pinjaman online
Jumat, 12 Januari 2024 15:08 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Makanan-makanan yang mengandung gula tidak dapat dipungkiri memang selalu mengundang selera. Tidak hanya itu, makanan tersebut juga dikemas dengan menarik sehingga membuat orang yang mengonsumsinya ketagihan.
Hal tersebut dapat dilihat dari bermunculannya gerai-gerai makanan masa kini yang belakangan ini kerap digandrungi masyarakat, khususnya anak muda. Namun demikian, ada hal yang patut diwaspadai oleh masyarakat di balik kenikmatan makanan tinggi gula tersebut.
“Di balik sensasi rasa yang manis, yang menggoda, tersembunyi ancaman yang dapat merusak kesehatan tubuh secara perlahan-lahan,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Dr. Eva Susanti, S. Kp., M. Kes., seperti yang dikutip dari Sehat Negeriku pada Jumat, 12 Januari 2024.
Menurut Diabetes UK, organisasi di Inggris yang mengedukasi masyarakat tentang penyakit diabetes, menyatakan bahwa gula tidak berperan sebagai faktor risiko lahirnya penyakit diabetes tipe-1. Untuk diabetes tipe-2 yang lebih kompleks, konsumsi gula berlebihan bukanlah penyebab langsung muncul penyakit diabetes melitus tapi bisa menjadi faktor pemicu terjadinya kenaikan berat badan yang akhirnya bisa membuat seseorang terkena penyakit yang dikenal sebagai juga sebagai kencing manis itu.
Namun, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi kegemukan di Indonesia mengalami peningkatan, dari 10,5 persen pada 2007 menjadi 14,8 persen pada 2013 dan 21,8 persen pada 2018. Menurut hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023, angka obesitas di Indonesia meningkat menjadi 23,4 persen.
Eva Susanti mengatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi, karbohidrat tinggi, gula tinggi ,dan tinggi tepung akan dapat menyebabkan munculnya resistensi insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas yang memungkinkan pengaturan pengambilan glukosa. Hormon ini dilepaskan sebagai respons terhadap peningkatan kadar glukosa dalam darah dan memungkinkan sel-sel individu mengambil glukosa dari darah untuk metabolismenya.
Sementara itu, kata Eva, konsumsi makanan maupun minuman manis dalam jumlah banyak akan menyebabkan penumpukan gula yang melebihi kebutuhan yang diperlukan tubuh untuk memproduksi hormon insulin. Akibatnya, ketika diperiksa, kadar gula dalam darah tinggi melebihi normal dan terindikasi mengalami penyakit diabetes tipe 2.
“Konsumsi gula yang terus menerus akan menyebabkan resistensi insulin, ketika tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara efektif, sehingga kemungkinan akan terkena risiko mengalami diabetes apabila tidak diimbangi dengan aktivitas fisik,” ujar Eva.
Menurut Eva, kelebihan gula pada tubuh juga bisa menjadi salah satu faktor risiko seseorang terkena penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi. Gula yang banyak ini nantinya akan menumpuk di dalam sel tubuh dan akan menjadi lemak sehingga membuat tekanan darah meningkat. Untuk mengalirkan darah ke sel tubuh kita perlu memompa lebih berat karena banyaknya lemak yang ada di tubuh.
Untuk itu, Eva menyarankan agar masyarakat mengonsumsi gula setiap hari sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni sebanyak 10 persen dari total energi (200 kilo kalori) atau setara dengan empat sendok makan atau 50 gram per hari bagi setiap orang. “Kesadaran akan bahaya konsumsi gula berlebihan sangatlah penting agar orang dapat terhindar dari penyakit serius seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan lainnya,” kata Eva.
Meskipun gula berbahaya bagi kesehatan, namun orang tidak disarankan untuk meninggalkan konsumsi gula karena untuk energi dalam tubuh tetap membutuhkan glukosa. Eva mengatakan, terkadang ada penderita diabetes yang salah memandang penyakit kencing manis ini dengan langsung berhenti mengonsumsi gula, padahal jika itu dilakukan justru bisa menyebabkan hipoglikemia, yakni kondisi ketika kadar gula dalam darah berada di bawah normal.
Situs Diabetes UK menulis bahwa tidak masalah penderita diabetes untuk sesekali menikmati makan makanan manis dan tidak masalah jika sesekali memasukkannya sebagai camilan sebagai bagian dari pola makan yang sehat dan seimbang. Selain itu, bagi sebagian penderita diabetes, minuman manis atau tablet glukosa sangat penting untuk mengatasi hipoglikemia ketika kadar glukosa darah terlalu rendah.
Menurut Situs Diabetes UK, orang perlu memperhatikan jumlah gula harian maksimum yang direkomendasikan untuk dikonsumsi, yakni 30 gram untuk orang dewasa, yang berarti hanya tujuh sendok teh sehari. Sebagai ilustrasi, kandungan gula dalam sejumlah makanan sebagai berikut. Satu sendok makan saus tomat mengandung sekitar satu sendok teh gula, sepotong biskuit cokelat mengandung hingga dua sendok teh gula, dan satu porsi kecil kacang panggang hampir setara dengan tiga sendok teh gula. “Anda dapat melihat seberapa cepat sendok teh gula tersebut bertambah,” kata mereka.
Eva memberikan tip untuk mengurangi konsumsi gula berlebih sekaligus terhindar dari penyakit serius yang diawali oleh konsumsi gula berlebih. Pertama, perhatikan label gizi makanan dengan baik. Kedua, jika membeli makanan atau minuman, pastikan tidak dengan pemanis tambahan. Ketiga, kombinasikan antara gula dengan protein lemak sehat dan serat. Terakhir, jadikan mengurangi gula menjadi bagian dari kebiasaan hidup.
“Jadikan mengurangi gula menjadi bagian dari kebiasaan, termasuk mengonsumsi makanan karbohidrat harus dikurangi juga karena gula itu bukan hanya dalam bentuk gula yang biasa kita pakai untuk makan dan minum tapi makanan karbohidrat itu juga tinggi gulanya,” ujarnya.
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Justina Nur Landhiani pada 12 Jan 2024