8 Satwa Indonesia yang Dianggap Punah, Ternyata Masih Hidup Berkembang di Habitatnya

Ilustrasi fauna di Indonesia (istimewa)

Status satwa endemik Indonesia, Komodo baru baru ini menyandang status sebagai satwa yang genting. Artinya, kadal yang dianggap telah hidup sejak zaman purba ini terancam punah lantaran populasinya semakin lama semakin sedikit.

Alhasil, Komodo menjadi hewan yang harus mendapat perhatian lebih agar populasinya tak semakin menyusut.

Tak hanya akibat perburuan manusia, faktor lingkungan juga dipercaya menjadi pendorong berkorangnya populasi satwa yang hidup di wilayah Nusa Tenggara ini.

Meski demikian, ada juga fenomena lain yang berkaitan dengan keberadaan status satwa liar ini.

Sejumlah hewan yang tadinya dianggap dan dinyatakan punah ditemukan kembali setelah sekian lama. Apa sajakah satwa tersebut?  berikut ulasan TrenAsia.com (partner KabarMinang.id) mengutip dari berbagai sumber.

1. Kura- Kura Raksasa

Kura-kura raksasa berjanis Chelonoidis phantasticus dinyatakan punah sekitar 100 tahun lalu. Pernyataan tersebut dilontarkan setelah keberadaan kura-kura yang hidup di kepulauan Galapagos tersebut tak lagi diketahui dan hilang tanpa jejak.

Namun, pada 2019 silam kura-kura jenis ini ditemukan kembali di Pulau Fernandina.

Kala itu, paara peneliti menemukan kura-kura raksasa berjenis kelamin betina sedang berada di wilayah tersebut sendirian. Namun berdasarkan penelitian lebih lanjut, kura-kura tersebut diyakini memiliki habitat tersendiri, alias tak hidup sendirian.

Kini, Kura-kura tersebut telah dipindahkan ke pusat penangkaran khusus kura-kura raksasa. Hal ini dilakukan untuk melindungi reptil pemakan tumbuhan ini dari ancaman predator dan erupsi Gunung Fernandina.

2. Tarsius

Tarsius merupakan hewan endemik yang bisa ditemukan di sekitar daerah sulawesi. Kebaradaan hewan ini sudah dinyatakan punah sejak awal abad 20 lalu.

Namun pada tahun 2008 lalu, primata yang satu ini kembali muncul di hadapan manusia.

Menurut kepercayaan masyarakat, tarsius merrupakan hewan yang sensitif terhadap suara dan keberadaan manusia. Satwa ini termasuk hewan noctrunal karena aktif di malam hari.

Memiliki telinga mirip koala dan wajah layaknya tokoh Yoda dalam film Star Wars, tarsius memiliki ukuran yang sangat kecil.

Berdasarkan pengalaman penulis, ukuran Tarsius ini lebih kecil dari ukuran telapak tangan dan memiliki berat sekitar 2 ons saja. Meski demikian, tarsius memiliki gigi yang cukup  runcing sehingga harus berhati hati.

3. Hiu goblin

Hiu goblin menjadi hewan yang muncul kembali setelah dinyatakan punah selama bertahun-tahun. Hiu jenis ini diperkirakan hidup satu masa dengan dinosaurus.

Hiu goblin hidup di kedalaman sekitar 1.300 meter di bawah permukaan laut. Namun pada malam hari, satwa ini naik ke permukaan untuk mencari makan.

4. Kadal voeltzkow

Kadal voeltzkow merupakan satwa endemik Madagaskar. Keberadaannya terakhir kali dilihat pada tahun 1893 oleh Oskar Boetteger.

Pada 2020 kemarin, satwa ini kembali terlihat di Madagascar oleh ilmuwan dari Munich University dan University of Antananarivo, Madagascar.

Berjenis kelamin betina, satwa yang satu ini memiliki tampilan yang unik yakni warna kulit yang beraneka ragam.

Kadal voeltzkow dapat mengubah warna kulit sesuka hatinya tergantung pada mood reptil tersebut. Sebagai contoh, kadal ini bisa berubah menjadi warna ungu, menjadi merah, kemudian hijau dan tiba-tiba menjadi warna hitam atau putih.

5. Katak marsupial bertanduk

Katak berwarna coklat cerah dengan bentuk mata menyerupai tanduk ini dinyatakan punah pada 2005 lalu. Terakhir kali, katak ini ditemukan di Ekuador.

Pada 2019, para ilmuwan dari Tropical Herping, Amerika Selatan kembali menemukan katak ini di hutan hujan Chocó.

6. Ikan coelacanth

Ikan coelacanth secara kasat mata terlihat seperti ikan purba. Para ahli paleontologi beranggapan bahwa ikan ini telah punah sekitar 66 juta tahun yang lalu.

Namun pada 1938, ikan coelacanth tiba-tiba muncul di jaring nelayan di Afrika Selatan. Tentu saja, kemunculan ikan ini disambut menjadi penemuan besar bagi para ilmuwan.

Meski begitu, ikan yang memiiki berat sekitar 90 kilogram ini  ini tidak direkomendasikan untuk diolah menjadi hidangan. Pasalnya, daging ikan ini  mengandung minyak, urea, ester lilin dan senyawa lain yang sulit dicerna dan bisa memicu diare.

Sayangnya, saat ini pupulasi Ikan coelacanth kembali terancam lantaran banyaknya pengeboran minyak  lepas pantai.

7. Ular malam Clarion

Ular bernama latin Hypsiglena unaocularus ini pertama kali ditemukan di tahun 1936 oleh  William Beebe. Ia merupakan  seorang naturalis terkenal saat mengunjungi pulau Clarion di Meksiko.

Saat itu, Lalu, ia memasukkan ular ini ke dalam toples dan berniat untuk menelitinya. Namun saat Ia datang ke pulau Clarion untuk kedua kalinya, Beebe gagal menemukan ular ini.

Kejadian ini dianggap sebagai kesalahan label dan akhirnya ular ini dilupakan dan dinyatakan punah.

Namun pada 2013 lalu,  tim herpetologis yang dipimpin oleh Dr Daniel Mulcahy ingin menemukan spesies ular ini. Mereka akhirnya menemukan 11 ular yang cocok dengan deskripsi yang ditulis oleh Beebe di tahun 1936.

Alhasil, ular ini menjadi hewan  yang kembali muncul setelah dinyatakn punah selama bertahun tahun.

8. Cuban solenodon

Hewan mirip tikus yang  bernama Cuban solenodon ini diyakini hidup bersama dengan dinosaurus. Saat asteroid menghantam bumi dan seluruh dinosaurus mati akibat asteroid yang menabrak bumi, hewan sejenis tikus ini selamat dan tetap hidu.

Sayangnya, pada pertengahan tahun 1900 habitat satwa ini dihancurkan. Hal tersebut diperparah dengan kemunculan anjing dan kucing yang semakin masif. Alhasil, populasi hewan ini makin terancam.

Pada tahun 1970-an, para ahli meyakini bahwa mamalia ini telah punah. Namun Puluhan tahun dianggap punah, akhirnya hewan ini ditemukan kembali di tahun 2003 oleh peneliti. Kini para ilmuwan sedang melakukan upaya konservasi sedang dilakukan untuk menyelamatkan Cuban solenodon.

Editor: Sutan Kampai

Related Stories