Bagi Orangtua Jangan Terburu-Buru Sekolahkan Anak, Ternyata Ada Dampak Buruknya

Iilustrasi siswa sekolah dasar (SD) belajar bahasa Inggris. (Edukita)

Para orang tua tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk buah hati. Salah satunya adalah mengenalkan dan menanamkan pendidikan anak sejak usia dini.

Sebagaimana diketahui, pada usia 0-6 tahun, otak anak mengalami perkembangan pesat. Pasalnya, pada rentang usia tersebut, kemampuan anak dalam menyerap informasi dan mempelajari hal baru berlangsung cepat.

Tak heran jika  fase ini sering disebut fase keemasan bagi anak mengalami masa tumbuh kembang.

Lantaran anggapan tersebut, banyak orangtua yang berlomba untuk menyekolahkan anak sediri mungkin. Para orang tua berasumsi bahwa mengajarkan pendidikan formal sejak dini akan membuat anak lebih cerdas dan mampu menyerap ilmu pengetahuan lebih baik dibanding anak-anak lainnya.

Di sisi lain, ada egoisme orang tua saat menyekolahkan anaknya di usia dini. Kelak, mereka akan menjadi kebanggaan tersendiri lantaran anak-anaknya mampu menyelesaikan studi dalam usia muda.

Mengutip laman Universitas Airlangga Sabtu, 25 Maret 2023, Ahli tumbuh kembang anak dari Rumah Sakit Universitas Airlangga, Irwanto mengatakan bahwa selama ini banyak orang tua yang salah kaprah dalam mendefinisikan pendidikan dini bagi anak.

Pasalnya, saat ini anak-anak usia pra sekolah cenderung mendapat tekanan untuk menelan materi pendidikan formal secara mentah-mentah.

“Yang keliru saat ini adalah banyak anak-anak PAUD, TK justru sudah diberi PR oleh guru. Padahal anak-anak seusia mereka belum layak mendapat tugas rumah. Mereka masih dalam tahap untuk mengenal lingkungannya. Jadi, biarkan mereka bermain menikmati dunianya,” jelasnya.

Irwanto memaparkan, pada usia 2-3 tahun, kemampuan bicara anak masih belum berkembang secara sempurna, yakni sekitar 50-75%. Kemampuan bicara pada anak, rata-rata mencapai tahap sempurna saat mereka menginjak usia empat tahun.

Menurutnya, merupakan suatu hal yang wajar jika kemudian anak-anak di usia tersebut belum mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sekolah. Sebab, pada rentang usia tersebut, anak masih dalam tahap pematangan kemampuan bicara.

“Lingkungan pendidikan semacam PAUD dan taman kanak-kanak merupakan media bagi anak untuk belajar bersosialisasi, biarkan mereka menikmati usia bermain sebagaimana mestinya. Jangan dibebani dengan tugas-tugas dan pelajaran berat,” paparnya.

Lebih lanjut, Dr. Irwanto mengatakan, usia ideal anak untuk masuk sekolah dasar adalah usia 6-7 tahun. Namun bukan berarti, di bawah usia tersebut anak dilarang untuk bersekolah.

“Jika memang anak tersebut mampu, silakan saja menyekolahkan anak lebih muda. Asal bukan karena paksaan orang tua, melainkan karena pilihan anak itu sendiri,” tambahnya.

Perlu diketahui, sejumlah Penelitian membuktikan, anak-anak yang bersekolah dengan usia matang cenderung lebih dapat mengelola emosi dan menangkap pelajaran lebih baik dibandingkan anak-anak yang bersekolah di usia terlalu muda.

Meski terkadang tak dapat dipungkiri jika terdapat beberapa anak yang terbukti lebih cepat menerima pelajaran di usia lebih muda. Anak-anak semacam ini biasanya memiliki kemampuan atau kecerdasan yang mumpuni di bidang akademik. Namun, tak semua anak mengalami hal tersebut.

Saat anak-anak yang belum siap secara mental, risiko yang ditimbulkan ketika memaksakan sekolah terlalu dini dapat mengakibatkan kemampuan komunikasi anak menjadi terbatas. Anak kemudian akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi dan kurangnya kemampuan untuk memecahkan masalah.

Perkembangan mental yang belum sempurna akan berpotensi terhadap semangat belajar anak. Alhasil, anak akan merasa cepat jenuh dan bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Orang tua yang tidak peka akan hal tersebut akan rentan membuat anak mengalami kondisi tertekan.Sebab pada dasarnya, mereka harus menjalani proses belajar mengajar berbasis pendidikan formal yang cenderung menjemukan.

Padahal, pada usia muda anak yang seharusnya bahagia dan menikmati dunia bermainnya, justru harus dihadapkan dengan pelajaran-pelajaran yang tak semuanya sesuai dengan usia perkembangannya. (TrenAsia.com)

Editor: Egi Caniago
Bagikan

Related Stories