finansial
Rabu, 27 Agustus 2025 14:00 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Pada akhir 2000-an hingga 2010-an, konsep girl group dengan jumlah anggota besar menjadi strategi utama kesuksesan K-pop.
Grup seperti SNSD (Girls’ Generation), After School, dan Nine Muses menunjukkan bahwa semakin banyak anggota, semakin luas pula daya tarik mereka, baik dari sisi visual, karakter, maupun kekuatan performa kolektif.
Namun, tren tersebut berubah di era 2020-an. Popularitas grup beranggotakan 9–13 orang mulai bergeser ke format yang lebih ramping, hanya 4–5 anggota. Pergeseran ini mencerminkan perubahan preferensi penggemar sekaligus penyesuaian industri terhadap pasar global K-pop.
Gelombang modern grup beranggotakan banyak orang dimulai pada tahun 2007, ketika SNSD debut dengan sembilan anggota dan dengan cepat menjadi salah satu ikon terbesar K-pop.
Kesuksesan mereka memicu tren baru, di mana grup seperti WJSN (13 anggota), Lovelyz (8 anggota), TWICE (9 anggota), Pristin (10 anggota), dan Loona (12 orang) kemudian hadir mengikuti jejak tersebut.
Pada masa itu, kesuksesan sebuah grup sering bergantung pada satu anggota yang berhasil mencuri perhatian.
AOA, misalnya, meroket berkat popularitas Seolhyun, sementara lagu viral Momoland, BBoom BBoom dan Baam, semakin dikenal karena karisma panggung JooE. Konsepnya sederhana, meski hanya satu atau dua anggota yang menonjol, seluruh grup tetap merasakan keuntungan dari sorotan tersebut.
Saat ini, strategi lama tersebut sudah tidak lagi efektif. Dengan persaingan yang semakin ketat, sebuah grup tidak bisa hanya bergantung pada satu “it girl” untuk membawa nama besar mereka.
Dilansir dari KbiZoom, penggemar kini menuntut identitas grup yang lebih kuat, keterampilan performa langsung yang solid, serta konsistensi kualitas dari semua anggota.
Faktor finansial juga turut memengaruhi. Mengelola grup dengan lebih dari 10 anggota berarti biaya yang jauh lebih besar, mulai dari tempat tinggal, gaya busana, tata rias, koreografi, hingga promosi. Sementara keuntungan yang diperoleh justru harus dibagi kepada lebih banyak orang.
tripleS, yang debut pada tahun 2023 dengan 24 anggota, tercatat sebagai grup perempuan terbesar dalam sejarah K-pop.
Meskipun konsep sub-unit unik mereka memungkinkan eksplorasi berbagai tema, sistem ini juga menimbulkan masalah visibilitas, yaitu ada anggota yang sering tampil, sementara yang lain justru tenggelam tanpa sorotan.
Seperti yang diungkapkan Na-kyung salah satu anggota tripleS, hal sederhana seperti mengatur jadwal pagi saja bisa menjadi hal yang sangat melelahkan dengan jumlah anggota sebanyak itu.
Sebaliknya, grup dengan jumlah anggota lebih kecil justru semakin berkembang. BLACKPINK, misalnya, hanya terdiri dari empat anggota namun berhasil menjadi model global yang luar biasa, setiap anggotanya terkenal secara individu, tetapi tetap solid sebagai satu kesatuan.
Single mereka berjudul JUMP yang dirilis pada Juli 2025 sukses mendominasi tangga lagu internasional, sekaligus menegaskan posisi BLACKPINK sebagai “aset emas” YG.
Grup beranggotakan empat orang lainnya seperti aespa dan Mamamoo juga membuktikan tim yang lebih ringkas dapat meraih pengakuan besar.
Bahkan grup pendatang baru seperti Fifty Fifty berhasil menunjukkan hal tersebut, lagu viral mereka Cupid membuat mereka menjadi girl group K-pop tercepat yang berhasil masuk ke Billboard Hot 100.
Dari tahun 2020 hingga 2024, jumlah girl group dengan 4-5 anggota melonjak tajam, dengan 17 grup baru debut hanya pada tahun 2024, angka tertinggi sepanjang sejarah. Model yang lebih ramping ini memungkinkan agensi untuk memaksimalkan investasi pada tiap anggota sekaligus menjaga kekompakan grup secara keseluruhan.
Para ahli menilai bahwa globalisasi menjadi salah satu faktor utama. Dengan ekspansi K-pop yang semakin agresif ke Amerika Utara, Eropa, dan Asia Tenggara, perusahaan hiburan kini lebih memilih grup kecil dengan anggota multinasional yang lebih mudah dipromosikan di luar negeri.
Seorang analis dari Yonhap News menjelaskan, “Semakin global K-pop berkembang, semakin besar pula kecenderungan agensi untuk membentuk tim kecil yang mudah dikelola. Penggemar internasional menginginkan identitas yang kuat dan citra grup yang jelas, bukan sekadar jumlah anggota yang banyak.”
Hal serupa juga ditegaskan oleh The Korea Times yang menyoroti bahwa era girl group modern lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Bagi penggemar, kemampuan vokal langsung, keunikan gaya bermusik, serta keseimbangan karakter antaranggota jauh lebih penting dibanding sekadar jumlah personel dalam grup.
Dari era keemasan SNSD dengan sembilan anggota hingga dominasi global BLACKPINK yang hanya beranggotakan empat orang, strategi girl group dalam K-pop telah mengalami perubahan besar.
Meski grup raksasa seperti tripleS masih mencoba bereksperimen, arah tren sudah jelas, tim dengan jumlah anggota lebih sedikit mampu memberikan dampak lebih kuat, efisiensi lebih tinggi, serta daya tarik internasional yang lebih besar.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 26 Aug 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 27 Agt 2025
17 hari yang lalu