Nasional
Faktor-Faktor yang Mendorong Anda Jadi Kecanduan Belanja
JAKARTA - Siapa yang tidak suka belanja, apalagi ketika ada uang? Belanja bagi sebagian orang dapat menimbulkan kebahagiaan. Tidak mengherankan jika belanja dijadikan sebagai aktivitas untuk menghilangkan stres.
Meski begitu, jika hal itu terus-menerus dilakukan, tidak dapat dihindari bahwa bisa jadi kita akan kecanduan belanja. Seperti yang dilansir dari Verywell Mind, kecanduan belanja adalah suatu perilaku yang melibatkan aktivitas belanja secara kompulsif sebagai cara untuk merasa nyaman dan menghindari perasaan negatif seperti kecemasan dan depresi. Seperti perilaku kecanduan pada umumnya, kecanduan belanja dapat menjadi sebuah hal yang menyenangkan tapi menimbulkan berbagai masalah.
Meski konsumerisme yang meluas akhir-akhir ini meningkat, sebetulnya kecanduan belanja bukanlah gangguan baru. Penyakit ini bahkan sudah diketahui sejak awal abad ke-19 dan disebut-sebut sebagai gangguan kejiwaan pada awal abad ke-20.
- Waspada! Sering Makan Junk Food Saat Remaja Ternyata Berdampak Negatif pada Memori Jangka Panjang
- 10 Kota Terbaik untuk Kerja Jarak Jauh, Tertarik?
- 4 Cara untuk Meningkatkan Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Penyebab Kecanduan Belanja
Penyebab pasti dari kecanduan belanja belum sepenuhnya jelas. Akan tetapi, beberapa faktur mungkin berperan. Inilah penjelasannya, seperti yang dilansir dari Verywell Mind.
1. Kondisi Kesehatan Mental Lainnya
Hal ini biasanya dimulai pada akhir masa remaja dan awal masa dewasa. Kecanduan belanja seringkali terjadi bersamaan dengan gangguan lain termasuk gangguan mood dan kecemasan, gangguan penggunaan narkoba, gangguan makan, gangguan kontrol impuls lainnya, dan gangguan kepribadian.
2. Karakteristik Kepribadian
Kesulitan mengendalikan keinginan berbelanja ini dapat muncul dari pola kepribadian yang dimiliki oleh para shopaholic. Hal itulah yang membedakan mereka dari kebanyakan orang lainnya.
Pada umumnya, shopaholic atau orang yang kecanduan belanja bersifat rendah diri, mudah dipengaruhi, seringkali tampak baik hati, simpatik, dan sopan kepada orang lain, meski mereka sering kesepian dan terisolasi.
Belanja inilah yang memberi mereka cara untuk memiliki kontak dengan orang lain. Beberapa orang juga memiliki sifat kecanduan belanja karena ingin meningkatkan harga diri mereka, meski hal tersebut cenderung tidak terlalu efektif untuk hal ini.
3. Materialistik
Orang dengan kecanduan belanja cenderung lebih materialistis dibanding pembelanja lainnya. Bahkan, mereka mencoba menopang diri mereka sendiri dengan mencari status melalui benda-benda materi dan mencari pengakuan dari orang lain.
4. Paparan Iklan
Orang dengan kecanduan belanja bisa jadi lebih rentan terhadap iklan yang ada di sekitar kita setiap hari. Meski periklanan secara umum dirancang untuk membesar-besarkan hasil positif dari pembelian dan menyarankan konsumen untuk membeli barang tersebut untuk memperoleh solusi dari masalah, trik pemasaran tertentu justru dirancang untuk memicu pembelian secara impulsif dari orang-orang yang kecanduan belanja.
5. Terapi Ritel
Seperti kecanduan lainnya, kecanduan belanja biasanya merupakan cara untuk mengatasi penderitaan dan kesulitan emosional dalam hidup. Sayangnya, hal ini justru cenderung memperburuk keadaan, bukannya lebih baik untuk pembeli.
Orang yang ingin mendapatkan kesenangan melalui belanja, terkadang menyebut aktivitas tersebut sebagai terapi ritel. Namun, hal ini adalah gagasan yang salah dan tidak membantu.
Meski ada kalanya pembelian baru dapat memecahkan masalah, hal ini biasanya tidak dianggap sebagai terapi ritel. Biasanya orang yang melakukan terapi ritel justru membeli barang-barang yang tidak diperlukan, dan biaya yang dikeluarkan justru mencegah mereka memecahkan masalah lainnya di hidup mereka.
- Tips Membayar BRIVA Melalui ATM Bank Lain
- Keren! Ini 10 Idol K-Pop Paling Tajir di Tahun 2024
- Tips Efektif Turunkan Berat Badan Usai Lebaran
Itu tadi beberapa penyebab yang membuat kita kecanduan belanja atau menjadi shopaholic. Apakah Anda mengalaminya?
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh pada 22 Apr 2024