Energy Watch Sebut Harga BBM di Indonesia Lebih Murah Dibandingkan Negara Lainnya

Minggu, 10 April 2022 19:36 WIB

Penulis:Sutan Kampai

Editor:Redaksi

Warga mengantre untuk melakukan pengisian bahan bakar di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Abdul Muis, Jakarta Pusat. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

PT Pertamina (Persero) baru saja menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax dari Rp9.000 per liter menjadi Rp12.750 per liter mulai tanggal 1 April 2022. 

Kenaikan tersebut merupakan langkah yang tepat mengingat kenaikan harga minyak dunia yang sudah sangat tinggi jika dibandingkan dengan harga minyak dunia tahun 2021. 

Di sisi lain, harga minyak merupakan faktor utama pembentukan harga BBM. Selain itu, meskipun mengalami kenaikan, harga BBM di Indonesia masih jauh lebih murah jika dibandingkan dengan negara lain. Demikian disampaikan Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan dalam keterangan tertulisnya.

Harga BBM di Indonesia jauh lebih murah jika di bandingkan dengan negara lain," kata Mamit, Sabtu, 9 April 2022. 

Mengacu kepada Global Petrol Price, harga BBM di Singapura adalah Rp30.208 per liter, Laos Rp24.767, Filipina Rp20.828, Kamboja Rp20.521, Thailand Rp19.767, Vietnam Rp18.647,  Indonesia Rp16.500 dan Malaysia Rp6.965. 

Harga di Malaysia lebih murah dikarenakan Malaysia menerapkan subsidi Automatic Pricing Mechanism (APM) dimana kebijakan APM ini berfungsi untuk menstabilkan harga bensin seperti bensin RON 95, RON 97 dan solar sampai batas tertentu melalui pemberlakuan pajak penjualan dan subsidi dalam jumlah yang bervariasi. 

"Oleh karenanya, perubahan harga eceran dipengaruhi oleh besaran pajak dan subsidi dalam batas tertentu sesuai kebijakan yang ditetapkan pemerintah Malaysia. Selain itu, jalur distribusi di Malaysia jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan Indonesia yang merupakan negara kepulauan," urai Mamit

Menurut dia, saat ini harga minyak secara global memang mengalami kenaikan yang cukup signifikan.Hal ini karena harga minyak dunia yang terus naik di mana salah satu persoalannya ada konflik Rusia-Ukraina yang belum juga selesai hingga embargo yang dilakukan negara Barat terhadap produk migas milik Rusia. Sedangkan Rusia memasok 11,4% dari total kebutuhan minyak dunia.

"Sebagai contoh, harga BBM di Hong Kong mencapai Rp36.176 per liter, Jerman Rp34.454 per liter, Italia Rp34.310 per liter, dan Yunani Rp32.733 per liter. Jadi, sudah sewajarnya Pertamina menyesuaikan harga BBM Umum mereka," kata Mamit

Selain itu, menurut Mamit kenaikan harga Pertamax RON 92 masih jauh lebih murah jika dibandingkan dengan SPBU Swasta lainnya. 

Sebagai perbandingan, harga BBM RON 92 yang di jual Shell hari ini berada di Rp16.500, Vivo Rp12.900, dan BP-AKR Rp12.990 sementara Pertamax masih Rp12.500 per liter, dengan demikian Pertamina masih harus menanggung selisih harga dengan tetap menjaga daya beli masyarakat.

"Apa yang dilakukan oleh Pertamina dengan tidak menyentuh faktor psikologis konsumen Pertamax yaitu di harga Rp15.000-Rp16.000 per liter sudah tepat. Dengan demikian, hal ini bisa menghindari terjadinya migrasi besar-besaran ke Pertalite mengingat saat ini Pertalite merupakan jenis bahan bakar khusus penugasan (JBKP),"ujar Mamit

Mamit pun memperkirakan migrasi hanya di 20%-25%, itupun saat diawal kenaikan Pertamax. Setelahnya konsumen akan beralih kembali ke Pertamax mengingat konsumen Pertamax ini segmented, masyarakat golongan menengah ke atas yang paham akan manfaat dari BBM ron tinggi.

"Seperti pengalaman pribadi saya saat menggunakan Pertalite kok mesin performancenya berkurang. Mesin bunyi "ngelitik", lebih sering ke SPBU dan pas service jadi lebih banyak yang diganti. 

"Akhirnya saya kembali menggunakan Pertamax karena dari apa yang saya keluarkan saat menggunakan Pertalite sama saja saat menggunakan Pertamax," pungkas Mamit.