Nasional
Orang yang Tinggal di Daerah Miskin Punya Risiko Ganda Terhadap Kecanduan Judi
JAKARTA - Permasalahan judi dan judi online tampaknya belum usai di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini tentu sangat meresahkan, apalagi judi dapat menimbulkan beberapa masalah kriminal seperti pencurian, perampokan, dan sebagainya.
Terlepas dari hal itu, ternyata ada studi yang menyebutkan bahwa semakin miskin suatu lingkungan, semakin tinggi pula risiko warganya mengalami masalah judi.
Studi hasil penelitian dari University at Buffalo Research Institute on Addictions (RIA) ini berdasarkan wawancara telepon terhadap hampir 5.000 orang berusia antara 14 hingga 90 tahun di Amerika Serikat, penelitian ini menemukan bahwa masalah judi dua kali lebih umum terjadi di lingkungan dengan tingkat kemiskinan tertinggi dibandingkan dengan lingkungan yang paling sejahtera.
- BRI Raih Prestasi Gemilang di Banking Service Excellence 2025
- Ternyata Segini Gaji Minimal Keluarga Muda Jakarta untuk Beli Mobil
- Komisi XI DPR RI Apresiasi Transformasi Akseleratif BRI
Studi ini dipublikasikan pada bulan Juni lalu di Journal of Behavioral Addictions.
Di daerah yang memiliki tingkat ketimpangan ekonomi tertinggi, yang diukur melalui data sensus seperti persentase pengangguran, penerima bantuan sosial, dan jumlah penduduk yang hidup dalam kemiskinan lebih dari 11 persen warganya mengalami masalah judi. Sementara itu, di lingkungan dengan tingkat kesejahteraan ekonomi tertinggi, jumlah tersebut hanya sekitar 5 persen.
“Kami menemukan bahwa ketimpangan ekonomi lingkungan memiliki dampak besar terhadap masalah perjudian, bahkan setelah memperhitungkan status sosial ekonomi pribadi, usia, jenis kelamin, atau ras seseorang,” kata Grace M. Barnes, PhD, peneliti utama RIA dan penulis pertama studi ini. “Kami juga telah mengontrol faktor kemudahan akses terhadap tempat berjudi di lingkungan tersebut, namun hasilnya tetap sama.”
Lebih jauh lagi, orang dengan status ekonomi paling rendah yang tinggal di lingkungan termiskin adalah kelompok paling rentan terhadap masalah judi.
Masalah judi dalam studi ini diukur berdasarkan gejala seperti bertaruh dengan jumlah uang yang semakin besar, gagal berkali-kali dalam mengontrol atau berhenti berjudi, terus-menerus memikirkan aktivitas berjudi.
Jenis perjudian yang diteliti termasuk, kasino, taruhan olahraga, balap kuda atau anjing, lotere, judi online, undian berhadiah, taruhan kantor, judi amal, pulltabs, dan bingo.
Para penulis studi juga berspekulasi tentang alasan mengapa perjudian lebih parah di lingkungan miskin.
“Bisa jadi orang-orang yang tinggal di lingkungan miskin tidak melihat banyak panutan yang sukses secara finansial melalui cara konvensional,” kata John W. Welte, PhD, peneliti senior RIA sekaligus salah satu penulis studi.
“Akibatnya, judi mungkin dianggap sebagai salah satu dari sedikit cara untuk maju secara ekonomi, dan bahkan menjadi daya tarik karena menjanjikan cara cepat mendapatkan uang.”
Selain Barnes dan Welte, penulis lain dalam studi ini adalah Marie Cecile O. Tidwell, PhD (manajer proyek) dan Joseph H. Hoffman (analis data), yang semuanya berasal dari RIA.
- Inilah Deretan Negara yang Pernah Diembargo Amerika Serikat, Apakah Ada Indonesia?
- Siapa Best Broker Volume Transaksi Tertinggi versi JFX di Mei 2025?
- Terobosan OJK: Perkuat Ekosistem Asuransi Kesehatan, Lindungi Masyarakat, Pacu Pertumbuhan!
RIA sendiri merupakan pusat penelitian dari University at Buffalo (UB) dan dikenal secara nasional sebagai pemimpin dalam studi tentang alkohol dan penyalahgunaan zat. Program penelitian RIA sebagian besar didanai selama beberapa tahun melalui hibah dari pemerintah federal, negara bagian, dan lembaga swasta. Berlokasi di Kampus Pusat Kota UB, RIA merupakan bagian dari Buffalo Niagara Medical Campus dan mendukung fokus strategis UB dalam bidang riset.
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh pada 10 Jul 2025