Indonesia
Jumat, 28 Oktober 2022 18:45 WIB
Penulis:Egi Caniago
Editor:Egi Caniago
Platform online-to-offline (o2o) Mitra Bukalapak berkontribusi terhadap 56% digitalisasi warung kelontong yang tersebar di Indonesia.
Menurut hasil riset Nielsen per Mei 2022 terhadap 2.736 warung dan kios pulsa di 14 kota di seluruh Indonesia, tercatat baru 25% yang sudah terdigitalisasi.
Mitra Bukalapak sebagai platform o2o pun turut andil dalam proses digitalisasi ini dengan penetrasi yang saat ini sudah mencapai 56%.
Di warung-warung yang menggunakan platform o2o, Mitra Bukalapak memimpin penetrasi digital di kategori grosir atau bahan makanan sebesar 68% dan kategori produk virtual sebesar 46%.
Pertumbuhan bisnis Mitra Bukalapak pun tercatat meningkat dan menjadi penggerak utama pertumbuhan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
Per kuartal II-2022, total transaksi yang benar-benar terjadi atau total processing value (TPV) Mitra Bukalapak naik 25% menjadi Rp17,7 triliun dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Per akhir Juni 2022, jumlah warung dan UMKM lainnya yang terdaftar sebagai pengguna Mitra Bukalapak pun meningkat ke 14,2 juta dari 11,8 juta pada akhir Desember 2021.
Mitra Bukalapak pun diproyeksikan untuk terus mendigitalisasi warung dan beragam UMKM lainnya di seluruh Indonesia, khususnya di kota-kota Tier 2 dan 3.
Pasalnya, 75% transaksi di Bukalapak berasal dari luar daerah Tier 1 dan pihak perusahaan pun melihat bawha kota-kota kecil memiliki potensi yang cukup besar.
Kendati demikian, warung dan UMKM lainnya di daerah-daerah ini kerap menemui kendala seperti keterbatasan akses ke infrastruktur, teknologi, dan permodalan.
Oleh karena itulah, Mitra Bukalapak terus diarahkan untuk memberdayakan warung dan UMKM di kota-kota kecil agar mereka bisa merasakan bagaimana penghasilan terdongkrak saat bergabung ke platform.
Ni Made Suartini, salah satu Mitra Bukalapak di Bali, menceritakan bagaimana produk-produk virtual yang dijual di warungnya melalui platform o2o dapat menghadirkan berbagai nilai tambah bagi pelanggan.
Sebelum menjadi Mitra Bukalapak, warung Made hanya menjual produk-produk makanannya dan jumlah pelanggan pun relatif sedikit.
Namun, sejak menjual beragam produk virtual di warungnya, Made berhasil menarik lebih banyak pelanggan.
Made menyampaikan, banyak pelanggan yang memilih warungnya dibanding tempat lain karena ia menyediakan bermacam-macam produk dan layanan virtual seperti pulsa dan pembayaran tagihan.
Produk dan layanan virtual itu saat ini masih jarang dimiliki oleh warung-warung lain di sekitar lingkungan Made.
"Produk-produk dan layanan seperti ini jarang dimiliki oleh warung-warung lain di daerah sekitar saya. Sebagai warung, saya juga punya fleksibilitas untuk buka sampai lebih malam dibandingkan toko-toko modern," ujar Made melalui keterangan tertulis Bukalapak yang diterima TrenAsia, Jumat, 28 Oktober 2022.
Setelah mulai menjual produk-produk dan layanan virtual yang diperoleh dari platform Mitra Bukalapak, pendapatan Made pun terdongkrak dari Rp300.000 perhari menjadi Rp1-2 juta perhari.
Mitra Bukalapak lainnya di Bali, Adiwitar, menuturkan juga bagaimana ia bisa belanja stok barang dan bahan-bahan makanan untuk dijual di warung dengan lebih mudah.
"Karena tinggal pesan, kemudian barangnya diantar langsung ke warung saya. Karena inilah saya jadi pionir penjual produk segar di lingkungan saya. Bahkan sekarang saya jadi supplier bahan-bahan baku bagi rumah-rumah makan dan pebisnis kuliner di sini karena posisi warung saya yang strategis," kata Adiwitari.
Chief Executive Officer (CEO) Buka Mitra Indonesia Howard Gani mengatakan bahwa dampak yang dirasakan oleh para Mitra Bukalapak di kota-kota luar Jawa menjadi pendorong bagi pihaknya untuk terus mengembangkan berbagai layanan dan fitur.
"Karena itu, kami akan terus memperluas akses bagi para Mitra kami ke berbagai layanan dari vertikal-vertikal bisnis Bukalapak. dengan begitu, kapabilitas bisnis mereka akan terus tumbuh dan bisa terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Howard.