Krisis
Kamis, 25 Juli 2024 11:05 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Dengan meningkatnya popularitas layanan fintech di Indonesia, berbagai modus kejahatan terkait penyalahgunaan akun fintech juga menjadi semakin beragam dan kompleks.
Salah satu taktik yang sering digunakan adalah praktik rekayasa sosial atau social engineering, yaitu ketika pelaku memanipulasi pengguna agar mengungkapkan data pribadi mereka.
Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan adanya 124 kasus dugaan pelanggaran perlindungan data pribadi antara 2019 hingga 14 Mei 2024, menggarisbawahi pentingnya memperkuat keamanan data di industri fintech, baik dari sisi pelaku industri maupun konsumen.
Permasalahan ini semakin rumit dengan rendahnya indeks literasi keuangan masyarakat di sektor fintech yang hanya mencapai 10,9% pada 2022.
Survei yang dilakukan oleh Kominfo bersama Katadata Insight Center (KIC) pada 2022 menunjukkan bahwa 53,6% masyarakat Indonesia memiliki tingkat kesadaran yang rendah mengenai perlindungan data pribadi.
Angka ini mencerminkan bahwa sebagian besar masyarakat belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara melindungi data pribadi mereka dalam konteks digital.
Akibatnya, banyak konsumen yang dengan mudah memberikan data pribadi mereka tanpa menyadari risiko yang mungkin terjadi, termasuk pembukaan akun fintech ilegal atau penipuan lainnya.
Menanggapi fenomena ini, Indina Andamari, SVP Marketing & Communications Kredivo, menegaskan pentingnya sinergi antara pelaku industri dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem fintech yang aman.
"Kami prihatin dengan meningkatnya kasus penyalahgunaan akun fintech akhir-akhir ini. Sebagai penyedia kredit digital, Kredivo berkomitmen untuk terus memperkuat keamanan sistem dan aktif melakukan berbagai kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melindungi data pribadi. Kami percaya bahwa menjaga keamanan data pribadi adalah tanggung jawab bersama dan kunci untuk mencegah penyalahgunaan akun fintech,” ujar Indina melalui keterangan yang diterima TrenAsia, Rabu, 24 Juli 2024.
Indina pun menjelaskan beberapa modus terbaru penyalahgunaan akun fintech yang sering menghantui konsumen, serta tips untuk mencegahnya:
Pelaku berpura-pura menjadi customer service penyedia layanan fintech dan mengirimkan email, tautan, pesan teks, atau melakukan panggilan telepon dengan berbagai alasan, seperti masalah pada akun korban dan menawarkan bantuan.
Modus ini digunakan untuk mengelabui korban agar memberikan informasi pribadi seperti user ID, password, dan one-time password (OTP).
Konsumen perlu lebih waspada jika dihubungi oleh pihak yang meminta informasi pribadi dan sebaiknya mengonfirmasi langsung ke customer service resmi penyedia layanan fintech.
Modus penipuan ini memanipulasi korban melalui interaksi sosial dengan menawarkan hadiah undian atau tawaran kerja, pelaku meminta data pribadi seperti NIK, KTP, dan foto selfie.
Data ini kemudian disalahgunakan untuk mengaktifkan akun di layanan fintech. Pencegahan bisa dilakukan dengan edukasi diri, verifikasi sumber, dan melindungi data pribadi.
Modus ini melibatkan aplikasi palsu yang menyerupai aplikasi resmi dari penyedia layanan fintech. Ketika korban mengunduh aplikasi dari sumber yang tidak jelas dan memasukkan informasi mereka, data tersebut akan dicuri oleh pelaku.
Konsumen harus selalu mengunduh aplikasi fintech dari sumber resmi seperti Google Play Store atau App Store dan memeriksa apakah perusahaan tersebut terdaftar di OJK.
Kampanye #AutoMikir, #AndaiAndaPandai, dan berbagai inisiatif lainnya yang diluncurkan oleh Kredivo merupakan upaya dari Perseroan selaku penyelenggara layanan fintech untuk menyediakan layanan keuangan digital yang tidak hanya nyaman tetapi juga aman bagi pengguna.
Indina mengatakan, melalui berbagai upaya ini, Kredivo berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga data pribadi mereka.
Ia menambahkan, Kredivo berkomitmen untuk terus mengembangkan platform layanan digital yang melayani kebutuhan masyarakat dan berperan aktif dalam menciptakan lingkungan keuangan digital yang lebih aman dan tepercaya bagi semua pengguna.
“Kami percaya bahwa dengan selalu memprioritaskan keamanan data pengguna serta kampanye edukasi, kami dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun ekosistem digital yang lebih baik," tutup Indina.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 25 Jul 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 25 Jul 2024
14 hari yang lalu