Diburu Banyak Negara, Ini Alasan Nikel Jadi Primadona

Selasa, 17 Juni 2025 10:46 WIB

Penulis:Redaksi Daerah

Editor:Redaksi Daerah

Mengapa Nikel Jadi Primadona Dunia? Ini Penjelasannya
Mengapa Nikel Jadi Primadona Dunia? Ini Penjelasannya (TrenAsia/Debrinata)

JAKARTA – Nikel adalah logam alami yang memiliki beragam karakteristik istimewa dan nilai ekonomi tinggi. Logam ini berwarna putih keperakan, dikenal tahan karat, kuat, fleksibel, mudah dibentuk, bersifat katalitik, serta sepenuhnya dapat didaur ulang.

Menurut informasi dari Brunel, nikel juga memiliki kestabilan pada suhu tinggi, mudah dipadukan dengan logam lain, dan termasuk dalam kelompok unsur langka yang bersifat magnetik pada suhu ruang.

Berkat karakteristik tersebut, nikel telah digunakan secara luas di berbagai sektor industri dan konstruksi, serta kini semakin banyak dimanfaatkan dalam pembuatan baterai untuk kendaraan listrik.

Inti bumi diperkirakan sebagian besar terbuat dari nikel dan besi, dan unsur nikel juga banyak ditemukan di kerak bumi. Bahkan, nikel merupakan unsur kelima yang paling melimpah di bumi.

Nikel juga bisa ditemukan dalam meteorit—salah satu cadangan nikel besar di Kanada diduga berasal dari meteorit raksasa yang menghantam bumi ribuan tahun lalu. Indonesia memproduksi sekitar 2,2 juta metrik ton nikel pada tahun 2024, yang mencakup lebih dari 50% dari total produksi global.

Dengan capaian tersebut, Indonesia menempati posisi teratas sebagai produsen nikel terbesar di dunia, jauh mengungguli negara lain, dan menjadi contoh nyata negara yang ingin memanfaatkan peluang besar dari melonjaknya permintaan nikel.

Dilansir dari Investing News, Indonesia juga memiliki cadangan nikel mencapai 55 juta metrik ton.

Produksi logam dasar Indonesia telah tumbuh pesat dari produksi tahun 2017 sebesar 345.000 metrik ton. Negara ini secara aktif membangun industri baterai kendaraan listriknya, dan kedekatan Indonesia dengan China, pemimpin dunia saat ini dalam manufaktur kendaraan listrik, menjadikannya lokasi yang ideal.

Pada bulan Mei 2021, negara ini menyambut baik dimulainya pengoperasian pabrik pertamanya untuk memproses nikel guna digunakan dalam baterai kendaraan listrik.

Menurut laporan Euronews awal tahun 2023, dalam kurun waktu tiga tahun, Indonesia telah menandatangani lebih dari selusin kesepakatan bernilai lebih dari US$15 miliar dengan berbagai produsen global terkait bahan baku baterai dan produksi EV.

Salah satu produsen otomotif besar dunia, Ford, mengumumkan pada Desember 2023 bahwa mereka akan mengambil bagian langsung dalam proyek pabrik baterai nikel Pomalaa senilai US$3,8 miliar, yang ditargetkan mampu memproduksi 120.000 metrik ton nikel per tahun dengan teknologi high pressure acid leaching (HPAL).

Zhejiang Huayou Cobalt, salah satu produsen nikel terbesar di dunia, memiliki 73,2% saham dalam proyek tersebut, diikuti oleh Vale (NYSE:VALE) dengan 18,3%. Ford telah menyetujui kepemilikan awal sebesar 8,5 persen, dengan opsi untuk menaikkannya menjadi 17%. Hingga akhir tahun 2024, Huayou tengah mencari bank untuk pembiayaan sekitar US$2,7 miliar.

Sementara, baru-baru ini, Raja Ampat yang dikenal dengan keindahan alamnya menjadi sorotan publik karena poleemik tambang nikel. Empat perusahaan sempat memperoleh izin untuk mengelola nikel di area geopark yang berada di bawah perlindungan UNESCO.

Lantas, apa saja peran nikel sampai alam menjadi taruhan?

Nikel dalam Energi Terbarukan

Dilansir dari neoenergy.co.id, meskipun nikel dikenal luas sebagai bahan utama dalam baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), perannya dalam sektor energi terbarukan jauh lebih luas. Berbagai paduan nikel digunakan dalam turbin angin, panel surya, dan sistem pembangkit listrik tenaga air.

Sebagai contoh, ladang angin lepas pantai memanfaatkan superalloy berbasis nikel pada komponen turbin agar tahan terhadap lingkungan laut yang asin dan korosif. Menurut laporan Badan Energi Internasional (IEA, 2022), ketahanan nikel menjadikannya pilihan utama dalam pembangunan infrastruktur energi berkelanjutan.

Pendukung Penting di Lingkungan Pabrik

Proses produksi berbagai produk olahan seperti pupuk, plastik, hingga obat-obatan tak semudah yang dibayangkan. Semua itu dilakukan di dalam pabrik dengan penuh gas, suhu tinggi, dan lingkungan yang korosif, yang bisa mempercepat kerusakan peralatan.

Dalam situasi seperti ini, peran nikel sangat penting. Logam campuran yang mengandung nikel menjadi pilihan utama karena mampu bertahan di kondisi ekstrem. Nikel membantu peralatan industri menjadi lebih tahan lama, tidak mudah berkarat, dan tetap kokoh meski digunakan di suhu tinggi atau dalam lingkungan yang mengandung zat kimia.

Penopang di Dunia Arsitektur

Nikel juga memiliki nilai artistik. Dalam dunia arsitektur, elemen berlapis nikel kerap digunakan karena tampilannya yang menarik sekaligus tahan lama. Misalnya, gedung pencakar langit modern sering mengandalkan fasad dan detail interior berlapis nikel untuk menciptakan kesan elegan yang tetap awet.

Mulai dari pagar dekoratif hingga tampilan luar bangunan, nikel memberikan sentuhan akhir yang mengilap, tahan korosi, dan tetap memikat seiring waktu.

Andalan di Dapur dan Elektronik

Nikel dikenal memiliki sifat yang fleksibel, tahan terhadap panas, dan tetap awet meski sering dibersihkan. Warnanya yang putih mengilap juga membuatnya tampak menarik secara visual.

Berkat sifat tersebut, nikel kerap dikombinasikan dengan logam lain, seperti stainless steel, untuk dijadikan berbagai peralatan, mulai dari perlengkapan dapur, alat masak, hingga instrumen medis.

Tak hanya itu, campuran logam yang mengandung nikel juga mampu menghantarkan listrik, mudah dimagnetisasi, dan tahan terhadap korosi. Gabungan kemampuan ini menjadikan nikel sangat penting dalam dunia industri elektronik.

Jadi Tenaga Mobil Listrik

Salah satu peran krusial nikel dapat ditemukan di balik kap mesin mobil listrik atau electric vehicle (EV). Logam ini merupakan komponen utama dalam pembuatan katoda pada baterai EV, yang menjadi sumber tenaga utamanya.

Nikel memiliki kemampuan menyimpan energi lebih besar dibandingkan material lain seperti timbal. Karena mobil listrik membutuhkan kapasitas energi yang tinggi agar dapat menempuh jarak jauh, nikel pun menjadi pilihan yang paling ideal.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 16 Jun 2025 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 17 Jun 2025