KPop Demon Hunters: Alasan Film Animasi Ini Masih Ramai Dibicarakan

Kamis, 02 Oktober 2025 18:00 WIB

Penulis:Redaksi Daerah

Editor:Redaksi Daerah

Ini Alasan Film Animasi KPop Demon Hunters Tetap Ramai Dibicarakan Meski Dirilis 3 Bulan Lalu
Ini Alasan Film Animasi KPop Demon Hunters Tetap Ramai Dibicarakan Meski Dirilis 3 Bulan Lalu (imdb)

JAKARTA – KPop Demon Hunters masih menjadi sorotan dunia hampir tiga bulan setelah tayang perdana di Netflix pada 20 Juni 2025. Film animasi bergenre fantasi aksi ini sukses mencuri perhatian penonton meski harus bersaing dengan berbagai konten baru di platform tersebut.

Kisahnya berfokus pada tiga superstar K-pop bernama Rumi, Mira, dan Joy yang diam-diam juga berperan sebagai pahlawan rahasia penjaga dunia di balik gemerlap panggung.

Sejak dirilis, film ini langsung melesat ke jajaran teratas daftar tontonan Netflix dan hingga kini tetap mempertahankan popularitasnya.

Baca Juga: 8 Tempat yang Muncul dalam Film KPop Demon Hunters yang Bisa Kalian Kunjungi

Daya tarik film ini tercermin pula melalui produk spin-off dan kolaborasi. Sebuah jaringan toko roti baru-baru ini meluncurkan kue yang terinspirasi dari penampilan “Soda Pop” oleh Saja Boys dalam film, sementara Everland Resort di Yongin, Provinsi Gyeonggi, membuka zona khusus KPop Demon Hunters.

Melansir dari The Korea Times, berbeda dengan banyak judul film yang hanya populer sesaat lalu menghilang, pengaruh film ini terus terasa.

Para kritikus menyoroti bagaimana ceritanya bisa menyentuh audiens muda. Pengamat budaya Kim Sung-soo menyebutkan sudut pandang para karakter terhadap dunia dan cara mereka menghadapi masalah memberikan kenyamanan dan inspirasi bagi generasi muda saat ini.

Ia menekankan inti dari cerita ini adalah tentang identitas. “Di KPop Demon Hunters, saat para karakter menerima diri mereka sendiri, mereka menemukan solusi. Tidak ada pesan yang lebih menenangkan bagi penonton daripada menyadari bahwa kamu tidak perlu menyangkal siapa dirimu,” ujarnya.

Karakter utama, Rumi, seorang pemburu yang bertanda lambang setan, menggambarkan konflik tersebut.

Ia bergulat dengan keraguan diri, namun tetap menghadapi kejahatan dan mencari penyelesaian. Perjalanan Rumi dalam pengakuan dan penerimaan diri ini sangat resonan bagi penonton di seluruh dunia.

Integrasi budaya Korea dalam film ini juga menambah daya tariknya. Adegan sehari-hari, seperti meletakkan serbet di bawah sumpit atau bersantai di pemandian umum, muncul berdampingan dengan motif tradisional seperti ornamen norigae.

Ahn Hyo-seop, yang mengisi suara Jinu, pemimpin Saja Boys, menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa popularitas karakternya di kalangan penggemar internasional tidak hanya karena daya tarik Jinu sendiri, tetapi juga warisan dari dunia K-pop itu sendiri.

“Sebagian karena pesona unik Jinu, namun di sisi lain, ini juga merupakan hasil dari pesona dan kerja keras para senior serta rekan artis K-pop selama bertahun-tahun,” ujarnya.

“Mereka telah membangun fondasi budaya yang luas, dan melalui film ini, pesona tersebut bisa ditonjolkan kembali,” imbuhnya.

Menurut Netflix, film ini menggabungkan elemen budaya tradisional Korea dengan daya tarik K-pop yang trendi, sehingga menghasilkan animasi yang berkualitas.

Perusahaan itu menambahkan, popularitasnya yang berkelanjutan membuktikan bahwa karakter yang kuat dan alur cerita yang baik dapat melampaui batas bahasa maupun kebangsaan.

Adapun, melansir dari BBC, film animasi ini memadukan aksi dengan cerita tentang persahabatan, kepercayaan, dan tetap setia pada jati diri.

Dengan visual yang memukau, adegan aksi yang luwes, humor, sentuhan fantasi, serta pesan universal tentang penemuan diri, tak sulit untuk memahami daya tariknya.

Namun, musik film yang menjadi kunci kesuksesannya. Maggie Kang, sutradara bersama asal Korea-Kanada, ternyata terinspirasi oleh idol K-pop yang ia kagumi sejak kecil. K-pop menjadi “denyut nadi” film ini.

Musik grup tersebut berfungsi sebagai senjata supernatural yang mengusir kekuatan gelap, dan setiap lagu orisinal memperkuat momen emosional.

“Berbeda dengan film animasi lain, di mana lagu sering ditambahkan hanya sebagai pengisi atau strategi komersial, musik di sini menyatu dengan narasi sehingga justru meningkatkan pengalaman menonton, bukan mengganggu,” ujar Lashai Ben Salmi, pemimpin komunitas yang fokus pada budaya Korea di Eropa, kepada BBC.

Menyadari pentingnya soundtrack, sutradara Maggie Kang dan Chris Appelhans melibatkan produser K-pop berpengalaman.

Industri K-pop telah berkembang menjadi bisnis bernilai miliaran dolar, didorong oleh penggemar global yang setia, dengan musik yang catchy, koreografi energik, dan video musik yang memukau secara visual.

“Karena kami ingin musiknya benar-benar luar biasa, menyentuh penggemar K-pop, dan terasa autentik di dunia K-pop, kami merasa penting bekerja sama dengan label Korea,” kata Kang dalam wawancara pers Netflix.

Film ini terwujud berkat bantuan produser musik papan atas, termasuk Teddy Park yang dikenal lewat BLACKPINK, dan Lindgren, pemenang Grammy yang pernah bekerja dengan BTS dan TWICE.

Alasan penting lain di balik popularitas film ini adalah semakin dikenalnya budaya Korea di dunia. K-pop, film Korea, dan drama Korea sudah menjadi arus utama di pasar Barat seperti AS, dan film ini mencerminkan perubahan budaya tersebut dengan keaslian yang mengesankan.

Film ini dengan cermat menampilkan elemen sehari-hari kehidupan Korea, terutama terkait makanan dan adat makan, yang merupakan bagian penting dari budaya Korea.

Selain itu, film ini menampilkan adegan dari lokasi-lokasi seperti tembok kuno yang menghadap Seoul, Hanuiwon (klinik pengobatan tradisional Korea), pemandian umum, dan Menara Namsan yang ikonik.

Pilihan ini menunjukkan upaya sadar untuk menggambarkan budaya Korea secara lebih mendalam, bukan hanya melalui klise atau citra dangkal. Film ini memberikan penonton Korea rasa representasi yang jarang ditemui, yang terasa akurat dan penuh hormat.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 01 Oct 2025 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 02 Okt 2025