Komisi VI DPR-RI Dukung Kawasan Indarung I Semen Padang Menjadi World Heritage

Sabtu, 17 Desember 2022 22:41 WIB

Penulis:Egi Caniago

Editor:Egi Caniago

1660298360.jpg
Heritage Pabrik Indarung I PT Semen Padang (Humas PT Semen Padang)

Komisi VI DPR-RI berkunjung ke PT Semen Padang dalam rangka Kunjungan Kerja Reses Komisi VI DPR-RI ke Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) pada Reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2022-2023, Jumat (16/12/2022) siang.

Disambut Dirut PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Donny Arsal dan seluruh jajaran Direksi PT Semen Padang yang terdiri dari Dirut Asri Mukhtar, Direktur Operasi, Indrieffouny Indra dan Direktur Keuangan & Umum, Oktoweri, di Wisma Indarung, rombongan Komisi VI itu menyambangi Pabrik Indarung I yang merupakan situs bersejarah yang didirkan 18 Maret 1908.

Rombongan Komisi VI DPR-RI itu terdiri dari Ketua Komisi VI Faisol Riza, Wakil Ketua Komisi VI, Aria Bima dan Mohammad Hekal, Sekretaris Komisi VI, Elly Rachmat Yasin (Fraksi PPP), dan sejumlah anggota Komisi VI DPR-RI. Dua diantaranya, berasal dari Dapil Sumbar, yaitu Andre Rosiade (Fraksi Gerindra) dan Nevi Zuairina (Fraksi PKS).

Kemudian, anggota Komisi VI DPR-RI lainnya yang turut hadir dalam kunjungan tersebut, adalah Adisatrya Suryo Sulistio (Fraksi PDIP), Rieke Diah Pitaloka (Fraksi PDIP), Dr. Evita Nursanty (Fraksi PDIP), Subardi (Fraksi Nasdem), Melani Leimena Suharli (Fraksi Demokrat), dan Eko Hendro Purnomo (Fraksi PAN).

Dalam kunjungan tersebut, Komisi VI mengapresiasi PT Semen Padang yang saat ini tengah mengupayakan Kawasan Indarung I Semen Padang untuk dijadikan World Heritage. Karena, di dalam Kawasan Indarung I Semen Padang ini terdapat situs bersejarah, yaitu Pabrik Indarung I dan PLTA Rasak Bungo.

Wakil Ketua Komisi VI DPR-RI, Aria Bima, selaku Pimpinan Kunjungan Kerja Reses Komisi VI DPR-RI mengatakan, Pabrik Indarung I Semen Padang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia dan di Asia Tenggara. Tentunya, Pabrik Indarung I ini memiliki sejarah yang cukup panjang di Indonesia, bahkan dunia.

Hal itu, sebut Aria Bima, dibuktikan dengan banyaknya bangunan mahakarya di Indonesia yang dibangun menggunakan semen dari Pabrik Indarung I Semen Padang ini. “Di antaranya, Monas, Hotel Indonesia, Gedung Sate, dan berbagai bangunan mahakarya lainnya. Bangunan-bangunan mahakarya itu pun memiliki nilai-nilai historis,” kata Aria Bima.

Tentunya, kata Aria Bima melanjutkan, Komisi VI perlu mengapresiasi Semen Padang, karena upaya menjadikan Kawasan Indarung I sebagai World Heritage adalah bagian dari menjaga dan melestarikan budaya sejarah untuk generasi penerus yang ada di Sumbar. Apalagi, baru-baru ini Pemprov Sumbar juga telah menetapkan kawasan Indarung I Semen Padang menjadi Cagar Budaya Peringkat Provinsi.

“Penetapan pabrik semen berusia 112 tahun ini harus kita dorong untuk dijadikan World Heritage. Karena, selain usia lebih satu abad, Pabrik Indarung I dan PLTA Rasak Bungo mempunyai sejarah yang luar biasa, termasuk teknologinya juga luar biasa pada masanya. Semen yang diproduksi Pabrik Indarung I tidak hanya digunakan di Indonesia, tapi juga negara-negara lainnya di dunia,” ujar Aria Bima.

Pada kesempatan itu, Aria Bima juga menyampaikan bahwa kunjungan ke PT Semen Padang tidak terlepas dari keinginan Komisi VI agar PT Semen Padang terus meningkatkan kualitas dan kapasitasnya, supaya bisa leading dan juga leader. “Jadi, selain melihat Pabrik Indarung I, dalam kunjungan ini kami sampaikan bahwa kami ingin positioning atau branding Semen Padang tetap dipertahankan,” katanya.

Hal yang sama juga disampaikan Anggota Komisi VI, Dr. Evita Nursanty. Kata dia, Pabrik Indarung I Semen Padang harus  menjadi alternatif utama pariwisata bernuansa budaya dan edukasi bagi Sumbar ke depannya. Namun begitu, dia menyarankan ke Semen Padang untuk membuat grand desain yang lebih jelas. "Saya berharap grand desain dari pabrik Indarung I ini bisa terlihat dengan jelas,” ungkapnya.

Anggota DPR-RI asal Daerah Pemilihan (Dapil) Sumbar I, Andre Rosiade juga setuju Pabrik Indarung I menjadi World Heritage dan pusat wisata budaya di Sumbar. Karena, sejarah Semen Padang ini luar biasa. Peradaban beton di Indonesia bahkan Asia Tenggara itu dimulai dari Pabrik Indarung I ini.

"Pabrik Semen Gresik yang juga bagian dari Semen Indonesia Group, itu juga dibangun pakai semen dari Pabrik Indarung I ini. Untuk itu, saya berharapKementerian BUMN juga mendukung pengembangan Indarung I ini,” ungkap Andre Rosiade.

