Jumat, 28 Oktober 2022 22:04 WIB
Penulis:Egi Caniago
Editor:Egi Caniago
Kementerian Keuangan mengatakan menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 saat ini sangatlah berat karena sedang dihadapkan pada sejumlah tantangan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, APBN harus mampu menjalankan fungsi stabilisasi, alokasi dan distribusi serta bertahan dalam berbagai situasi.
"Makanya waktu itu disebutkan APBN menjadi counter cyclical, gara-gara pandemi siklusnya jadi anjlok, namun tetap harus bisa jadi bantalan ekonomi" katanya dalam acara Bincang APBN, Jumat 28 Oktober 2022.
Sri Mulyani menambahkan, APBN tengah berupaya menjadi penyangga perekonomian pasca pandemi masih diterpa beberapa tantangan, diantaranya, muncul krisis yaitu kenaikan harga pangan, harga energi dan geopolitik yang meningkat.
Hal ini menimbulkan disrupsi secara global, mulai dari tingginya harga pangan, energi, batu bara, CPO yang naik lebih dari dua kali lipat. Gandum, nikel yang semuanya menjadi biang kerok inflasi tinggi.
Tak hanya itu ada perubahan iklim menurut Menkeu, juga menjadi tantangan yang menghambat pemulihan APBN. Menurut dia, jika dunia terlalu banyak memproduksi CO2, pada tahun 2100 suhu bumi akan menjadi lebih hangat 2,6 derajat. Ini adalah level yang sudah melewati batas.
Pasalnya jika suhu bumi menghangat maka kutub utara dan selatan akan mencair dan permukaan air naik hingga pola musim berubah. Hal ini bisa menyebabkan tanah longsor sampai banjir dan kekeringan yang berkepanjangan. Karena itu APBN bisa masuk sebagai penolong melalui carbon tax atau subsidi. (TrenAsia.com)