistem dan kesehatan manusia.

Jika LIB bekas dibuang begitu saja dan ditimbun dalam jumlah besar, ini dapat menyebabkan infiltrasi logam berat beracun ke dalam air bawah tanah, yang mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Demikian pula jika LIB bekas dibakar sebagai limbah padat, hal tersebut akan menghasilkan sejumlah besar gas beracun.

Cara Daur Ulang

Melansir The Science, Ada dua metode yang dikenal sebagai pirometalurgi dan hidrometalurgi. Metode pirometalurgi, di mana pendaur ulang pertama-tama merobek sel secara mekanis dan kemudian membakarnya, meninggalkan plastik, logam, dan lem yang hangus.

Sebaliknya, metode hidrometalurgi melibatkan pencelupan bahan baterai ke dalam kolam asam, menghasilkan cairan yang mengandung logam. Terkadang kedua metode tersebut digabungkan.

Dengan kata lain, metode Pyrometalurgi membakar baterai bekas menjadi ampas atau terak, dan hidrometalurgi melarutkannya dalam asam. Keduanya bertujuan untuk mengekstraksi bahan katoda. 

Ideal adalah daur ulang langsung, yang akan memulihkan katoda secara utuh. Namun agar daur ulang dapat dilakukan, biayanya harus bersaing dengan bahan-bahan yang di tambang.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 23 Feb 2024 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 23 Feb 2024