pertamina
Selasa, 07 Oktober 2025 13:27 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Dua badan usaha swasta penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM), VIVO dan APR—hasil kerja sama antara BP dan AKR, dilaporkan membatalkan rencana pembelian BBM murni (base fuel) dari PT Pertamina (Persero). Sebelumnya, VIVO telah menyetujui pembelian sebanyak 40.000 barel bahan bakar tersebut.
“VIVO membatalkan untuk melanjutkan (pembelian). Akhirnya tidak disepakati lagi. Lalu tinggal APR. APR akhirnya tidak juga (batal). Jadi tidak ada semua,” kata Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar, Rabu, 1 Oktober 2025.
Pembatalan ini terjadi setelah terdeteksi adanya kandungan etanol sebesar 3,5%. Padahal, menurut regulasi, BBM diperbolehkan mengandung etanol hingga maksimal 20%.
“Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini mengenai konten. Kontennya ada kandungan etanol. Secara regulasi itu diperkenankan, etanol itu sampai jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20% etanol. Sedangkan (BBM punya Pertamina) ada etanol 3,5%,” paparnya.
Etanol atau etil alkohol adalah cairan tak berwarna yang bersifat mudah terbakar dan larut dalam air, jika terjadi pencemaran serta tidak menimbulkan dampak lingkungan yang besar.
Senyawa ini, dengan rumus kimia C₂H₅OH merupakan salah satu alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, terdapat bioetanol yang umumnya diproduksi melalui fermentasi gula dari tanaman seperti jagung, tebu, kentang, ubi jalar, atau jerami.
Dilansir dari onesolution.pertamina.com, etanol banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang, termasuk sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan, bahan baku kosmetik dan farmasi, serta pelarut di industri.
Sebagai bahan bakar alternatif, etanol biasanya dicampur dengan bahan bakar fosil seperti bensin atau diesel pada berbagai jenis mesin, dengan perbandingan yang berbeda-beda sesuai kebijakan dan spesifikasi kendaraan di tiap negara.
Bahan bakar etanol digunakan sebagai pilihan alternatif karena dianggap lebih ramah lingkungan.
Hal ini dikarenakan bensin yang dicampur etanol mampu menghasilkan emisi karbon lebih sedikit dibandingkan bahan bakar fosil, sekaligus mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang jumlahnya terbatas.
Menariknya, terdapat batas etanol yang boleh dicampurkan ke dalam bensin, yaitu tidak lebih dari 10%. Dilansir dari Motor Plus-Online, jika kandungannya melebihi angka ini, cat pada tangki bahan bakar bisa rusak.
Selain itu, selang karet pada saluran bahan bakar juga berisiko mengalami kerusakan, dan tangki bensin berpotensi berkarat.
Sementara dilansir dari Accelera, di beberapa negara, etanol sudah dicampur ke dalam bensin, umumnya dengan kadar 85%. Namun, di negara lain, konsentrasinya bisa lebih rendah, misalnya 5-10%.
Satu hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan etanol untuk kendaraan adalah etanol tidak bisa disimpan terlalu lama, terutama yang berkadar tinggi seperti 85% (E85) ke atas.
E85 adalah campuran etanol dan bensin yang memiliki sifat berbeda. Jika E85 disimpan dalam jangka waktu lama, dapat terjadi fenomena yang disebut phase separation (pemisahan fase).
Hal ini terjadi ketika etanol menyerap uap air dari udara, sehingga terpisah dari bensin dan membentuk lapisan yang berbeda. Pemisahan fase membuat bahan bakar tidak dapat digunakan dan berpotensi merusak mesin jika dipakai.
Etanol bersifat korosif dan dapat merusak beberapa bahan yang biasa ditemukan pada komponen sistem bahan bakar, seperti karet, plastik, dan logam.
Seiring waktu, etanol dalam E85 bisa merusak segel, bagian karet, dan saluran bahan bakar, yang berpotensi menyebabkan kebocoran, penyumbatan, dan kerusakan keseluruhan pada sistem bahan bakar.
Etanol memiliki umur simpan yang lebih pendek dibandingkan bensin. Etanol lebih mudah mengalami degradasi dan menguap, terutama saat terpapar udara dan suhu tinggi.
Hal ini berarti kualitas E85 bisa menurun lebih cepat daripada bensin biasa, yang berpotensi menurunkan performa dan meningkatkan risiko masalah pada mesin jika disimpan dalam waktu lama.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 02 Oct 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 07 Okt 2025
12 hari yang lalu