5 Langkah Cerdas Agar Nggak Terjebak Hype Fast Beauty

5 Cara Cerdas Menghindari Tren Fast Beauty, Jangan FOMO! (Freepik)

JAKARTA – Fenomena fast beauty muncul ketika brand kecantikan merilis produk baru dengan ritme yang terlalu cepat hingga sulit berkelanjutan.

Setiap harinya, produk baru terus bermunculan hanya untuk mengejar tren yang cepat berubah. Jika sebelumnya istilah fast fashion lebih dulu populer, kini fast beauty juga menjadi sorotan penting.

Akibatnya, banyak orang menumpuk produk yang sebenarnya jarang dipakai, tetapi tetap membeli lagi. Meski tidak benar-benar membutuhkan concealer atau krim wajah terbaru, rasa takut tertinggal tren atau kehilangan momen membuat mereka tergoda untuk terus berbelanja.

Media sosial punya peran besar dalam perkembangan fast beauty. Ribuan influencer meluncurkan brand makeup mereka sendiri, perusahaan gencar menawarkan kolaborasi edisi terbatas, dan masyarakat terus berusaha menciptakan tren baru lewat produk kecantikan.

Bagaimana Dampak Fast Beauty terhadap Bumi?

Mendaur ulang produk kecantikan bukan hal mudah karena banyak wadah yang berukuran terlalu kecil, memiliki bentuk beragam, serta terbuat dari campuran berbagai jenis plastik.

Akibatnya, saat sampai di fasilitas daur ulang, wadah-wadah ini sering kali tidak bisa diproses dan akhirnya terbuang begitu saja.

Sebagian besar limbah kosmetik berakhir di tempat pembuangan atau bahkan mencemari perairan, meski awalnya sudah dicoba untuk didaur ulang.

Seorang pakar keberlanjutan dan perubahan iklim menyebutkan bahwa industri kecantikan menghasilkan lebih dari 120 miliar kemasan setiap tahunnya.

Plastik sendiri tidak bisa terurai secara alami, sehingga akan bertahan ribuan tahun. Seiring waktu, plastik akan terpecah menjadi mikroplastik yang membahayakan kehidupan laut serta meresap ke tanah.

Dampaknya buruk bagi kesehatan makhluk hidup maupun kelestarian bumi. Lantas, bagaimana cara menghindari fast beauty

Tips Menghindari Fast Beauty

Dilansir dari Ourgoodbrands, berikut tips menghindari fast beauty:

1. Jangan FOMO

Biasanya setiap awal atau akhir bulan berbagai produk kecantikan dan perawatan kulit memberikan potongan harga besar. Meski tawaran ini tampak menarik, usahakan untuk tidak tergoda membeli hanya demi kepuasan sesaat atau karena takut ketinggalan tren (FOMO). Batasi pembelian produk makeup, perawatan kulit, maupun perawatan rambut baru.

Kalian tetap bisa menggunakan produk favorit, tetapi usahakan untuk tidak membeli barang baru hanya karena tergoda. Meski terlihat menarik atau bermanfaat, pikirkan kembali seberapa sering kamu benar-benar akan memakainya. Tanyakan pada diri sendiri apakah Anda memang membutuhkannya, atau justru hanya akan menjadi pajangan di rak.

2. Periksa Masa Simpan Produk

Setiap kosmetik memiliki masa simpan, layaknya makanan yang punya tanggal kedaluwarsa.

Meski banyak orang terus memakai produknya hingga habis, tak sedikit juga yang akhirnya membuangnya. Sebelum menambah koleksi baru, bandingkan terlebih dahulu berapa lama tiap produk bisa bertahan.

Secara umum, produk makeup, skincare, atau perawatan rambut masih bisa digunakan setelah lewat tanggal kedaluwarsa, tetapi efektivitasnya mungkin berkurang atau bahkan menimbulkan efek samping.

Misalnya, sebagian besar produk dapat bertahan hingga tiga tahun jika belum dibuka, namun ada juga yang hanya bisa digunakan dua bulan setelah kemasan dibuka. Jika kalian merasa lebih nyaman memakai kosmetik sesuai masa simpannya, pilihlah produk dengan daya tahan lebih lama.

3. Gunakan Produk yang Ramah Lingkungan dan Mendukung Keberlanjutan

Industri kecantikan terus mengeluarkan produk baru untuk mengikuti tren yang selalu berubah. Upaya yang berlebihan ini menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang di seluruh dunia, sehingga penting untuk menghentikannya.

Kalian bisa berkontribusi dengan menjadi konsumen yang lebih bijak dan memilih merek yang benar-benar peduli pada kelestarian bumi.

Kalian bisa melihat produk berkelanjutan dari kemasannya yang ramah lingkungan. Merek yang menerapkan prinsip keberlanjutan biasanya juga mengedukasi konsumen tentang cara memilih produk yang tepat, dampak produknya terhadap lingkungan, hingga pentingnya mendaur ulang kemasan.

Skincare berkelanjutan umumnya tidak merilis produk baru dalam waktu yang terlalu berdekatan. Sebaliknya, fast beauty justru terus mengeluarkan produk dalam tempo singkat, mirip dengan konsep fast fashion yang selalu menghadirkan model pakaian baru dalam waktu cepat.

Saat ini juga tersedia banyak pilihan merek berkelanjutan yang bisa dicoba. Misalnya, perusahaan kecantikan 100% Pure memiliki sembilan tahap proses kontrol kualitas untuk memastikan semua produknya alami dan bebas dari uji coba pada hewan. Mereka bahkan menghadirkan rangkaian kosmetik tanpa bahan kimia maupun pengisi tambahan.

4. Daur Ulang Kemasan Produk

Kamu bisa mengumpulkan botol atau wadah skincare bekas lalu menyerahkannya ke bank sampah untuk didaur ulang. Kini tersedia fasilitas pengumpulan khusus untuk botol skincare, bahkan beberapa mall di menyediakan layanan ini.

Bahkan, dengan membersihkan wadah kosmetik sebaik mungkin, kalian bisa memanfaatkannya kembali untuk keperluan lain.

Misalnya, sikat maskara lama dapat dijadikan alat pembersih atau sisir alis. Wadah lip balm kosong juga bisa diisi ulang dengan petroleum jelly agar praktis dibawa untuk mengatasi bibir kering saat bepergian.

5. Mengutamakan Rutinitas Perawatan Kulit Sederhana

Rutinitas kecantikan yang terlalu rumit sering membuat banyak orang terjebak dalam tren fast beauty. Padahal, perawatan kulit yang sederhana namun dilakukan secara konsisten justru lebih efektif dibanding mencoba banyak produk dalam waktu singkat.

Cobalah menerapkan konsep skinimalism, dengan fokus pada produk dasar seperti pembersih, pelembap, dan tabir surya. Melalui rutinitas sederhana ini, kalian tetap bisa merawat kesehatan kulit tanpa harus tergoda memakai berbagai produk yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

Selain merawat kulit dari luar dengan menggunakan produk skincare, kalian juga perlu menjaga pola makan serta gaya hidup sehat untuk memperbaiki kondisi kulit dari dalam tubuh. Dan tentu saja proses ini tidak instan.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 14 Sep 2025 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 15 Sep 2025  

Editor: Redaksi Daerah
Redaksi Daerah

Redaksi Daerah

Lihat semua artikel

Related Stories