Di Tengah Krisis Energi, Ternyata China Jadi Pemain Kunci Stok LNG Dunia

Kapal pengangkut liquid natural gas (LNG) Triputra milik PT GTS Internasional Tbk (GTSI). (gtsi.co.id)

China rupanya diam-diam menjadi pemain kunci dari pemasok gas alam cair (LNG) dunia. Mengutip data Bloomberg Senin, 20 Februari 2023, Perusahaan asal China secara perlahan telah menguasai 15% kontrak pasokan LNG dunia hingga 2027.

Diperkirakan, tren tersebut akan terus meningkat di masa depan. Pasalnya, belakangan terakhir, perusahaan energi yang berbasis di China memang secara agresif membuat perjanjian jangka panjang dengan berbagai negara.

Perlu diketahui, China menjadi salah satu importir LNG terbesar di dunia sebagai bentuk dari kepastian keamanan energi di Negeri Tirai Bambu.

Dari kontrak yang telah didapat, perusahaan China kemudian menjual kembali kargo LNG yang telah mereka kantongi ke pnawar tinggi dunia. Hal inilah yang membuat china secara tidak langsung sebagai pengendali sektor LNG dunia.

“China bertransformasi dari pasar impor yang berkembang pesat menjadi aktor yang memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan pasar LNG global,” tulis Shell Plc dalam laporan prospek LNG tahunan sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari Bloomberg, Senin 20 Februari 2023.

Dalam beberapa tahun terakhir, China memang secara perlahan tapi pasti mulai memperluas pengaruhnya pada sejumlah komoditas yang vital bagi perekonomian dunia. Mulai dari tembaga, batu bara,tanah jarang, hingga akhirnya energi kini berada dalam genggaman China.

Atas dasar tersebut, bisa dibilang saat ini China bagaikan pedang bermata dua bagi pasar komoditas dunia. Di satu sisi, Negeri Tirai Bambu bisa berkontribusi pada stabilitas harga saat negara lai mengalami kekurangan. Namun, di sisi lain, China bisa saja menahan pasokan bahkan menaikkan harga jika kedepannya kebutuhan domestik China mengalami kekurangan.

Sebagaimana terlihat sebelumnya, pengaruh China pada pasar enegi terlihat jelas selama krisis energi global berlangsung tahun lalu.

Saat kebijakan pengetatan pembatasan akibat pandemi COVID-19 tahun lalu, China mengalah mengalihkan pengiriman sumber energi ke daerah yang lebih membutuhkan.

Analis energi dari Credit Suisse Group, Saul Kavonic bahkan mengatakan bahwa jika tahun lalu China tetap meminta jumlah LNG seperti biasa, bisa jadi Krisis Energi di Eropa kala itu bisa semakin parah.

“Jika bukan karena permintaan LNG China yang lebih rendah pada tahun 2022, pasar gas global dan keamanan energi Erop akan berada dalam keadaan yang jauh lebih berbahaya,” kata Saul. (TrenAsia.com)

Editor: Egi Caniago
Bagikan

Related Stories