CEO Open AI Berencana Tinggalkan Eropa

Sam Altman, Founder Open AI dan Penemu ChatGPT (ABC news)

CEO OpenAI, Sam Altman mengatakan tak memiliki rencana untuk meninggalkan Eropa. Hal ini berkebalikan dengan ancaman yang dilayangkannya pekan ini saat diminta mematuhi undang-undang terkait kecerdasan buatan.

"Kami sangat senang untuk terus beroperasi di sini dan tentu saja tidak memiliki rencana untuk pergi," katanya dalam sebuah tweet sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari Reuters Jumat, 26 Mei 2023.

Sebagaimana diketahui, saat ini Uni Eropa tengah menyusun undang-undang yang kemungkinan bisa menjadi perangkat aturan pertama secara global untuk mengatur kecerdasan buatan atau AI.

Menanggapi hal tersebut, Altman mengatakan Rabu lalu bahwa draf UU AI UE saat ini terlalu mengatur. Tak sampai di situ, Ia juga mengatakan bahwa perusahannya akan hengkang dari Eropa.

Dikritik Uni Eropa

Ancaman Altman untuk keluar dari Eropa menuai kritik dari kepala industri Uni Eropa Thierry Breton dan sejumlah anggota parlemen lainnya .

Altman telah menghabiskan seminggu terakhir melintasi Eropa, bertemu dengan politisi top di Prancis, Spanyol, Polandia, Jerman, dan Inggris untuk membahas masa depan AI, dan kemajuan ChatGPT. Dia menyebut turnya sebagai minggu percakapan yang sangat produktif di Eropa tentang cara terbaik mengatur AI.

Sebagaimana diketahui, Chatbot  AI, ChatGPT yang didukung oleh Microsoft  telah menciptakan kemungkinan baru seputar AI. Hal ini menimbulkan ketakutan lantaran potensinya telah memicu kegembiraan sekaligus kekhawatiran dan membawanya ke dalam konflik dengan regulator.

Sekadar informasi, OpenAI pertama kali bentrok dengan regulator pada bulan Maret. Kala itu, regulator data Italia Garante menutup aplikasi di dalam negeri sekaligus menuduh OpenAI melanggar aturan privasi Eropa.

Namun, ChatGPT kembali online setelah perusahaan melembagakan langkah-langkah privasi baru untuk pengguna.

Pada Kamis lalu, OpenAI mengatakan akan memberikan 10 hibah yang sama dari dana US$1 juta atau kisaran Rp14,9 miliar (asumsi kuers Rp14.900 per dolar AS) untuk eksperimen.

Hal ini dilakukan guna menentukan bagaimana perangkat lunak AI harus diatur. Oleh Altman, hibat itu disebut sebagai bagaimana memutuskan secara demokratis terkait perilaku sistem AI. (TrenAsoai,)

Editor: Egi Caniago
Tags openAIBagikan

Related Stories