Pada kesempatan itu, Anggota Komisi VI lainnya, Rieke Diah Pitaloka, mengajak untuk bersama-sama berjuang mewujudkan Kawasan Indarung I Semen Padang  menjadi World Heritage. Apalagi, kata dia, informasi terbaru soal Kawasan Indarung I yang dia dapat, sudah ditetapkan sebagai Nasional Heritage atau Cagar Budaya Nasional.

“Alhamdulillah, kalau tidak salah sudah direkomendasikan pada 24 November kemarin, Indarung I menjadi Nasional Heritage. Selanjutnya, mari kita dukung menjadi World Heritage dan juga menjadi Memori of the World yang diawali dengan Memori Kolektif Bangsa bersama Arsip Nasional,” kata Rieke.

Dia juga menyampaikan ada hal penting terkait arsip-arsip tentang Pabrik Indarung I. Menurutnya, Pabrik Indarung I bukan hanya persoalan semen yang diproduksi dan digunakan untuk membangun berbagai insfrasturktur, seperti membangun Kota Amsterdam, Kota Den Haag dan beberapa kota penting lainnya di dunia, termasuk Singapura dan juga Indonesia.

Akan tetapi, Pabrik Indarung I Semen Padang sebagai pabrik semen pertama di Indonesia dan Asia Tenggara menjadi sangat penting, karena memperlihatkan sejauh mana kualitas semen bisa diproduksi dengan baik oleh Indonesia. Untuk itu, ia berharap road map Kawasan Indarung I dibuat lebih serius lagi. Karena ini bukan hanya persoalan menjadi Memori of the World.

“Buat apa menjadi memori kalau tidak bisa mengembalikan kejayaan dan kedualatan Indonesia atas semen nasionalnya. Oleh karena itu, kami juga membutuhkan dukungan dari Kementerian BUMN untuk berkoordinasi dengan kementerian lain menyangkut moratorium izin pembangunan semen. Ini penting Pak Aria Bima, karena saya dengar akan dibangun pabrik semen dari luar, bukan semen industri nasional,” katanya.

Industri semen nasional, tambahnya, harus dapat dukungan politik dan dukungan dari negara. “Saya tidak yakin Semen Indonesia atau Semen Padang bisa survive kalau tidak ada dukungan politik dan negara terhadap industri semen nasional. Karena, persoalan industri semen bukan hanya masalah produksi semen, tapi persoalan bagaimana insfrasturuktur Indonesia bisa dibangun dengan baik. Karena, pada akhirnya insfrasturktur menjadi sangat penting,” ujarnya.

Sementara itu, Dirut PT Semen Padang, Asri Mukhtar mengucapkan terima kasih kepada Komisi VI yang sudah datang berkunjung ke PT Semen Padang, termasuk mengunjungi situs bersejarah Pabrik Indarung I yang dulunya bernama dengan nama NV Nederlandsch-Indische Portland Cement Maatschappij atau NIPCM.

Saat ini, PT Semen Padang tengah mencari dan mengumpulkan dokumen-dokumen tentang Pabrik Indarung I di Belanda. Karena, pabrik ini dibangun di masa penjajahan Belanda. "Pabrik Indarung I ini terakhir beroperasi pada tahun 1999. Beberapa waktu lalu saat acara kesenian, Rieke Diah Pitaloka datang berkunjung dan melakukan orasi di pabrik ini dan disambut antusias masyarakat," katanya.

"Tentunya, kami mengucapkan Terima kasih, karena ini juga bagian dari promosi Indarung I juga. Di samping itu, pada hari Sabtu dan Minggu juga banyak masyarakat yang berkunjung ke Pabrik Indarung I untuk berfoto dan itu juga promosi buat kami," sambung Asri Mukhtar.

Direktur Keuangan & Umum PT Semen Padang, Oktoweri, menambahkan bahwa pihaknya mengaku bangga atas adanya dukungan dari Komisi VI DPR-RI terhadap upaya PT Semen Padang untuk menjadikan Kawasan Indarung I sebagai World Heritage. Dan tentunya, Semen Padang juga dengan bangga bisa menyampaikan sejarah Semen Padang sejak 1910.

“Kami dengan bangga bisa menyampaikan bahwa tahun 1910, adalah awal dimulainya era industri atau manufacture di Indonesia. Dan itu dimulai dari Pabrik Indarung I ini. Dari Pabrik Indarung I inilah semen dikirim ke seluruh Nusantara ketika itu, karena belum ada Indonesia. Tahun 1999, semua Kiln Indarung I disetop karena emisinya sudah tinggi dan tidak ekonomis. Dan ketika itu juga, Semen Padang sudah ada pabrik Indarung II/III, IV dan V,” katanya.

Terkait penetapan Cagar Budaya Kawasan Pabrik Indarung I Semen Padang, Oktoweri menyampaikan bahwa itu baru dilakukan tahun 2022. Dalam waktu 3 bulan, Kawasan Indarung I Semen Padang telah  mendapatkan Cagar Budaya Peringkat Provinsi. Dan, sekarang sudah mencapai ke tahap Cagar Budaya Nasional. “Alhamdulillah, ini juga berkat dukungan stakeholder, yaitu Pemko Padang dan Pemprov Sumbar,” ujarnya.

Tahun 2023, tambah Oktoweri, Semen Padang akan siapkan sarana dan prasarana untuk Kawasan Pabrik Indarung I, termasuk pendaftaran World Heritage, serta pendaftaran Memori of The World yang prosesnya diperkirakan mencapai 2 tahun. “Ini mimpi kami. Mohon dukungan untuk kami,” kata Oktoweri.