Selasa, 21 Juni 2022 06:00 WIB
Penulis:Sutan Marajo
Editor:Redaksi
Sebuah penelitian mengungkapkan, raut wajah rupanya dapat mencerminkan apakah orang tersebut masuk dalam golongan orang miskin atau kaya. Hal ini diungkapkan lewat sebuah penelitian.
Berdasarkan jurnal Personality and Social Psychology, peneliti dari Universitas Toronto, Kanada, R. Thora Bjornsdottir dan Nicholas O. Rule, menyebutkan wajah dan kesejahteraan berkaitan satu sama lain.
"Hubungan antara kesejahteraan dan kelas sosial telah ditunjukkan oleh sejumlah penelitian sebelumnya," ujar sang peneliti yang merupakan mahasiswa pascasarjana Universitas Toronto mengutip dari CNBC Senin, 20 Juni 2022.
Pada penelitian itu disebutkan bahwa orang kaya atau cenderung punya banyak uang memiliki kecenderungan untuk hidup lebih bahagia. Mereka tak terlalu cemas dibandingkan kelompok lain.
Bjornsdottir melakukan studinya dengan meneliti masing masing wajah dari 80 subjek pria dan wanita melalui foto wajah hitam putih. Seluruh objek pada foto tersebut tak ada yang menggunakan tato atau tindikan.
Selain itu, semua wajah di foto itu juga menunjukkan ekspresi yang netral. Setengah dari orang di foto-foto itu adalah mereka yang berstatus sebagai masyarakat kelas atas, dan separuh lainnya adalah kelas pekerja.
Foto-foto tersebut kemudian ditunjukkan pada orang lain. Mereka diminta menebak kelas sosial dari masing-masing orang. Hasilnya, sebanyak 68% menjawab dengan benar.
Para peneliti lalu melakukan studi lebih lanjut dengan memperbesar bagian wajah. Mereka menemukan bahwa subjek masih bisa menebak dengan benar ketika mereka hanya melihat beberapa bagian saja seperti mata dan mulut.
Lewat penemuan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa hal ini kemungkinan terjadi karena pola emosi dapat terlihat di wajah seseorang dari waktu ke waktu. Kontraksi otot-otot tertentu dapat menyebabkan perubahan struktur wajah yang dapat dilihat orang lain.
"Seiring waktu, wajah Anda secara permanen mencerminkan dan mengungkapkan pengalaman Anda. Bahkan ketika kita berpikir kita tidak mengekspresikan sesuatu, ekspresi emosi itu masih ada di sana," ungkap salah peneliti lainnya, Nicholas. (TrenAsia.com)