Nasional
Berkaca dari Roti Aoka dan Okko: Apa yang Bisa Dipelajari tentang Memilih Makanan Kemasan?
JAKARTA – Seperti yang Anda ketahui, baru-baru ini muncul dugaan temuan adanya bahan tambahan pengawet berbahaya dalam produk Roti Aoka membuat masyarakat yang biasa mengonsumsi roti menjadi khawatir. Terdapat informasi yang menyebutkan merek Roti Aoka diduga mengandung pengawet berupa natrium dehidroasetat atau sodium dehydroacetate, yang biasanya digunakan dalam kosmetik.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan pengujian terhadap dua produk roti, Aoka dan Okko, yang menjadi perbincangan publik karena dugaan adanya bahan pengawet tersebut.
Hasil menunjukkan, produk Roti Aoka yang diproduksi oleh PT Indonesia Bakery Family Bandung tidak mengandung bahan tambahan pangan (BTP) natrium dehidroasetat.
- Tips Daftar GoPay Merchant untuk Maksimalkan Usaha
- Jangan Lengah! Ini Cara Menghindari Penipuan dengan Modus Kirim Kode Rahasia
- Apakah Ponsel Anda Terlalu Panas? Begini Cara Memeriksanya
“Hasil pengujian menunjukkan produk tidak mengandung natrium dehidroasefat,” tulis BPOM dalam situs resmi, Rabu, 27 Juli 2024.
Sementara itu, untuk roti Okko yang diproduksi oleh PT Abadi Rasa Food Bandung, BPOM menemukan kandungan natrium dehidroasetat dalam produk tersebut setelah inspeksi yang dilakukan pada 2 Juli 2024. Temuan tersebut menunjukkan produsen tidak menerapkan cara produksi pangan olahan yang baik (CPPOB) secara benar dan konsisten.
Terhadap temuan ini BPOM melakukan penghentian kegiatan produksi dan peredaran. BPOM juga melakukan sampling dan pengujian di laboratorium.
Hasil pengujian terhadap sampel roti Okko dari fasilitas produksi dan peredaran menunjukkan adanya natrium dehidroasetat (sebagai asam dehidroasetat).
BPOM menyatakan bahwa kandungan zat tersebut tidak sesuai dengan komposisi yang terdaftar saat pendaftaran produk dan tidak termasuk dalam bahan tambahan pangan (BTP) yang diizinkan menurut Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan.
Sebagai tindak lanjut, BPOM memerintahkan produsen roti Okko untuk menarik produk dari peredaran, memusnahkan, dan melaporkan hasilnya kepada BPOM.
Adanya kekhawatiran masyarakat terkait kasus tersebut, lantas bagaimana cara memilih makanan yang aman dan sehat?
Tips Memilih Makanan Kemasan yang Aman dan Sehat
Berikut ini beberapa tips untuk memilih makanan yang wajib Anda perhatikan:
1. Perhatikan Jenis Bahan Kemasan Makanan
Kemasan makanan hadir dalam berbagai jenis, seperti plastik, toples kaca, kaleng, kardus, dan styrofoam. Untuk memilih makanan yang sehat, sebaiknya hindari kemasan yang terbuat dari plastik kresek hitam, kertas koran, atau kertas bekas, karena bahan-bahan tersebut mengandung timbal yang dapat merusak fungsi ginjal.
Selain itu, kemasan dari styrofoam sebaiknya dihindari karena mengandung benzena, yang bisa menyebabkan kanker. Memilih bahan kemasan makanan dengan hati-hati sangat penting karena ketidakcermatan dapat menyebabkan interaksi yang tidak diinginkan, serta perubahan dalam rasa, bentuk, dan kualitas makanan.
2. Perhatikan Kondisi Kemasan
Kemasan makanan baik yang terbuat dari plastik, kaca, styrofoam, atau kaleng, perlu diperiksa secara cermat setiap perubahan yang terjadi. Perhatikan jika ada perubahan warna pada plastik atau hindari kemasan yang terlihat robek.
Kemasan yang dalam kondisi tidak sempurna kemungkinan besar tidak dapat melindungi makanan di dalamnya dengan baik. Oleh karena itu, sebaiknya pilih kemasan yang masih dalam keadaan baik.
3. Lulus Uji BPOM
Saat memilih makanan, periksa dengan teliti label pada kemasan. Pastikan makanan tersebut memiliki label resmi dari BPOM. Jika produk telah mendapatkan izin atau cap dari BPOM, itu berarti makanan tersebut telah lulus uji coba, aman untuk dikonsumsi, dan dapat dijual secara legal.
