rumah
Selasa, 08 Oktober 2024 11:31 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 57,33 juta orang, setara dengan 21,45% dari total penduduk pada 2019. Pada tahun 2024, jumlahnya turun menjadi 47,85 juta orang atau sekitar 17,13%. Ini berarti sebanyak 9,48 juta orang dari kelas menengah turun kelas.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, banyak orang dari kelas menengah yang menghabiskan tabungan hingga turun kasta. Ia menjelaskan, situasi ini disebabkan oleh tekanan yang dihadapi kelas menengah akibat kenaikan harga dan inflasi.
Meskipun sebagian kelas menengah mengalami penurunan, Sri Mulyani menyatakan terdapat kelompok miskin yang berhasil naik dan bergerak menuju kelas menengah (aspiring middle class).
Sebelumnya, bayangkan Anda sedang berada dalam kondisi keuangan yang baik. Anda telah menjalani gaya hidup kelas menengah dan menikmati semua keuntungan yang menyertainya seperti rumah yang lebih bagus, stabilitas keuangan, dan tabungan yang terus bertambah.
Namun, inflasi erus meningkat, dan menurut para ahli, ada beberapa hal yang mungkin tidak lagi dapat Anda beli dalam lima tahun ke depan.
Alyssa Huff, seorang ahli di bidang properti dan pendiri Sell House As Is mengatakan, kelas menengah saat ini dapat menikmati berbagai aspek penting dalam kehidupan mereka.
“Seperti memiliki rumah dengan hipotek yang terjangkau, menyekolahkan anak-anak mereka ke perguruan tinggi dengan bantuan pinjaman mahasiswa, memiliki asuransi kesehatan, menabung untuk masa pensiun, bahkan menikmati kemewahan sesekali.”
Namun, jika melihat ke masa depan, dia mengatakan kekhawatiran dengan masa depannya. “Meningkatnya biaya perumahan, biaya pendidikan, biaya perawatan kesehatan, dan inflasi dapat membuat kehidupan keluarga kelas menengah menjadi lebih sulit dalam lima tahun ke depan.”
Huff emperkirakan, akan lebih sulit untuk membeli rumah, menyekolahkan anak ke perguruan tinggi, atau menabung untuk masa pensiun. Bahkan kesenangan sederhana seperti liburan atau membeli barang bagus bisa menjadi lebih sulit.
Jadi, apa untungnya? Mengetahui peningkatan pengeluaran tidak dapat dihindari bisa membantu Anda untuk merencanakan lebih awal.
“Sebagai seseorang yang sangat peduli dengan kesejahteraan finansial, saya mendorong kelas menengah untuk mulai merencanakan dengan bijak sekarang untuk menghadapi badai potensial ini dan menjaga impian mereka tetap dalam jangkauan,” kata Huff.
Dilansir dari Yahoo Finance, berikut beberapa biaya yang akan terus meningkat dan harus Anda perhatikan.
“Menurut saya, tradisi perjalanan keluarga besar, terutama ke luar negeri, mungkin akan semakin menjadi sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh kelas menengah dalam beberapa tahun mendatang,” kata David Kemmerer, CEO CoinLedger.
Ia menambahkan, dalam banyak hal, liburan keluarga telah terlupakan selama dekade terakhir karena sejumlah faktor, seperti Covid dan inflasi.
Namun karena pendapatan kelas menengah tidak meningkat sebanyak dulu, ia mengatakan uang yang sebelumnya dapat digunakan untuk perjalanan mungkin akan digunakan untuk hal-hal seperti perumahan dan kebutuhan lainnya.
Melanie Musson, pakar keuangan di Clearsurance, mengatakan kelas menengah tidak akan mampu membeli mobil baru dalam waktu dekat.
“Harga kendaraan telah meningkat drastis dalam empat tahun terakhir dan kemungkinan akan terus menjadi lebih mahal,” kata Musson.
“Fitur keselamatan, teknologi otonom, dan baterai kendaraan listrik berkontribusi terhadap kenaikan harga,” paparnya.
Menurut CEO DebtHammer Jake Hill, jika inflasi dan permintaan tinggi terus berlanjut seperti saat ini, kelas menengah tidak akan mampu membayar biaya sekolah swasta dalam lima tahun ke depan.
“Biaya kuliah telah meningkat selama bertahun-tahun. Sangat mungkin biaya tersebut akan melampaui pendapatan kelas menengah dalam waktu dekat,” ungkapnya.
CEO Credit Summit Carter Seuthe mengatakan, dengan keadaan yang ada saat ini, hipotek atau pembelian rumah mungkin merupakan sesuatu yang tidak mampu dibeli oleh kelas menengah dalam lima tahun.
“Saya yakin memiliki rumah akan menjadi sesuatu yang semakin tidak terjangkau bagi warga kelas menengah pada umumnya,” ujarnya.
Menurut para ahli, area penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah perawatan jangka panjang dan biaya perawatan kesehatan.
“Biaya ini terus meningkat secara stabil, melampaui tingkat inflasi umum selama bertahun-tahun, dan tidak ada tanda-tanda tren ini akan berbalik,” kata Mike Kojonen, penasihat keuangan dan pemilik Principal Preservation Services.
Ia menyatakan, banyak keluarga kelas menengah mungkin merasa belum siap menghadapi tekanan keuangan yang terkait dengan perawatan jangka panjang, baik untuk diri mereka sendiri maupun orang tua yang sudah lanjut usia.
“Pekerjaan saya dengan klien telah menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan perencanaan perawatan kesehatan ke dalam strategi pensiun yang komprehensif,” katanya. “Tanpa perencanaan yang tepat, keterjangkauan layanan perawatan jangka panjang yang diperlukan dapat menjadi tantangan yang signifikan, yang berpotensi menghabiskan tabungan pensiun sebelum waktunya.”
Bagi mereka yang ingin pensiun dalam lima tahun ke depan, Kojonen mengatakan aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah waktu luang dan perjalanan saat pensiun.
“Bagi banyak orang, keinginan untuk menjelajahi dan menikmati kegiatan santai merupakan bagian utama dari impian masa pensiun mereka.”
Namun, dengan meningkatnya biaya dan tekanan inflasi yang memengaruhi segala hal mulai dari tiket pesawat hingga akomodasi dan makan, ia mengatakan apa yang dulu dianggap sebagai tujuan yang dapat dicapai oleh kelas menengah mungkin akan segera menjadi kemewahan.
“Pergeseran ini dapat menyebabkan penyesuaian yang diperlukan dalam perencanaan masa pensiun, yang menekankan perlunya membangun strategi tabungan yang lebih kuat untuk mengakomodasi biaya rekreasi dan perjalanan yang lebih tinggi,” terangnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 07 Oct 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 08 Okt 2024