Nasional
Benarkah SPBU Vivo Milik Prabowo? Ini Faktanya!
JAKARTA – Isu pencampuran Pertalite dengan Pertamax baru-baru ini mengecewakan masyarakat. Merasa dirugikan, sebagian warga memilih beralih mengisi bahan bakar kendaraannya di berbagai stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) selain yang dikelola oleh Pertamina.
Kasus pengoplosan Pertalite menjadi Pertamax ini terjadi dalam lingkup PT Pertamina Subholding serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada periode 2018–2023, yang mengakibatkan kerugian negara mencapai Rp197,3 triliun.
Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa SPBU yang beroperasi, salah satunya adalah SPBU Vivo.
- 7 Rekomendasi Kuliner Khas Salatiga, Jangan Sampai Terlewat!
- Deretan Negara dengan Harga BBM Termurah di Dunia 2025, RI Termasuk?
- 9 Cara Cepat Menyelamatkan HP yang Terendam Banjir
PT Vivo Energi Indonesia adalah anak usaha dari Vitol Group, perusahaan yang berbasis di Swiss. Vitol Group, yang didirikan di Rotterdam pada tahun 1966, merupakan pemegang saham mayoritas di Vivo Indonesia. Selain beroperasi di Indonesia, Vivo juga beroperasi di Singapura, Belanda, London, Afrika, dan Australia.
Menurut BN Americas, perusahaan ini didirikan oleh dua pengusaha asal Belanda, Henk Viëtor dan Jacques Detiger. Seiring waktu, bisnis Vitol Group terus berkembang dan merambah ke berbagai negara, termasuk London, Jerman, Kenya, Singapura, serta Indonesia.
SPBU Vivo pertama kali beroperasi di Indonesia pada tahun 2017, berlokasi di Jalan Raya Cilangkap, Jakarta Timur. Perbedaan SPBU Vivo dibandingkan para pesaingnya adalah SPBU Vivo menyediakan bensin dengan research octane number (RON) 89 bernama Revvo 89.
Angka oktan ini lebih rendah dibandingkan Pertalite dari Pertamina, yang memiliki RON 90. Vitol Group menguasai perdagangan minyak dunia, dengan volume perdagangan sekitar 350 juta ton minyak mentah setiap tahunnya, dan memiliki 250 supertanker dan kapal tanker lainnya.
Rata-rata, Vitol mengelola 7,6 juta barel minyak mentah serta produk olahan minyak per hari. Pendapatan perusahaan pada tahun 2021 diperkirakan mencapai US$279 miliar. Sementara, pada 2015, Financial Times melaporkan Vitol kemungkinan membagikan dividen sebesar US$1,2 miliar.
Selain itu, Vivo juga beroperasi di Singapura, Belanda, London, Afrika, dan Australia. Operasi SPBU Vivo sempat terhenti sementara karena saat itu Vivo Energy masih beroperasi dengan nama PT Nusantara Energy Plant Indonesia. Setelah berganti nama, pemerintah akhirnya mengeluarkan izin bagi perusahaan sebagai penyalur BBM.
Vivo Energy Indonesia berkantor di Gama Tower, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Untuk mendukung operasionalnya, perusahaan ini memiliki kilang mini dan fasilitas penyimpanan BBM di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Vivo berhasil memperluas jaringannya dengan mendirikan sejumlah SPBU baru di berbagai kota besar di Indonesia. Kehadiran Vivo Energy menjadikannya pesaing langsung bagi Pertamina serta SPBU swasta lainnya seperti Shell, BP, dan AKR.
Sebagian besar SPBU Vivo sebelumnya adalah bekas SPBU Total, yang memutuskan keluar dari pasar Indonesia karena menilai bisnis hilir kurang menguntungkan. Vivo Energy hanya mendistribusikan BBM non-subsidi dan menyediakan tiga jenis bahan bakar utama yaitu Revvo 89 (RON 89), Revvo 92 (RON 92) dan Revvo 95 (RON 95).
Siapa Pemegang Saham Vivo?
Dilansir dari law-justice.co, Vivo Energy Indonesia memiliki dua pemegang saham, yaitu Mansel Oil Asia Pte Ltd dan Nusantara Energy Resources Pte Ltd. Berdasarkan data perusahaan per 17 Juni 2022, Mansel Oil Asia menguasai 7.500 saham seri A dengan nilai Rp92,64 juta, 1.000 saham seri B senilai Rp13,53 juta, serta 95.000 saham seri C dengan total Rp1,33 miliar.
Sementara, Nusantara Energy Resources memiliki 1.492.500 saham seri A senilai Rp18,43 miliar, 199.000 saham seri B senilai Rp2,69 miliar, dan 18.905.000 saham seri C dengan nilai Rp265,36 miliar.
Lebih lanjut, Nusantara Energy Resources diketahui memiliki keterkaitan dengan Prabowo Subianto. Dilansir dari offshoreleaks.icij.org, Prabowo disebut sebagai direktur dan wakil ketua di Nusantara Energy Resources, sebuah perusahaan yang terdaftar di Bermuda.
Berdasarkan catatan Appleby, perusahaan yang didirikan pada 2001 tersebut sempat dikategorikan sebagai “debitur yang buruk” sebelum akhirnya ditutup pada 2004.
Kemudian, ICIJ mengatakan sebuah perusahaan di Singapura dengan nama yang sama, Nusantara Energy Resources, menjadi bagian dari Nusantara Group, sebuah perusahaan sumber daya yang sebagian dimiliki oleh Prabowo.
Menanggapi hal tersebut, Dahnil Anzar Simanjuntak membantah Ketua Umum Partai Gerindra itu memiliki saham PT Vivo Energy Indonesia. Ia menegaskan, Nusantara Energy Resources (NIR) Pte Ltd, salah satu pemegang saham Vivo, bukan milik Prabowo.
Harga BBM SPBU Vivo Per 1 Februari 2025
Berikut daftar harga BBM yang dijual di SPBU Vivo:
Revvo 90: Rp13.260 per liter
Revvo 92: Rp13.350 per liter
- Saham BBRI, BMRI, dan BBNI Tertekan, Efek Kewajiban Biayai 3 Juta Rumah?
- Pakar Hukum: Keadilan Restoratif Harus Jadi Prioritas dalam Revisi KUHAP
- AVIA Catat Penjualan Rp7,5 T di 2024, Tumbuh 6,5 Persen di Tengah Tantangan Ekonomi
Revvo 95: Rp13.940 per liter
Diesel Primus Plus: Rp15.030 per liter
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 28 Feb 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 06 Mar 2025