menabung
Senin, 04 Agustus 2025 13:30 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Apa yang membuat konsumen Indonesia tetap tenang menghadapi tekanan ekonomi? Survei terbaru Dentsu APAC Consumer Mindset untuk kuartal kedua 2025 mengungkap jawabannya: mereka cenderung menyesuaikan pola hidup dan memprioritaskan hal-hal esensial seperti kesehatan, pengeluaran yang lebih bijak, serta kestabilan keuangan pribadi.
Dilakukan pada 7–17 Mei 2025 terhadap 700 responden Indonesia (usia 18+), survei ini membongkar isi pikiran konsumen di tengah ketidakpastian ekonomi. Hasilnya menunjukkan bahwa meski 62% responden merasa situasi ekonomi nasional masih belum pasti, mereka tidak sepenuhnya pesimistis. Justru, 60% tetap optimistis kondisi keuangan pribadi mereka akan stabil atau membaik dalam 30 hari ke depan.
Tren yang muncul di masyarakat Indonesia sangat jelas: wellness, nilai, dan daya tahan kini menjadi fokus utama. Bukan cuma sekadar bertahan hidup, tapi hidup dengan lebih sehat dan cerdas secara finansial.
Barang-barang non-esensial mulai ditinggalkan. Belanja untuk makan di restoran, fashion mewah, dan traveling dikurangi. Sebagai gantinya, dana dialokasikan untuk kebutuhan pokok seperti makanan, perawatan kesehatan, dan indulgensi terjangkau seperti vitamin, skincare lokal, atau hiburan sederhana di rumah.
Generasi Z di Indonesia menghadapi tekanan finansial yang cukup berat. Sebanyak 40% Gen Z hanya mampu memenuhi sebagian dari kebutuhan bulanannya. Namun, menariknya, mereka tetap punya semangat positif: lebih dari separuh Gen Z percaya kondisi finansial mereka akan membaik dalam waktu dekat.
Meski harus mengatur ulang prioritas, Gen Z tidak kehilangan arah. Mereka fokus pada hal-hal fundamental—seperti kesehatan fisik dan mental, kebutuhan sehari-hari, serta membuat keputusan belanja yang lebih cerdas dan bernilai.
Milenial, yang sudah lebih mapan secara karier dan penghasilan, terlihat lebih tenang menghadapi situasi ini. Mereka tetap melakukan belanja, tapi juga dengan lebih selektif dan penuh pertimbangan. Stabilitas bukan berarti boros—dan itu yang membedakan mereka saat ini.
Apa artinya bagi brand dan pelaku bisnis? Dalam kondisi seperti ini, brand yang hanya fokus menjual akan ditinggalkan. Tapi brand yang bisa bercerita, memahami konsumen, dan menunjukkan empati—merekalah yang akan menang hati (dan dompet) konsumen Indonesia.
Baca Juga: Cicilan Mulai Rp800 Ribuan, Ini Rekomendasi KPR untuk Milenial dan Gen Z
Tiga rekomendasi utama untuk brand versi Dentsu:
Temuan Dentsu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia bukan berhenti belanja—tapi mereka belanja lebih pintar. Konsumen tidak lagi membeli berdasarkan keinginan sesaat, tapi berdasarkan nilai, kebutuhan, dan makna personal.
Kategori yang masih kuat di Indonesia:
Apa arti semua ini bagi masa depan belanja di Indonesia? Satu hal yang jelas: masyarakat kita sedang bertransformasi. Mereka belajar untuk lebih sadar akan kesehatan, bijak dalam pengeluaran, dan menjaga harapan tetap hidup meski situasi belum pasti.
Jika kamu pelaku bisnis, marketer, atau sekadar ingin tahu arah pasar Indonesia ke depan—data dari Dentsu Consumer Navigator ini bisa jadi blueprint penting. Saat konsumen bergerak, brand harus gesit menyesuaikan.
Kondisi ekonomi mungkin belum stabil, tapi konsumen Indonesia tidak menyerah. Mereka beradaptasi, menata ulang prioritas, dan tetap mencari value dalam setiap keputusan.
Untuk brand yang ingin bertahan dan berkembang: jadilah solusi, bukan beban. Tunjukkan bahwa kamu hadir bukan cuma untuk berjualan, tapi untuk mendampingi.
Ingin tahu lebih dalam tentang perilaku konsumen terbaru di Asia Pasifik? Pantau terus insight dari Dentsu dan ikuti perkembangan survei berikutnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Idham Nur Indrajaya pada 04 Aug 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 04 Agt 2025
18 jam yang lalu
15 hari yang lalu