Indonesia
Kamis, 14 November 2024 11:38 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur baru-baru ini dikabarkan menunjukkan aktivitas vulkanik yang intens sejak awal November 2024. Bahkan, erupsi vulkanik yang terjadi di Gunung Lewotobi telah menyebabkan kerusakan, korban jiwa, dan gelombang pengungsian.
"Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas vulkanik pada Gunung Lewotobi Laki-laki yang cukup signifikan," terang Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, 8 November 2024.
Berikut adalah sederet fakta terkait letusan gunung ini dan kondisi yang dialami oleh warga di sekitarnya.
Gunung Lewotobi Laki-laki kembali meletus pada Kamis, tepatnya pukul 08.53 WITA, menimbulkan kepanikan warga sekitar. Erupsi ini disertai dengan suara dentuman keras dan semburan asap dari kawah gunung.
Tak lama setelah letusan tersebut, kolom abu vulkanik setinggi 2.500 meter terlihat di atas puncak gunung, mencapai total ketinggian sekitar 4.084 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan rekaman seismogram, amplitudo maksimum letusan mencapai 47,3 mm dengan durasi 2 menit 33 detik.
Mengingat aktivitas vulkanik yang meningkat, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Lewotobi Laki-laki menjadi Level IV atau Awas sejak 3 November 2024.
Dengan status tertinggi ini, masyarakat diimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius 7 kilometer dari kawah gunung demi keselamatan. Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, mengingatkan bahwa suplai magma masih terus mengalir ke permukaan, sehingga potensi erupsi susulan tetap ada.
“Karena status awas artinya masih ada suplai magma dari dalam ke permukaan,” tambah Wafid.
Letusan besar pada awal November ini mengakibatkan bencana bagi penduduk setempat. Banyak warga terkena batu pijar yang menyala, menyebabkan luka bakar dan merusak rumah-rumah penduduk.
Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono yang datang ke lokasi bahkan membawa sampel batu pijar sebesar kelapa yang jauh lebih besar dan berat, dibandingkan material ringan seperti serpihan kaca yang biasanya keluar dari erupsi gunung berapi lainnya, seperti Gunung Merapi.
Dalam insiden ini, dilaporkan terdapat 10 korban jiwa, sementara 63 orang mengalami luka-luka. Dari jumlah tersebut, 31 orang mengalami luka berat dan 32 lainnya luka ringan akibat reruntuhan dan terkena batu pijar.
Akibat ancaman dari letusan gunung, sebanyak 2.472 orang terpaksa mengungsi ke beberapa titik aman. Mereka tersebar di tiga desa utama, yaitu Desa Konga (1.219 orang), Desa Bokang (606 orang), dan Desa Hokeng (647 orang).
Selain itu, terdapat pengungsian mandiri di rumah-rumah warga sekitar yang masih dalam proses pendataan oleh tim gabungan dari pemerintah dan relawan. Wakil Menteri Sosial memastikan bahwa bantuan layak disediakan bagi seluruh pengungsi untuk meringankan beban mereka selama di pengungsian.
Data visual dan instrumental menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik di Gunung Lewotobi Laki-laki masih berlangsung, meskipun sedikit ada penurunan aktivitas gempa. Erupsi, hembusan asap, dan gempa vulkanik masih terjadi, dengan kolom asap setinggi 300 hingga 1.000 meter yang dapat terlihat dari puncak gunung. Pos pengamatan melaporkan tujuh kali erupsi dalam satu hari.
Selain ancaman langsung dari material vulkanik, masyarakat di sekitar gunung juga diminta untuk mewaspadai potensi banjir lahar apabila terjadi hujan lebat. Sungai-sungai yang berhulu di Gunung Lewotobi Laki-laki berpotensi membawa material vulkanik turun ke pemukiman, sehingga penduduk diimbau untuk menghindari daerah aliran sungai dan selalu mengikuti perkembangan cuaca.
Untuk menjaga keamanan warga, Badan Geologi dan BNPB terus melakukan pemantauan aktivitas vulkanik. Tim ini melakukan penyisiran di radius berbahaya guna memastikan tidak ada penduduk yang melakukan aktivitas di sekitar gunung.
Upaya ini penting mengingat status Level IV (Awas) masih diberlakukan, yang berarti gunung bisa meletus sewaktu-waktu dan membahayakan nyawa penduduk.
Status Awas diterapkan sejak 3 November 2024 setelah adanya peningkatan signifikan dalam aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki. Aktivitas letusan tercatat meningkat sejak periode 23 Oktober hingga 3 November, memicu kenaikan status dari Level III (Siaga) ke Level IV (Awas).
Peningkatan status ini mengindikasikan bahwa ancaman erupsi yang lebih besar bisa terjadi kapan saja.
Meski aktivitas gunung cenderung meningkat, masyarakat diminta untuk tetap tenang, mengikuti arahan pemerintah, dan mengabaikan berita yang tidak jelas sumbernya. PVMBG dan pemerintah daerah telah melakukan berbagai langkah mitigasi.
Hal itu termasuk menyediakan tempat-tempat pengungsian yang aman dan pasokan bantuan bagi korban terdampak. Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki menjadi pengingat akan kekuatan alam dan betapa pentingnya langkah mitigasi dalam menghadapi bencana vulkanik.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 11 Nov 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 14 Nov 2024
6 bulan yang lalu