canele
Rabu, 23 April 2025 14:15 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Hari Buku Sedunia pertama kali dicanangkan oleh UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB) pada 23 April 1995. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan hari wafatnya dua tokoh besar sastra: William Shakespeare dan sejarawan ternama asal Spanyol, Inca Garcilaso de la Vega.
Menurut Nation Today, ribuan tahun lalu saat penulisan dan kosakata mulai berkembang, media yang digunakan untuk menulis adalah tablet dari tanah liat. Seiring waktu, media ini berevolusi menjadi perkamen dan papirus.
Sementara itu, bentuk awal dari buku pertama kali muncul di Tiongkok pada abad ke-3. Buku-buku tersebut terbuat dari lembaran bambu yang tebal dan dijahit menyatu menjadi satu kesatuan.
Pada pertengahan abad ke-15, mesin cetak merevolusi buku hingga menjadi seperti yang kita kenal sekarang dan menjadikannya mudah diakses oleh semua orang.
Berkat penemuan cemerlang ini, kita dapat menikmati prosa dan puisi dari banyak penulis dan penyair—mulai dari Shakespeare dan Tolstoy hingga George R.R. Martin.
Membaca adalah bentuk hiburan yang luar biasa, yang mengharuskan kita untuk menggunakan imajinasi, bukan hanya sekadar menonton visual di layar.
Ada sesuatu yang sangat menenangkan tentang sensasi fisik dari sebuah buku, dengan aroma halaman cetak dan sampul mengilapnya. Buku merupakan bagian berharga dari masyarakat.
Dilansir dari dari Vogue Singapura, klub buku telah menjadi solusi bagi kebosanan membaca dan pelarian dari kenyataan. Banyak klub buku yang dipimpin selebriti kini bermunculan, bertujuan untuk memuaskan hasrat literasi tanpa tekanan tinggi untuk berkomitmen pada kelompok bacaan formal.
Dari Laufey hingga Kaia Gerber, selebriti-selebriti ini juga mendorong koneksi antara pembaca dan penulis dengan menyediakan platform bagi penulis untuk berbagi proses kreatif, anekdot, dan apa yang paling menginspirasi mereka.
Dengan hadirnya klub buku selebriti di media sosial, apakah kalian tertarik untuk bergabung dan membaca rekomendasi mereka? Berikut daftarnya.
Dengan misteri gelap yang serupa dengan sang pendirinya, TeaTime Book Club menawarkan rekomendasi bulanan yang unik.
Seperti Beautyland karya Marie-Helene Bertino, sebuah cerita lembut tentang seorang wanita yang merasa terasing dari rumah yang seharusnya di Bumi; We Were the Universe karya Kimberly King Parsons, sebuah novel komikal gelap yang mengikuti seorang ibu muda yang tetap tidak percaya dengan kematian saudarinya.
Dan The Hypocrite karya Jo Hamaya, sebuah novel cerdas yang mengkritisi hubungan antara seorang ayah dan putrinya.
Daftar buku TeaTime yang luas mencakup berbagai suara dari berbagai lapisan kehidupan, membahas beragam topik yang pasti akan memicu pemikiran dan memprovokasi diskusi kritis. Jika klian adalah tipe orang yang suka memahami teks secara mendalam—mulai dari meresapi referensi-referensi khusus hingga nuansa bahasa—kalian beruntung.
Dakota Johnson mengajak pembaca setia lainnya untuk terjun bersama ke dalam dunia ini, di mana ia membongkar lapisan-lapisan buku melalui saluran siarannya dengan mengundang penulis untuk berbagi pembahasan menarik secara rutin.
Pembahasan mendalam ini memberikan wawasan tentang proses kreatif mereka—memperkenalkan orang, tempat, atau media yang berkontribusi pada lahirnya novel tersebut.
Dengan secangkir teh di tangan dan buku di tangan lainnya, bergabunglah dengan TeaTime Book Club jika kalian mencari pemahaman mendalam tentang kumpulan cerita yang penuh perasaan dan unik.
Reese's Book Club lahir dari ketidakpuasan Reese Witherspoon terhadap Hollywood dan kurangnya representasi wanita di layar lebar. Aktris Legally Blonde ini menyaksikan penurunan kualitas naskah menarik untuk perempuan dan memutuskan untuk bertindak sendiri.
Tak heran, klub bukunya yang dinamai sesuai namanya (yang juga merupakan bagian dari rumah produksi miliknya, Hello Sunshine) lebih condong pada cerita-cerita yang berfokus pada perempuan.
Beberapa judul yang dipilih, seperti Big Little Lies karya Liane Moriarty dan Redwood Court karya Délana R. A. Dameron, hanyalah sebagian dari cerita-cerita pemberdayaan yang dibawakan oleh Reese’s Book Club.
