finansial
Rabu, 15 Mei 2024 15:04 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Apakah Anda pernah scrolling e-commerce saat makan siang atau bahkan malam hari sebelum tidur? Jika iya, ada baiknya jika Anda mulai mengurangi kebiasaan tersebut karena dapat memicu belanja yang tidak dibutuhkan.
Dorongan untuk berbelanja ketika Anda tidak benar-benar membutuhkannya seringkali digambarkan sebagai belanja kompulsif atau kecanduan belanja. Kecanduan belanja dapat menimbulkan kesedihan yang sama besarnya dengan seorang peminum atau seseorang yang menggunakan narkoba atau bahkan berjudi.
Lalu, apa yang menyebabkan kita untuk berbelanja padahal seharusnya tidak? Simak penjelasan berikut ini, seperti yang telah dirangkum dari ABC.
Kebosanan dapat mendorong Anda melakukan banyak hal yang seharusnya tidak dilakukan, seperti makan terlalu banyak, bermain video game berjam-jam, membeli barang-barang yang tidak diperlukan, dan menghabiskan uang secara berlebihan.
Baik Anda pergi ke toko usai bekerja atau menelusuri e-commerce saat sebelum tidur, mengisi waktu luang dengan kebiasaan tersebut akan menyedot isi rekening bank Anda.
Anda mungkin akan berbelanja saat mengalami hari yang buruk di tempat kerja, atau menghadapi anak-anak yang sulit untuk diatur. Berbelanja sering digunakan oleh banyak orang sebagai cara untuk mengatasi perasaan seperti sedih, frustasi, atau marah.
Menghabiskan uang sesekali untuk memanjakan diri adalah hal yang normal. Akan tetapi, hal ini bisa jadi masalah jika perilaku tersebut dilakukan terus menerus bahkan berbelanja barang yang Anda tidak mampu atau tidak akan Anda gunakan.
Terkadang kita pergi ke toko bukan karena membeli suatu produk atau layanan tertentu. Salah satu pendorong bagi beberapa pembeli kompulsif adalah interaksi dengan asisten penjualan.
Pergi ke toko sebagai cara untuk menghabiskan waktu bersama orang-orang ini lebih umum dilakukan oleh orang lanjut usia dan mereka yang menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah.
Saat ini kita seolah-olah terbiasa dikelilingi oleh iklan seperti papan reklame, TV, majalah, dan iklan-iklan yang ditargetkan mengikuti kita secara online.
Tidak hanya itu, kita juga sering mengikuti influencer media sosial yang menyoroti produk sebagai konten mereka sehingga mengaburkan antara apakah itu konten review rekomendasi pribadi atau iklan berbayar.
Hal itulah yang dapat berkontribusi pada kebiasaan Anda untuk berbelanja. Anda mungkin merasa takut tertinggal dengan tren karena semua influencer seolah-olah sedang menggunakan barang tersebut. Selain itu, Anda mungkin ingin meningkatkan harga diri dengan menggunakan barang-barang seperti yang digunakan oleh para influencer.
Itu tadi beberapa alasan yang menyebabkan Anda belanja terlalu banyak pada barang-barang yang sebetulnya tidak Anda butuhkan. Apakah Anda masih mengalaminya?
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh pada 15 Mei 2024