Bagi yang beragama Islam, perhatikan juga keberadaan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Label tersebut menunjukkan produk telah melewati uji dan aman untuk dikonsumsi.
4. Cek Tanggal Kedaluwarsa
Untuk memilih makanan kemasan yang sehat, penting untuk memeriksa tanggal kedaluwarsanya. Jangan tergiur dengan diskon besar yang membuat Anda mengabaikan tanggal kedaluwarsa.
Biasanya, ada dua jenis penulisan terkait masa kedaluwarsa produk kemasan. Pertama, best before, yang menunjukkan makanan atau minuman masih aman dikonsumsi setelah tanggal tersebut, meskipun kualitasnya mungkin sudah menurun. Kedua, tanggal kedaluwarsa, yang menandakan makanan tersebut tidak boleh dikonsumsi lagi setelah tanggal yang tertera.
5. Perhatikan Densitas Energi
Densitas energi merujuk pada rasio kalori terhadap berat makanan. Biasanya, makanan dengan kalori lebih sedikit per porsi lebih baik untuk pengaturan berat badan. Makanan dengan densitas energi yang lebih rendah akan membuat konsumen merasa kenyang karena ukuran porsinya lebih besar, tapi jumlah kalori tetap rendah.
6. Perhatikan Kandungan Gizi
Jangan lupa untuk memeriksa kandungan gizi yang tertera di kemasan makanan. Anda perlu memperhatikan beberapa komponen, seperti karbohidrat, gula, lemak, dan protein.
Mengamati kandungan gizi sangat penting bagi Anda yang memiliki kondisi kesehatan kronis, seperti hipertensi atau diabetes. Selain itu, periksa juga komposisi bahan makanan untuk menghindari risiko iritasi atau alergi.
Tabel gizi pada kemasan juga akan menunjukkan bahan pewarna yang digunakan, jenis pemanis yang ditambahkan, serta jenis pengawet yang membuat kemasan lebih tahan lama.
7. Dapatkan Nilai Lebih
Periksa harga per sajian produk makanan dan jumlah porsi yang tersedia dalam kemasan. Perhatikan dua hal utama yaitu berat bersih yang merupakan jumlah produk di dalam kemasan, dan jumlah porsi dalam kemasan. Ini akan membantu Anda menentukan apakah produk tersebut memberikan nilai yang sesuai dengan harga yang dibayar.
8. Pahami Klaim Pangan
Sadarilah bahwa produk yang mengklaim nol kalori sebenarnya masih dapat mengandung hingga empat kalori per porsi. Begitu pula, produk yang disebut bebas lemak bisa mengandung hingga 0,5 gram lemak per porsi. Sementara itu, produk rendah lemak mungkin memiliki hingga tiga gram untuk produk padat dan 1,5 gram lemak per porsi untuk produk cair.
9. Suhu Makanan
Ketika membeli makanan kemasan, perhatikan juga suhu penyimpanannya. Suhu hangat merupakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan kuman. Oleh karena itu, makanan yang dibiarkan terbuka sebaiknya dikonsumsi dalam waktu kurang dari 2 jam. Jika tidak memungkinkan, simpan makanan kemasan di kulkas atau freezer.
Hal ini terutama berlaku untuk makanan mentah atau makanan siap saji. Sebaliknya, makanan kemasan khusus seperti makanan kaleng biasanya dapat bertahan lama pada suhu ruangan. Makanan kaleng aman disimpan pada suhu ruangan karena sebelum dikemas, makanan tersebut telah dipanaskan pada suhu tinggi untuk membunuh kuman, sehingga aman untuk disimpan dalam jangka waktu lama.
- Tak Hanya Salah Transfer, Inilah Modus Penipuan Terbaru yang Harus Anda Waspadai
- 5 Perusahaan Emas dengan Cadangan Terbesar, MDKA Nomor Satu!
- Inilah 7 Negara Bebas Pajak Penghasilan, Tertarik Pindah?
10. Gerakan Cek KLIK
Untuk memudahkan Anda dalam memilih makanan kemasan yang aman dan sehat, BPOM telah memperkenalkan gerakan “Cek KLIK”. Huruf “K” mengacu pada pemeriksaan kemasan, “L” untuk label kemasan, “I” untuk izin dari BPOM, dan “K” untuk masa kedaluwarsa. Penting untuk mengingat singkatan ini dan memeriksa setiap aspeknya sebelum membeli makanan.
Demikian tips untuk memilih makanan yang aman dan sehat. Saat memilih makanan, jangan lupa untuk mengecek keseluruhannya, ya! Semoga membantu.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 25 Jul 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 25 Jul 2024