Konten Repetitif dan Kurang Orisinal Tak Lagi Lolos Monetisasi YouTube

YouTube Makin Perketat Aturan, Konten Jiplak Tak Dapat Cuan (https://unsplash.com/photos/8LfE0Lywyak)

JAKARTA – Per 15 Juli 2025, ribuan video di YouTube berisiko kehilangan akses monetisasi. YouTube secara resmi memberlakukan kebijakan baru dalam Program Partner YouTube (YPP) untuk menangani konten yang dianggap tidak otentik.

Kebijakan ini menyasar channel yang membuat konten secara berulang, massal, atau hanya melakukan perubahan kecil pada karya orang lain tanpa memberikan nilai tambah yang signifikan. YouTube menegaskan bahwa pelanggaran terhadap aturan ini dapat memengaruhi seluruh channel, bukan sekadar satu atau dua video saja.

Dengan kebijakan baru ini, YouTube berharap lebih banyak kreator berfokus pada konten orisinal yang edukatif, menghibur, atau memberi pengalaman baru, alih-alih mengandalkan reupload atau modifikasi ringan.

"Siapa pun yang menghasilkan uang di YouTube wajib mematuhi kebijakan monetisasi kanal YouTube. Jika Anda melanggar salah satu kebijakan kami, YouTube dapat mengambil tindakan," tegas YouTube dalam laman kebijakannya, dikutip Rabu 16 Juli 2025.

Apa Saja Konten yang Masih Bisa Dimonetisasi di Youtube?

YouTube menegaskan bahwa kreator tetap bisa menghasilkan uang selama kontennya memperlihatkan nilai tambah atau transformasi signifikan. Beberapa contoh konten yang tetap dapat dimonetisasi antara lain:

  1. Format sama, isi beda: Misalnya video dengan intro dan outro yang seragam, tapi isi tiap episode unik.
  2. Ulasan dan komentar: Konten opini, reaksi, atau analisis terhadap video lain.
  3. Cuplikan dengan narasi: Potongan pertandingan yang diberi ulasan strategi atau penjelasan pemain.
  4. Kompilasi kreatif: Klip yang disusun ulang dengan alur cerita dan komentar personal.
  5. Remix atau Shorts orisinal: Lagu atau video pendek yang diberi tambahan audio/visual baru.
  6. Kreator tampil langsung: Menjelaskan perubahan atau proses modifikasi konten reuse.
  7. Edit besar-besaran: Baik dari visual, suara, maupun jalan cerita.

Konten yang Tidak Bisa Dimonetisasi

Berikut jenis konten yang kini dilarang untuk monetisasi menurut Google Support:

  1. Narasi dan cerita berulang: Variasi antarvideo sangat minim.
  2. Slideshow tanpa nilai tambah: Gambar atau teks tanpa narasi atau komentar.
  3. Reupload konten orang lain: Tanpa izin atau modifikasi signifikan.
  4. Kompilasi lagu minim modifikasi: Hanya ubah tempo atau pitch.
  5. Konten dari platform lain: Tanpa konteks atau pengolahan ulang.
  6. Reaksi non-verbal: Hanya ekspresi wajah tanpa analisis.
  7. Video template massal: Banyak video dengan pola sama tanpa inovasi.

"Kami ingin memberikan penghargaan kepada kreator atas konten orisinal dan 'autentik' yang memberikan nilai tambah bagi penonton," tulis YouTube.

Cara Memonetisasi Channel YouTube

Agar bisa mulai menghasilkan uang dari YouTube, kreator wajib mengikuti proses monetisasi lewat YouTube Partner Program (YPP) dengan syarat:

  1. 1.000 subscriber aktif.
  2. 4.000 jam waktu tonton publik dalam 12 bulan terakhir, atau 10 juta views Shorts dalam 90 hari terakhir.
  3. Akun terhubung dengan Google AdSense.
  4. Mematuhi semua pedoman komunitas dan kebijakan monetisasi YouTube.

Jika semua syarat terpenuhi, kreator bisa mengajukan monetisasi melalui YouTube Studio, dan setelah disetujui, mulai menghasilkan dari berbagai sumber seperti:

  1. Iklan (AdSense)
  2. Membership channel
  3. Super Chat & Super Stickers
  4. YouTube Premium revenue
  5. Belanja & afiliasi (jika tersedia)

Berapa Penghasilan dari AdSense YouTube?

Pendapatan kreator dari AdSense sangat bervariasi tergantung wilayah, jenis konten, dan tingkat engagement penonton. Namun, secara umum rata-rata RPM (Revenue per Mille) atau penghasilan per 1.000 tayangan: US$1–US$5. Untuk pasar Indonesia, RPM bisa lebih rendah, sekitar US$0,30–US$1,50

Konten di niche tertentu seperti teknologi, keuangan, atau edukasi bisa mendapatkan RPM lebih tinggi, bahkan hingga US$10–US$20 per 1.000 tayangan di negara-negara seperti AS atau Inggris. Sebagai contoh, jika video kamu ditonton 100.000 kali dan memiliki RPM US$1, kamu bisa mendapat US$100 (sekitar Rp1,6 juta).

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Ananda Astri Dianka pada 16 Jul 2025 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 16 Jul 2025  

Editor: Redaksi Daerah
Bagikan
Redaksi Daerah

Redaksi Daerah

Lihat semua artikel

Related Stories