Yahoo
Rabu, 24 Januari 2024 14:33 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan TikTok, media sosial yang identik dengan konten video pendek yang sangat digemari banyak orang ini. Meski begitu, baru-baru ini dikabarkan bahwa TikTok telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 60 karyawan di Amerika Serikat. Kabar ini berbanding terbalik dengan pesatnya pertumbuhan platform tersebut.
Melansir pemberitaan NPR, TikTok menghentikan sejumlah karyawan sebagai langkah penghematan biaya, menurut keterangan karyawan di platform berbagi video ini. Hal ini menjadikan TikTok sebagai perusahaan teknologi terbaru yang melakukan pengurangan staf dalam beberapa minggu terakhir.
Orang dalam perusahaan menjelaskan sebanyak 60 karyawan dipecat, dengan mayoritas dari divisi penjualan dan periklanan perusahaan. "Peran yang dihilangkan termasuk pekerja di Los Angeles, New York, Austin dan luar negeri," ungkapnya dikutip pada Selasa, 23 Januari 2024.
Meskipun begitu, kata sumber anonim tersebut, perusahaan telah menjadwalkan pertemuan townhall yang akan berlangsung pada hari Selasa setelah pengumuman PHK.
Asal tahu saja, TikTok menjadi salah satu aplikasi terpopuler di AS, dengan sekitar 7.000 karyawan di negara tersebut. Perusahaan induknya, raksasa teknologi ByteDance yang berbasis di Tiongkok, memiliki lebih dari 150.000 pekerja yang tersebar di seluruh dunia.
Meski hubungan antara TikTok dan AS mengalami fluktuasi, perusahaan China ini mengklaim memiliki lebih dari 150 juta pengguna aktif di AS. Dengan valuasi perusahaan mencapai US$225 miliar, ByteDance diperkirakan menjadi perusahaan swasta paling berharga di dunia.
Munculnya kabar PHK TikTok sekaligus menandai gejala terbaru dari tantangan dalam industri teknologi. Perusahaan-perusahaan teknologi besar lainnya, termasuk Google dan Amazon, telah melakukan pemotongan ribuan karyawan sepanjang tahun ini.
Hal tersebut dikarenakan pengalihan sumber daya ke pengembangan AI generatif yang dianggap banyak orang sebagai tren teknologi berikutnya. Tercatat hingga 2024, lebih dari 10.000 pekerjaan di bidang teknologi telah dihapus, menurut pelacak pekerjaan teknologi layoffs.fyi.
Setelah tahun berat pada 2023, yang menyaksikan hilangnya sekitar 260.000 pekerjaan di sektor teknologi, CEO Meta, Mark Zuckerberg, menyebutnya sebagai "Tahun Efisiensi" dengan pemangkasan biaya yang terus berlanjut.
Meski demikian, analis di Silicon Valley memperkirakan pengurangan karyawan akan lebih terukur dan tepat sasaran dibandingkan tahun sebelumnya.
Pengamat industri teknologi menyebut perombakan tenaga kerja, fokus pada kecerdasan buatan, pelebaran staf akibat pandemi, dan upaya perusahaan untuk memberikan lebih banyak keuntungan bagi pemegang saham sebagai faktor penyebab hilangnya pekerjaan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 24 Jan 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 24 Jan 2024