Rabu, 28 September 2022 19:09 WIB
Penulis:Egi Caniago
Editor:Egi Caniago
Badan Anggaran DPR RI bersama Pemerintah sepakat mengubah asumsi dasar ekonomi makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023. Laju inflasi dan nilai tukar rupiah menjadi salah satunya yang diubah.
Anggota Banggar DPR RI Bramantyo Suwondo memaparkan, laju inflasi 2023 disepakati 3,6% dari usulan awal 3,2%. Nilai tukar rupiah juga berubah menjadi Rp14.800 dari sebelumnya Rp14.750, Namun untuk pertumbuhan ekonomi tetap 5,3 %.
"Laju inflasi berdasarkan RAPBN 2023 sebesar 3,3 persen, kesepakatan 3,6 persen. Nilai tukar rupiah dalam RAPBN 2023 Rp14.750, kesepakatan Rp14.800," kata Bramantyo rapat kerja dengan pemerintah dan Bank Indonesia, Selasa, 27 September 2022.
Naiknya asumsi inflasi ini merupakan salah satu langkah yang diambil sebagai antisipasi ketidakpastian global. Namun pemerintah dan BI diminta terus mengupayakan laju inflasi lebih rendah dari asumsi.
Perubahan lain juga terjadi di lifting gas bumi, dari sebelumnya 1.050 ribu barel setara minyak per hari menjadi 1.100 ribu barel setara minyak per hari. Langkah ini diambil dengan melihat peningkatan kapasitas dan potensi produksi pada lapangan minyak dan gas yang ada.
Di luar dari itu asumsi dasar ekonomi makro serta sasaran dan indikator pembangunan tahun 2023 tetap atau tidak mengalami perubahan.
Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2023:
- Pertumbuhan ekonomi: 5,3%.
- Laju inflasi: 3,6%
- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS: Rp 14.800
- Tingkat Bunga SUN-10 tahun: 7,90%
- Harga minyak mentah Indonesia: US$90 per barel
- Lifting Minyak Bumi: 660 ribu barel per hari
- Lifting Gas Bumi: 1.100 ribu barel setara minyak per hari
Sasaran dan Indikator Pembangunan 2023:
- Tingkat kemiskinan: 7,5-8,5%
- Tingkat pengangguran terbuka: 5,3-6%,
- Rasio gini: 0,375-0,378
- Indeks Pembangunan Manusia: 73,31-73,49
- Nilai Tukar Petani (NTP): 105-107
- Nilai Tukar Nelayan (NTN): 107-108