Nasional
Di Balik Gemerlap Hollywood, Diskriminasi terhadap Aktor Asia Masih Nyata
JAKARTA – Meskipun popularitas dunia hiburan Asia terus meningkat di panggung global, kenyataan yang kurang menyenangkan masih terasa, banyak selebritas Asia masih menghadapi perlakuan tidak adil di berbagai ajang bergengsi Barat.
Mulai dari perhelatan mode, festival film internasional, hingga ajang penghargaan sekelas Oscar, diskriminasi terhadap talenta Asia masih kerap terjadi, baik dalam bentuk halus maupun terbuka. Hal ini menandakan bahwa industri hiburan global masih memiliki perjalanan panjang menuju kesetaraan yang sejati.
Padahal, dalam beberapa tahun terakhir, budaya pop Korea, perfilman China, hingga karya kreatif dari Jepang telah berhasil menembus dominasi hiburan Barat. Sayangnya, banyak bintang Asia tetap dianggap sebagai “tamu” di industri yang seharusnya sudah semakin inklusif.
- Baca Juga: Bos JYP Entertainment Duduki Posisi Setingkat Menteri, Positif atau Negatif untuk Industri K-Pop?
Dilansir dari KbiZoom, pada Paris Fashion Week 2025, Rosé BLACKPINK duta global Saint Laurent, duduk di barisan depan bersama selebritas Barat seperti Hailey Bieber dan Zoë Kravitz. Namun, ia tampak sengaja diabaikan dalam percakapan mereka, membuatnya terlihat terisolasi.
Kecaman semakin memanas ketika ELLE UK memotong wajah Rosé dari foto yang diunggah ke Instagram, sebuah tindakan yang dikecam penggemar sebagai bentuk rasisme. Meski majalah tersebut kemudian meminta maaf dengan alasan “ukuran gambar,” penjelasan itu dianggap tidak meyakinkan.

Kejadian serupa pernah terjadi di Festival Film Cannes, di mana bintang-bintang seperti Fan Bingbing, Han So Hee, Yoona, Tang Yan, dan Wan Qianhui tergesa-gesa disuruh turun dari karpet merah oleh staf, meski mereka merupakan tamu kehormatan.
Bahkan, IU sempat didorong ke samping oleh aktris Prancis Maria Travel tanpa adanya permintaan maaf. Kritikus berpendapat bahwa bintang-bintang Barat diberi kelonggaran di karpet merah, sementara bintang-bintang Asia justru sering diperlakukan dengan sikap terburu-buru atau bahkan tidak hormat.
Ajang penghargaan pun kerap memperlihatkan ketidakpekaan budaya.
- Usai Rilis Album The Life of a Showgirl, Harta Taylor Swift Melejit!
- 7 Tempat Wisata di Dunia yang Paling Banyak Copetnya, Hati-hati!
- Hati-hati! Ini Bahaya Etanol untuk Mesin Kendaraan
Saat promosi Squid Game, sejumlah reporter mengajukan pertanyaan merendahkan kepada Lee Jung Jae dan Jung Ho Yeon, seolah mereka bukan siapa-siapa sebelum serial tersebut sukses besar, tanpa mengakui bahwa Lee Jung Jae adalah aktor papan atas Korea dan Jung Ho Yeon merupakan model internasional.
Demikian pula, aktor Joo Ji Hoon pernah ditanya secara blak-blakan, “Apakah Anda kesal ketika orang bilang semua orang Asia terlihat sama?”
Ia dengan cerdas menjawab, “Kami juga berpikir begitu tentang kalian, kecuali mungkin Brad Pitt dan Tom Cruise,” mengubah pertanyaan ofensif itu menjadi lelucon tajam penuh sindiran.
Contoh paling mencolok terjadi di ajang Oscar 2022, ketika aktris senior Hollywood Jamie Lee Curtis, keliru mengira aktor Korea Lee Seo Jin sebagai staf dan menyerahkan tasnya kepadanya.
Meski Lee Seo Jin kemudian menanggapinya dengan candaan, banyak penonton menilai insiden itu mencerminkan prasangka yang masih mengakar, merendahkan seorang aktor Asia ternama menjadi peran pembantu hanya karena penampilannya.
Insiden-insiden ini bukanlah kasus tunggal, semuanya muncul dari persepsi lama yang menempatkan Hollywood dan Eropa sebagai pusat hiburan, sementara bintang-bintang Asia dianggap sebagai pihak luar atau sekadar pendukung.
Faktor penyebabnya meliputi sikap kuno, liputan media Barat yang terbatas terhadap talenta Asia, serta kendala bahasa yang menghambat pengakuan penuh atas prestasi mereka.
Setiap perlakuan meremehkan dan tatapan acuh tak hanya dirasakan oleh para artis itu sendiri, tetapi juga oleh jutaan penggemar Asia di seluruh dunia. Yang jadi pertanyaan, Kapan para bintang Asia akan benar-benar mendapatkan penghormatan yang layak di panggung global?
Perubahan membutuhkan upaya dari kedua belah pihak, industri Barat harus melepaskan bias mereka dan menegakkan kesetaraan, sementara para artis Asia perlu terus menunjukkan pengaruh mereka melalui bakat, ketangguhan, dan daya tarik global.
Hanya dengan begitu, karpet merah, panggung mode, dan ajang penghargaan dapat menjadi ruang di mana prestasi, bukan ras atau kewarganegaraan menjadi satu-satunya ukuran nilai.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 06 Oct 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 07 Okt 2025