Nasional
Dari China ke Indonesia: Kisah Panjang Jet Tempur J-10 ‘Naga Ganas’
JAKARTA - Jet tempur Chengdu J-10, yang dijuluki “Naga Ganas” (Vigorous Dragon) atau Meng Long di Tiongkok, tengah menjadi perhatian publik setelah pemerintah Indonesia mengonfirmasi rencana untuk membelinya.
Pesawat tempur multiperan generasi keempat ini dikembangkan oleh Chengdu Aircraft Industry Group (CAIG) dan menjadi salah satu simbol kemandirian teknologi pertahanan Tiongkok.
Menurut berbagai sumber, Jumat, 17 Oktober 2025, proyek J-10 dimulai pada tahun 1988 ketika Tiongkok berambisi menciptakan jet tempur yang mampu menyaingi F-16 Fighting Falcon milik Amerika Serikat.
- 9 HP Xiaomi yang Tak Lagi Dapat Pembaruan Software, Ada yang Flagship!
- Ini Dia Tips Perawatan Kulit dari Bintang K-Pop IU, Bisa Dicontek!
- Threads Kini Tambahkan Fitur Ghost Posts yang Hilang Setelah 24 Jam, Seperti Story Instagram?
Dikenal sebagai “Program 10”, pengembangannya melibatkan ahli dari Rusia serta diduga mendapat inspirasi dari program jet tempur Israel IAI Lavi yang dibatalkan.
Setelah penerbangan perdananya pada 23 Maret 1998, J-10 terus dikembangkan hingga mencapai bentuk modernnya melalui varian J-10C, yang melakukan debut pada tahun 2015.
Varian ini menggunakan mesin WS-10B “Taihang” buatan dalam negeri, sebuah langkah penting menuju kemandirian teknologi pertahanan China. Kini, J-10C dikenal sebagai jet tempur generasi 4.5, dengan kombinasi sayap delta dan canard, radar AESA (Active Electronically Scanned Array), serta kemampuan membawa rudal jarak jauh PL-15 dan rudal jarak dekat PL-10.
Baca juga : Blok Gebang Jadi Mesin Baru ENRG, Laba Diproyeksi Dongkrak Harga Saham
Perjalanan Panjang Varian J-10
Selama lebih dari dua dekade, jet ini terus berevolusi. Varian pertama, J-10A, merupakan versi produksi awal dengan radar pemindaian mekanis dan mesin buatan Rusia. Kemudian muncul J-10S, versi dua kursi yang digunakan untuk pelatihan dan tempur.
Selanjutnya, J-10B membawa peningkatan signifikan melalui adopsi radar phased array dan desain intake udara baru yang lebih efisien.
Varian terbaru, J-10C, menjadi yang paling canggih dengan radar AESA, dan mesin WS-10B buatan lokal. Untuk ekspor, pesawat ini dikenal sebagai J-10CE, yang kini diminati oleh sejumlah negara.
Pada 15 Oktober 2025, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengumumkan bahwa jet J-10 “akan segera terbang di langit Jakarta”. Rencana pembelian 42 unit J-10C ini menjadi langkah strategis Indonesia dalam memperkuat kekuatan udara nasional.
Menteri Keuangan Purba Yudi Sadewa dikabarkan telah menyetujui anggaran pembelian senilai lebih dari US$ 90 miliar. Keputusan ini juga menandai pertama kalinya Indonesia membeli jet tempur dari negara non-Barat, menegaskan arah baru kebijakan pertahanan yang lebih diversifikasi dan independen.
Pembelian J-10C menjadi bagian dari program modernisasi militer Indonesia, berdampingan dengan pengadaan 42 jet Rafale (Prancis), 48 jet “KAAN” (Turki), dan kerja sama pengembangan KF-21 Boramae bersama Korea Selatan.
Baca juga : Emas Digital Kian Digandrungi, BRI Group Luncurkan Aplikasi TRING!
Mengapa J-10C Dipilih?
Selain harga yang kompetitif, J-10C menawarkan kemampuan tempur yang diakui di dunia internasional. Dalam beberapa latihan, jet ini dilaporkan mampu mengungguli Su-35 dalam pertempuran jarak jauh berkat radar canggih dan rudal PL-15 yang bisa menjangkau lebih dari 200 km.
Desainnya yang ramping dan penggunaan material penyerap radar juga membuat jejak radar (RCS) pesawat ini rendah, mendekati pesawat siluman.
Hal ini menjadikannya unggul dalam misi beyond visual range (BVR). Dengan sistem avionik canggih, radar AESA yang mampu mendeteksi target dari jarak jauh, serta persenjataan mutakhir, J-10C menjadi pilihan ideal bagi negara berkembang yang ingin meningkatkan kekuatan udaranya tanpa harus membeli pesawat Barat berharga tinggi.
Selain China sebagai pengembang utama, Pakistan menjadi negara pertama yang mengekspor dan mengoperasikan J-10CE dengan lebih dari 25 unit aktif.
Bangladesh dan Iran dikabarkan telah menunjukkan minat untuk mengakuisisi jet ini. Jika pembelian Indonesia terealisasi, maka Indonesia akan menjadi negara ketiga di dunia yang mengoperasikan jet tempur J-10.
China sendiri menggunakan berbagai varian J-10 di Angkatan Udara (PLAAF) dan Angkatan Laut (PLANAF), menjadikannya tulang punggung kekuatan udara mereka.
Pakistan memanfaatkan J-10CE untuk memperkuat keunggulan udara di kawasan Asia Selatan, terutama dalam menghadapi India. Sementara itu, Bangladesh dan Iran masih dalam tahap penjajakan, menunjukkan daya tarik global J-10C sebagai pesawat tempur berkapasitas tinggi dengan harga efisien.
Masuknya J-10C ke jajaran pesawat tempur Indonesia bukan sekadar transaksi ekonomi, melainkan pergeseran geopolitik. Indonesia memperluas kerja sama pertahanan ke Asia Timur, tidak lagi bergantung penuh pada pasokan Barat maupun Rusia.
Selain memperkuat postur pertahanan udara, langkah ini juga menunjukkan keberanian Indonesia menempuh jalan baru dalam modernisasi militer, memadukan efisiensi biaya dengan kemampuan tempur tinggi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 19 Oct 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 30 Okt 2025
