Selasa, 17 Januari 2023 22:06 WIB
Penulis:Egi Caniago
Editor:Egi Caniago
Ditengah boomingnya game online, trend permainan kembali di rebut oleh permainan tradisional bernama lato-lato. Tak hanya anak-anak, orang dewasapun ikut antusias memainkan lato-lato. Walau suara yang dihasilkan sangat berisik dan mengganggu, banyak juga perlombaan yang diselenggarakan dengan hadiah yang beragam. Terbaru, bahkan sekelas presiden Indonesia, Joko Widodo turut mencoba memainkan lato-lato.
Lato-lato adalah permainan tradisional yang terdiri dari bola karet plastik yang digantung dengan sebuah tali dan cincin diatasnya, cara memainkannya cukuplah sederhana. Tempatkan jari di cincin dan pukulkan kedua bola karet hingga saling berbenturan dan menimbulkan bunyi tek-tek.
Susah-susah gampang, diperlukan fokus agar benturan kedua bola karet dapat bertahan lama. Biasanya perlombaan lato-lato menandingkan siapa yang paling lama bertahan saat memainkannya. Semakin lama bola lato-lato berbenturan semakin besar pula peluang menang.
Lalu bagaimana sih sejarah awal dari lato-lato ?
Lato-lato pertama kali dimainkan di Amerika Serikat dan di Eropa. Orang-orang di Amerika menyebut permainan ini dengan nama clackers ball atau newton's yo yo.
Sementara orang Eropa menyebut permainan ini dengan sebutan clackers, click-clack, knockers, dan ker bangers, atau clankers. Permainan ini mulai dimainkan pada tahun 1960-an dan semakin populer di awal tahun 1970-an. Tujuan awal dirancangnya permainan ini adalah untuk melatih anak-anak tentang koordinasi tangan dan mata.
Sejak kepopulerannya, banyak sekolah yang melarang siswa mereka membawa lato-lato karena suara bising yang dihasilkan dan dianggap mengganggu. Bahkan lato-lato sempat ditarik dari peredaran oleh oleh Food and Drug Andministration (1966), badan yang memiliki kewenangan untuk melindungi orang-orang dari pemainan bahaya yang mengandung bahan kimia, mudah terbakar maupun radioaktivitas.
Memang dahulunya bahan untuk membuat lato-lato ini terbuat dari kaca, kayu, hingga logam yang ketika pecah, pecahannya tentu sangat membahayakan penggunanya.
Dan benar saja lato-lato dianggap membahayakan penggunanya karena sempat terjadi kasus dimana bola lato-lato pecah dan mengenai anak-anak yang sedang memainkannya.Tak sedikit pula kasus cedera mata yang disebabkan oleh pecahnya bola lato-lato ini.
Kepopuleran lato-lato juga merambah ke Indonesia sekitar tahun 1990-an. Beberapa daerah di Indonesia memiliki nama berbeda untuk menyebut permainan lato-lato ini seperti di Makassar, permainan ini disebut Katto-katto, di Jawa Barat disebut nok-nok dan orang-orang di Jawa Tengah menyebutnya dengan sebutan tok-tok.
Penyebutan nama permainan ini didapatkan dari suara yang dihasilkan saat memainkan permainan ini. (TrenAsia.com)