Kamis, 08 September 2022 22:45 WIB
Penulis:Sutan Kampai
Editor:Redaksi
Sanksi ekonomi menyebabkan akses sejumlah perusahaan asal Rusia tertutup di pasar global. Alasannya, transaksi dalam bentuk dolar AS dan euro dari negara yang merupakan pecahan dari Uni Soviet ini dibatasi oleh lembaga keuangan dunia yang berbasis AS dan Eropa.
Tak kehabisan akal, Rusia mencari jalan lain agar industri keuangannya tetap berjalan. Salah satunya adalah dengan menggaet Cina untuk memfasilitasi pinjaman dalam bentuk mata uang yuan.
Mengutip Reuters pada Kamis, 8 September 2022, salah satu perbankan asal Rusia, Sberbank mengaku telah mulai menjalanan aksi meminjamkan uang dalam yuan untuk menggantikan transaksi dolar AS dan euro. Dengan begitu, pembatasan sanksi ekonomi yang ditetapkan AS dan sekutunya tak jadi halangan bagi Rusia.
"Saya tidak berpikir Rusia akan kembali ke situasi terpengaruh dolar seperti itu pada ekonomi domestik," kata CEO Sberbank German Gref seperti dikutip TrenAsia.com.
Hal serupa juga dikatakan oleh perbankan Rusia lainnya, VTB . Ia menjelaskan layanan transaksi internasional pertama yang menyediakan layanan transfer mata uang dalam satuan Yuan dilakukan di luar jaringan SWIFT yang merupakan tulang punggung sistem keuangan global.
Ia menambahkan, melakukan transaksi tanpa mengkonversikannya terlebih dahulu ke dalam satuan dolar atau euro dinilai lebih meyederhanakan transaksi.
"Peluncuran sistem transfer yuan akan secara signifikan menyederhanakan pekerjaan perusahaan dan individu Rusia dengan mitra Cina, serta meningkatkan popularitas yuan di negara kita," kata CEO VTB, Andrei Kostin.
Belakangan ini, perbankan Rusia dikabarkan telah mengembangkan jaringannya sendiri yang disebut System for Transfer of Financial Messages atau STFM. VTB menambahkan langkah ini diperlukan sebagai alternatif pengganti SWIFT.
Tambahan informasi, sanksi barat pada Rusia sebagai bentuk protes atas invasinya ke Ukraina telah membidik kemampuan Kremlin untuk melakukan aktivitas perbankan secara global.
Pemangku kebijakan keuangan global yang notabene merupakan sekutu barat memutus negara itu dari SWIFT. Tak hanya itu, sistem keuangan global turut membekukan cadangan devisa Rusia yang disimpan di luar negeri.
Tapi sejak invasi Februari, Rusia telah melakukan pendekatan terhadap yuan sebagai metode pembayaran alternatif potensial lebih kuat.
Sejak saat itu, volume perdagangan rubel-yuan diketahui telah melonjak dan Rusia telah menjadi pasar ketiga terbesar transaksi dengan menggunakan yuan di dataran Tiongkok . (TrenAsia.com)