Ekonomi
Selasa, 05 Desember 2023 17:21 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Spotify yang merupakan perusahaan penyedia layanan streaming musik ternyata berencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 1.500 karyawan. Jumlah tersebut setara dengan 17% dari total jumlah karyawan mereka.
CEO Spotify Daniel Ek mengatakan bahwa keputusan ini diambil sebagai respons terhadap krisis global dan penurunan omzet yang dialami perusahaan. Meski begitu, perusahaan asal Swedia itu berjanji akan tetap memberikan pesangon selama lima bulan dan menanggung biaya kesehatan kepada karyawan terdampak.
“Untuk menyelaraskan Spotify dengan target jangka panjang dan tantangan ke depannya, kami membuat keputusan berat untuk mengurangi karyawan sebanyak 17%,” ujarnya dikutip dari The Verge pada Senin, 04 Desember 2023.
Tidak hanya itu, segala hak cuti yang belum digunakan akan dibayarkan Spotify kepada karyawan terdampak. Selanjutnya, seluruh karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja juga memiliki hak untuk menerima layanan penempatan selama dua bulan.
Daniel menyatakan bahwa keputusan Spotify melakukan PHK disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan biaya hidup. Selain itu, katanya jumlah karyawan yang banyak mengakibatkan perusahaan kurang produktif dan kurang efisien.
Meski begitu, dirinya mengucapkan rasa terima kasihnya kepada karyawan yang dirumahkan atas semua dedikasi dan kerja kerasnya. “Terima kasih telah berbagi bakat Anda dengan kami. Saya harap Anda tahu bahwa kontribusi Anda telah memberikan dampak yang mendalam kepada lebih dari setengah miliar orang dan jutaan seniman, pencipta, dan penulis di seluruh dunia,” ujarnya.
Asal tahu saja, sebelum gelombang PHK menyapu Spotify tercatat memiliki 9.241 karyawan yang tersebar di penjuru dunia. Bahkan, PHK ini bukan yang pertama kali dilakukan platform musik itu, tercatat pada Januari 2023 lalu, Spotify juga merumahkan 6% karyawan setara 600 karyawan.
Perlu diketahui bahwa Spotify saat ini mengalami kerugian sebesar €462 juta atau sekitar Rp7,7 triliun pada kuartal III-2023. Padahal, jumlah pengguna aktif bulanan meningkat sebesar 26%, mencapai 574 juta, yang merupakan pertumbuhan bersih terbesar kedua dalam sejarah perusahaan.
Berdasarkan data Statista, kerugian yang dialami oleh Spotify bukan merupakan situasi baru, karena pada 2022, perusahaan juga mencatatkan kerugian sebesar €430 juta atau sekitar Rp7,2 triliun. Kerugian tersebut mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan 2021 yang hanya berada di level €34 juta atau Rp571 miliar.
Diketahui bahwa sebagian besar pengeluaran Spotify digunakan untuk membayar royalti kepada artis musik dan pemegang lisensi. Tercatat, pada 2014 silam, platform musik ini bahkan pernah mengeluarkan biaya sebesar US$882 juta atau setara Rp13 triliun untuk perihal tersebut.
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mencapai keuntungan pada tahun 2024 dan mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dalam krisis global, Spotify telah menetapkan berbagai strategi, salah satunya adalah peningkatan tarif langganan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 05 Dec 2023
Tulisan ini telah tayang di jabarjuara.co oleh Redaksi pada 05 Des 2023