Elon Musk Sebut Kenaikan Suku Bunga Bisa Picu Deflasi

Elon Musk / Reuters

Kebijakan The Fed menaikkan suku bunga menyentil orang terkaya sejagat raya, Elon Musk untuk angkat bicara. 

Lewat akun twitter resminya, Musk memperingatkan jika Federal Reserve menaikkan suku bunga terlalu agresif bulan ini dalam upaya untuk menghancurkan inflasi, seluruh harga barang bisa turun tajam sehingga memicu deflasi.

"Kenaikan suku bunga Fed yang besar berisiko deflasi," kata CEO Tesla dan SpaceX dalam sebuah unggahan tweeter seperti dikutip TrenAsia.com dari Insider Selasa, 13 September 2022.

Seperti diketahui sebelumnya, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya dari mendekati nol pada bulan Maret menjadi antara 2,25% dan 2,5%. Aksi ini dilakukan sebagai tanggapan terhadap inflasi yang melonjak ke level tertinggi dalam empat dekade terakhir ini. 

Terakhir, bank sentral tidak mengesampingkan kenaikan ketiga berturut-turut sebesar 0,75 basis poin pada akhir bulan.

Suku bunga yang lebih tinggi membuat tabungan lebih menarik dan pinjaman lebih mahal. Ini tentunya  membantu mengurangi permintaan agregat dan oleh karena itu menekan harga. 

Namun, kenaikan yang berlebihan dapat menyebabkan harga jatuh, yang cenderung mengikis keuntungan perusahaan dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan pengangguran yang lebih tinggi.

Imbas kebijakan itu, Musk mencatat pada bulan Maret bahwa Tesla dan SpaceX mengalami kenaikan biaya yang tajam untuk bahan baku dan logistik. Alhasil, harga Tesa ikut naik.

Pada bulan Juli, setelah Tesla menaikkan harga kendaraannya beberapa kali, Musk menyaranan agar produsen mobil dapat memotong harganya jika inflasi mereda. 

Sekitar sebulan kemudian, dia menegaskan bahwa inflasi AS telah mencapai puncaknya, dan memperkirakan ekonomi akan merosot ke dalam resesi ringan yang berlangsung sekitar 18 bulan.

Peringatan mengenai deflasi telah dikemukakan oleh sejumlah tokoh lain. CEO Ark Invest dan tokoh andalan Tesla, Cathie Wood, telah berulang kali mengatakan bahwa kemajuan teknologi akan menurunkan biaya produksi dan karena itu harga, dan konsumen akan menunda pembelian sampai itu terjadi.

Sementara itu, ekonom pemenang Hadiah Nobel Richard Thaler baru -baru ini menunjukkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah menaikkan biaya makanan dan bahan bakar. Sementara penguncian COVID-19 yang berkelanjutan di China telah mengganggu rantai pasokan global. 

Thaler mengatakan bahwa jika perang berakhir dan China mengakhiri pembatasannya, itu akan mengurangi tekanan ke atas pada harga dan berpotensi mengakibatkan deflasi. (TrenAsia.com)

Editor: Redaksi
Bagikan

Related Stories