finansial
Selasa, 29 Oktober 2024 09:46 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Properti tampaknya masih menjadi salah satu pilihan investasi menggiurkan. Properti diyakini nilainya akan terus naik, bahkan saat pasar lesu. Namun tentu saja membeli ruko atau menyewanya tak bisa sembarangan.
Konsultan pemasaran properti di Jabodetabek Ray Pratomo menyebut, di Gading Serpong, Tangerang, misalnya, ruko yang dijual indent atau masih berupa gambar dengan janji serah terima kemudian dihargai sekitar Rp2,4 miliar bisa naik jadi Rp4 miliar.
“Naiknya enggak kira-kira. Padahal laku Rp3,5 miliar saja kita sudah terimakasih banget,” ujarnya dalam keterangan resmi Senin 28 Oktober 2024.
Saat ini menurutnya ruko untuk kuliner dan beragam usaha terkait gaya hidup warga urban semakin banyak peminatnya. Fenomena ini terjadi di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) serta pusat-pusat pertumbuhan baru seperti Kota Tangerang yang kian dilirik perusahaan multinasional.
Lebih lanjut katanya , untuk daerah sub urban, Bintaro-Serpong-Gading Serpong terbilang paling berkembang pesat dibanding daerah penyangga Jakarta lain, seperti Depok, Bogor dan Bekasi. Pasar ruko di wilayah tersebut.
Pertumbuhan sektor perkantoran, creative space di kawasan dekat township atau perumahan berskala kota yang bisa jadi pilihan kaum muda yang belum mampu menjangkau harga rumah di township seperti Paramount Gading Serpong, BSD City, Bintaro Jaya dan Alam Sutera itu, mendorong demand atau permintaan ruang komersial seperti ruko cukup tinggi.
Selain itu, daya beli warga Kota Tangerang Raya juga cukup tinggi dan cukup banyak yang melirik ruko sebagai salah satu alternatif investasi.
Alasan lain, bahwa konektivitas dan aksesibilitas yang sangat tinggi antar proyek skala kota membuat sebuah kawasan semakin terbuka dan mendorong perekonomian di kawasan itu semakin tumbuh lebih cepat.
Menurutnya, kendati tidak melonjak-lonjak seperti tahun 2011-2013, secara umum properti di kawasan Tangerang masih cukup baik dan masih menawarkan pertumbuhan harga.
Namun membeli ruko jangan asal comot. Tak ada perhitungan bisa-bisa boncos alias merugi karena rukonya jadi ‘sarang hantu’ atau tak hidup lantaran kawasannya tidak berkembang.
Pakar properti kawakan sekaligus Direktur Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), Panangian Simanungkalit, menyebut ada sejumlah faktor penting sebelum membeli ruko.
“Pastikan anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan ke diri sendiri. Satu, apa tujuan beli ruko. Ruko adalah bangunan multifungsi, jadi pastikan Anda tahu apa tujuannya. Apakah mau menggunakannya sendiri, atau langsung menyewakannya," lanjutnya
Kedua, seberapa besar ruko yang dicari. Ini karena ukuran ruko menentukan harga serta kegunaannya. Fakta bahwa ukuran ruko anda akan menentukan jenis klien, harga sewa dan faktor lain.
Ia juga tegas mengatakan, lokasi menentukan kualitas dan keuntungan ruko. Membeli ruko di kawasan yang sudah ramai beda dengan membelinya di area yang baru akan berkembang. Lokasi ruko yang dekat jalan besar atau area perumahan dinilai memiliki potensi bagus untuk berbisnis.
Developer juga mengupayakan kawasan agar hidup dan ramai dengan membuka akses jalan baru, infrastruktur terus diperbaiki dan menumbuhkan captive market melalui pengembangan area-area komersial di tengah lingkungan hunian. Dampaknya, ekosistem bisnisnya tetap terjaga dalam jangka panjang. Di sisi lain, produknya juga mesti berbeda tapi tetap sesuai dengan selera masyarakat.
Secara umum, kata Panangian, keuntungan investasi properti baik ruko maupun rumah bisa diperoleh dari surplus kenaikan harga atau capital gain, hasil sewa (yield) atau yang paling bagus dari keduanya.
“Capital gain harus di atas laju inflasi. Sedangkan yield sangat tergantung jenis propertinya. Kalau rumah yield 3-5 persen per tahun sudah bagus, sedangkan ruko di kisaran 8-10 persen per tahun,” pungkasnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 29 Oct 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 29 Okt 2024