Sirkuit Mandalika Internasional
Rabu, 24 November 2021 06:58 WIB
Penulis:Sutan Kampai
Editor:Sutan Kampai
Ajang balap motor di Pertamina Mandalika International Street Circuit atau Sirkuit Mandalika telah selesai pekan lalu.
Ada dua balapan motor yang digelar di Sirkuit Mandalika tahun ini, yaitu Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) dan World Superbike (WSBK).
Di balik keberhasilan gelaran balapan motor di Sirkuit Mandalika, ada sejumlah fakta kontroversial yang mengemuka pada balapan perdana di sirkuit yang terletak di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut.
Sirkuit buatan anak bangsa tersebut dan menjajal aspal terbaik yang dikerjakan PT PP Presisi (PPRE) sejak tahun 2019 dengan menghabiskan uang senilai Rp1,1 triliun.
Aspal yang dikerjakan di Sirkuit Mandalika pun bukan aspal sembarangan. Dikerjakan di bawah MRK1 Consulting yang berpengalaman mendesain sirkuit balap internasional, PP Presisi menjamin kualitas hasil pengaspalan menggunakan tipe aspal yang memiliki daya Penetration (PG) 82 tahun 2015.
Metode penghamparan juga dilakukan secara khusus dengan menggunakan tiga unit Milimeter GPS untuk menjamin kualitas permukaan dan kemiringan.
Pengujian kualitas aspal Sirkuit Mandalika pun menggunakan alat berteknologi tinggi, yaitu PQI 380 Non Distraction yang diklaim tanpa merusak lapisan permukaan aspal.
Sirkuit Mandalika dibangun dengan panjang 4,13 kilometer dan 17 lintasan serta memiliki kapasitas 50.000 tempat duduk di grandstand yang dapat menampung hingga 95.700 orang. Luas lahan yang dibutuhkan untuk sirkuit ini mencapai 100 hektare (Ha).
Dalam pengerjaan sirkuit ini, PP Presisi memastikan bahwa kecepatan maksimal balapan mencapai 310 km/jam, yang diklaim tidak dijumpai di sirkuit lainnya di dunia.
Berikut sejumlah fakta kontroversial mengenai balapan di Sirkuit Mandalika:
Sedianya, ajang IATC 2021 digelar pada 14-16 November 2021, atau dua hari setelah Jokowi meresmikan sikruit kebanggaan masyarakat Indonesia ini.
Namun, balap motor ronde terakhir untuk musim tersebut ditunda atau diundur ke 19 November 2021. Artinya, event ini digelar bersamaan dengan WSBK 2021.
Disebutkan bahwa penyelenggara IATC, yaitu Dorna Sports dan Mandalika Grand Prix Association memutuskan penundaan agenda balapan karena race control dan marshal (lintasan) yang belum memenuhi standar.
Penyelenggara telah mengidentifikasi permasalahan dan memastikan keselamatan pembalap saat balapan diadakan.
"Dorna Sports bersama MGPA mengonfirmasikan bahwa ATC akan terdiri dari empat balapan dan berlangsung dari tanggal 19 hingga 21 November, bersama WorldSBK," tulis ATC di situs resminya.
Penjelasan mengenai alasan pembatalan agenda balap perdana tersebut kemudian disampaikan oleh Gubernur NTB Zulkieflimansyah melalui media sosialnya.
"Hari ini banyak yang antusias ingin menyaksikan race IATC tetapi enggak jadi karena marshal kita belum dirasakan siap untuk memenuhi standar safety dari Dorna. Ada yang terlambat menjawab panggilan, ada terlambat angkat bendera, dll," tulisnya di akun Instagram.
Meski cukup kecewa karena sudah mendatangi arena balapan, masyarakat tetap antusias menunggu agenda balapan berikutnya yang lebih seru karena menyertakan dua agenda balapan.
Masyarkat berharap kejadian serupa tidak terulang lagi pada ajang balap motor paling bergengsi pada Maret 2022 nanti.
Di tengah euforia penonton yang hadir langsung menyaksikan aksi para pembalap di Srikuit Mandalika, cuaca ekstrem yang melanda Indonesia tahun ini rupanya menjadi satu hal yang patut mendapat atensi khusus.
Hal itu karena pada hari kedua balapan digelar, Sabtu, 20 November 2021, terjadi hujan lebat yang kemudian membuat lintasan balap digenangi air. Konsekuensinya, agenda balapan diundur beberapa jam.
Selain diundur, akibat hujan lebat di Sirkuit Mandalika jadwal balapan hari ketiga pada 21 November untuk IATC yang sangat menentukan pun terhenti. Namun WSBK tetap dilanjutkan meski dengan kondisi hujan deras.