Dengan tujuan membawa lebih banyak naskah menarik untuk perempuan, Reese’s Book Club, bersama dengan Hello Sunshine, membawa beberapa teks hidup ke layar, menghidupkan imajinasi Anda. Beberapa favorit penggemar termasuk Daisy Jones and the Six, Where the Crawdads Sing, dan Big Little Lies.
Sejak peluncuran perdana di tengah pandemi COVID-19, klub buku Kaia Gerber menarik perhatian ketika ia membawa pusat literasinya ke dunia maya dengan halaman Instagram resmi dan situs web, yang menyoroti komitmennya dalam mendukung suara-suara baru, cerita terjemahan, dan lainnya.
Dari prosa hingga puisi, Library Science mencakup berbagai genre tanpa batas. Beberapa judul yang disarankan antara lain Acts of Service karya Lillian Fishman, Darling Days karya Io Tillett Wright, dan Dear Dickhead: A Novel karya Virginie Despentes.
Setiap bulan, Kaia Gerber berbincang bersama penulis, aktor, dan tokoh publik lainnya untuk membahas tema, karakter, dan konsep dari pilihan bukunya. Percakapannya mencerminkan keunikan pengalaman membaca—di mana pemahaman seseorang mungkin tidak selalu sama dengan orang lain, namun dengan berbagi, itu memperkaya keduanya.
Para penulis yang diundang di kanalnya mengungkapkan niat dan inspirasi mereka, memperkaya wawasan para pembaca.
Laufey mengaitkan keahliannya sebagai penulis lagu dengan buku dan cerita. Kecintaannya terhadap musik sejalan dengan minatnya pada sastra, dan dia membagikan buku-buku yang menjadi sumber inspirasi untuk lagu-lagunya di The Laufey Book Club.
Sebagai bagian dari Laufey Land, pusat literasinya ini membantunya menjalin hubungan lebih dalam dengan penggemarnya. Dengan saluran Discord khusus untuk klub bukunya, penggemar dapat menemukan ruang diskusi aktif di mana mereka bebas membahas segala hal terkait sastra.
Kalian dapat menemukan berbagai genre—novel, puisi, komik, hingga manga—yang terkategorikan dengan rapi agar anggota dapat berbagi konten secara terorganisir. Di akhir bulan, musisi jazz ini mengadakan siaran langsung bersama para Lauvers untuk percakapan yang akrab.
Selama tur keliling dunia, penyanyi asal Islandia-China ini menempatkan perpustakaan kecil Laufey ikoniknya di berbagai kota agar penggemar dapat saling bertukar buku. Pastikan juga untuk mengunjungi The Laufey Book Club pop-up, di mana ia berkolaborasi dengan toko buku di berbagai negara untuk menyusun rak berisi pilihan buku-bukunya.
Saat tidak mendominasi tangga lagu dengan hit sensasional, penyanyi pemenang Grammy ini menghabiskan waktunya dengan buku paperback di tangannya. Melalui Service95 Book Club, dia mengungkapkan apresiasi mendalamnya terhadap sastra.
Selain daftar bacaan yang disusun dengan cermat dan panduan diskusi, Dua Lipa mengadakan dialog dengan para penulis di saluran YouTube-nya, di mana dia mewawancarai mereka mengenai berbagai topik dan konsep yang terkait dengan buku mereka.
Dari membahas teori-teori miliknya sendiri hingga mengungkap eksklusif dari para penulis, ia meningkatkan pengalaman membaca dengan berbagai pengetahuan yang dibagikan. Untuk para pecinta sastra, ia mengundang para penikmat buku untuk membaca buletin bulanan klub buku ini, yang merangkum bacaan bulanan sang penyanyi.
Aktris lulusan Harvard ini menunjukkan kecintaannya pada sastra melalui berbagai rekomendasinya yang mungkin terlewatkan oleh para pengikut #BookTok. Buku-buku yang direkomendasikan, seperti Get the Picture karya Bianca Bosker, Martyr! karya Kaveh Akbar, dan Sojourners karya Mfoniso Udonfia, mencakup beragam tema dan pelajaran berharga.
Natsbookclub menyapa anggota klub secara rutin dengan kutipan favorit dari bacaan-bacaan sebelumnya, dengan harapan dapat menginspirasi, menguatkan, dan memotivasi audiensnya dalam menjalani hidup.
Anggota juga bisa mengharapkan wawancara terbuka dengan penulis dan interaksi dua arah melalui segmen #BookClubChats.
Sebagai penulis buku anak-anak, Natalie Portman menekankan bahwa membaca sejatinya adalah latihan empati—sifat yang sering diabaikan dan seringkali terpinggirkan oleh dorongan untuk mencapai kesuksesan.
Jadi, meskipun kita mungkin bukan aktris peraih Oscar, kita semua bisa memiliki tujuan yang sama, yaitu menjadi pribadi yang penuh kasih melalui membaca.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 23 Apr 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 23 Apr 2025