Nasional
HMSP Terpukul Covid-19, Ini Strategi yang Dilakukan Mempertahankan Daya Saing
KabarMinang.id - PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) telah membuktikan komitmennya dalam mengelola kinerja dan menangani operasional perusahaan sepanjang 2019 dan semester I 2020. Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan yang terjadi selama periode tersebut, termasuk pandemi COVID-19.
Presiden Direktur Sampoerna, Mindaugas Trumpaitis mengatakan Perseroan memahami bahwa akhir dari pandemi COVID-19 yang berpengaruh pada perlambatan ekonomi, masih tak menentu.
Kendati demikian, industri hasil tembakau (IHT) harus terus bergerak, sehingga turut mendorong aktivitas sosio-ekonomi dan terus mempertahankan kontribusinya kepada perekonomian nasional.
Sampoerna juga tetap mewaspadai berbagai dampak lanjutan dari pandemi yang terjadi secara global dengan terus beradaptasi dengan perkembangan situasi, serta menciptakan terobosan dan inovasi di dalam perjalanan bisnisnya untuk mengokohkan kepemimpinan perusahaan.
Menurutnya Sampoerna menyadari pandemi COVID-19 ini merupakan tantangan yang berdampak langsung baik pada publik maupun dunia usaha Indonesia.
Untuk industri rokok, kenaikan tarif cukai rata-rata 24% dan harga jual eceran sebesar 46% - yang berlaku pada 2020 - serta pandemi COVID-19 menjadi dua faktor utama yang memberikan dampak signifikan pada kinerja industri ini yang telah menyebabkan penurunan volume penjualan hingga dua digit.
Dia menjelaskan selama semester I 2020, volume industri mengalami penurunan sebesar 15%, tidak termasuk dampak dari estimasi pergerakan inventaris perdagangan, dimana penurunan tersebut secara umum terjadi pada segmen pajak Golongan 1.
Daya beli konsumen yang lebih rendah memiliki tren penurunan yang yang kian cepat, yaitu penurunan konsumsi dari produk dengan pajak dan harga yang lebih tinggi (tingkat pajak Golongan 1) menjadi produk dengan pajak lebih rendah dan akibatnya dijual dengan harga yang lebih rendah (tingkat Pajak Golongan 2 dan Golongan 3).
Tak terelakkan lagi, Sampoerna menghadapi tantangan selama masa puncak pandemi, khususnya pada kuartal II 2020. Berbagai tantangan selama periode April-Juni 2020 menyebabkan koreksi terhadap kinerja perseroan.
Sepanjang semester I 2020, total pangsa pasar perusahaan mencapai 29,3% atau turun 3,1 percentage point, sementara volume pengiriman 38,5 miliar batang mencerminkan penurunan sebesar 18,2%.
“Di tengah tantangan tersebut, Sampoerna menyesuaikan strategi perusahaan untuk mempertahankan daya saing bisnis dan menjawab tren yang berubah,” kata Mindaugas saat Paparan Publik secara Virtual, Jumat 18 September 2020.
"Sebagai contoh, kami meluncurkan produk SKM tar tinggi untuk merespon pergeseran permintaan ke produk tar yang lebih tinggi." kata dia lagi.
Mindaugas menjelaskan bahwa sepanjang 2019, pangsa pasar SKT Sampoerna - dengan merek-merek besar seperti Dji Sam Soe (“Raja Kretek”) dan Sampoerna Kretek - adalah 36,3%, sedangkan pangsa pasar Sigaret Putih Mesin (SPM) (melalui Produk utamanya Marlboro, merek Philip Morris Indonesia (PMID) yang didistribusikan oleh Sampoerna) dan Rokok Kretek Mesin (SKM) masing-masing sebesar 57,2% dan 29,6%.
Sampoerna berkomitmen untuk terus mendukung pemerintah menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kondusif bagi industri tembakau, termasuk perlindungan terhadap bisnis SKT yang merupakan sektor yang paling padat karya.
Sampoerna, dengan total karyawan langsung dan tidak langsung sebesar lebih dari 60.000 orang, adalah merupakan produsen SKT terbesar di Indonesia. Sebanyak 50.000 di antaranya merupakan karyawan SKT di 4 pabrik SKT Sampoerna dan 38 Mitra Produksi Sigaret yang tersebar di 27 kota/kabupaten di Pulau Jawa.