Tentu, genangan air pada lintasan balap sangat mengganggu kenyamanan dan keselamatan para pembalap karena sangat berisiko apabila tergelincir atau terjatuh.
Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa bahkan sejak September telah terjadi hujan di beberapa provinsi di tanah air. Perubahan iklim atau cuaca ekstrem tersebut tentu akan berlanjut hingga ke tahun depan.
Yang menjadi kekhawatiran penyelenggara adalah ajang balap motor pada Maret 2022. Apabila cuaca ekstrem masih melanda wilayah Sirkuit Mandalika, tentu akan sangat berpengaruh terhadap agenda MotoGP 2022.
Karena sebagai negara yang berada di daerah tropis dengan dua musim, Indonesia berbeda dengan negara-negara Eropa atau Asia lainnya yang tidak terhambat oleh cuaca ekstrem. Sehingga baik digelar di musim hujan pun tetap aman.
Kotroversi lain yang terjadi selama gelaran balap motor di Sirkuit Mandalika adalah "unboxing kargo motor Ducati" menjelang IATC. Ini merupakan yang paling serius dan mendapat sorotan internasional.
Indonesia, atau dalam hal ini penyelenggara dianggap belum siap dalam memenuhi standar etis balap motor internasional.
Insiden unboxing kargo tersebut terjadi pada sekitar 10 November 2021, setelah logistik berisi motor Ducati Panigale V4R tunggangan Michael Ruben Rinaldi datang dari Qatar pada 9 November 2021 di Sirkuit Mandalika.
Mengemukanya aksi bongkar kargo motor pembalap Aruba.it Racing-Ducati bernomor 21 tersebut terjadi setelah muncul cuplikan video yang menampilkan seseorang berkemeja putih membuka kotak kargo berisi motor Ducati berwarna merah.
Dalam video itu, tampak pula motor yang sama digunakan sebagai properti foto oleh orang dengan kemeja hitam bercorak kuning.
Aksi unboxing tersebut lantas membuat pihak Ducati kesal. Direktur Sport Ducati Corse, Paolo Ciabatti, sangat marah dengan insiden yang memalukan tersebut.
Setelah video tersebut heboh, Direktur Utama MGPA Ricky Baheramsjah menjelaskan bahwa sebetulnya pembongkaran kargo motor Ducati adalah bagian dari prosedur pemeriksaan oleh pihak terkait seperti Bea Cukai dan Freight Forwarder dengan didampingi oleh pihak Dorna Sport dan MGPA.
"Keterlibatan pihak Freight Forwarder mendapat izin dari Dorna Sport dan Bea Cukai untuk membuka peti dan memeriksa karena perlu mengambil nomor sasis," kata Ricky.
Namun dia menyayangkan dalam insiden tersebut adanya pihak yang mendekati motor, mengambil video, dan kemudian mempublikasikannya sehingga menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat.
Di sisi lain, MMGPA selaku unit usaha dari Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) yang mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, termasuk di dalamnya Sirkuit Mandalika, telah meminta maaf atas insiden buruk tersebut.
Sementara itu, Direktur Eksekutif WSBK Gregorio Lavilla telah memaafkan insiden tersebut dan memakluminya sebagai ekspresi antusiasme masyarakat Indonesia terhadap gelaran balap motor di Mandalika.
"Bagi saya insiden seperti ini tidak terlalu penting. Itu adalah sebuah kesalahan seseorang yang bersemangat untuk mengambil foto," katanya di Mandalika.
Di tengah kesemarakan ajang balap motor di Sirkuit Mandalika, ternyata masih menyisakan kisah pilu bagi masyarakat setempat.
Sebuah laporan mengatakan bahwa sampai saat ini masih ada beberapa rumah warga yang berada di dalam lintasan sirkuit.
Mereka adalah warga Dusun Bunut, Desa Kuta, Lombok Tengah. Disebutkan bahwa tanah mereka belum dibeli pemerintah, dan bukan sebagai korban gusuran.
Di Dusun Bunut dilaporkan ada 48 Kepala Keluarga (KK) yang masih hidup dengan ulayat mereka. Mata pencaharian mereka adalah nelayan dan peternak.
Selama gelaran WSBK dan IATC pekan lalu, sapi-sapi mereka diikat agar tidak sampai berkeliaran ke area lintasan.
Dari laporan tersebut dikatakan bahwa warga Dusun Bunut bersedia direlokasi jika pemerintah, dalam hal ini ITDC sepakat dengan penawaran harga tanah sebesar Rp75 juta per are (100 meter persegi). Namun sampai saat ini belum kabar dari ITDC. (TrenAsia.com)