Nasional
Holding BUMN Pangan Upayakan Optimalisasi Perluasan Lahan Tebu Nasional untuk Genjot Produksi Gula
Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan upaya baru memperkuat ketahanan pangan. PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI menyatakan tengah mengoptimalisasi aset lahan kebun tebu di Indonesia.
Hal itu dilakukan lantaran masih terbatasnya lahan produksi tebu di Indonesia. Direktur Manajemen Aset PT RNI Endang Suraningsih mengatakan optimalisasi aset ini bisa menjadi batu loncatan dalam memenuhi target 2,1 juta ton produksi gula nasional pada 2021.
“Saat ini perkebunan di Indonesia terbatas sehingga diperlukan perluasan lahan kebun tebu,” kata Endang saat melakukan peninjauan pabrik gula di Bantul, DIY Yogyakarta bersama Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian dan Komisaris serta Direksi PT Madu Baru, Senin, 14 Juni 2021.
Tahap awal optimalisasi aset tahap awal ini dilakukan di lahan milik Sri Sultan Sultan Hamengku Buwono X. Pada lahan tersebut, kepemilikan Hamengku Buwono mencapai 65% sementara PT RNI 35%.
Lahan itu bakal dimanfaatkan sebagai langkah awal perluasan lahan tebu. Endang mengakui lahan itu punya potensi besar dan cocok bagi pengembangan komoditas tebu.
“Saat ini sedang diupayakan optimalisasi aset lahan kolaborasi dengan petani tebu lokal maupun Sinergi BUMN sektor terkait, melalui pola – pola kerjasama yang saling mendukung antara pemerintah, industri gula, petani maupun penggarap kawasan hutan,” ujar Endang.
PT RNI menargetkan Indonesia setidaknya memiliki 80.000 hektare (ha) lahan tebu sebelum 2024. Hingga 2021, luas lahan tebu yang tercatat baru mencapai 20.000 ha.
Optimalisasi aset ini juga diharapkan bisa membuat produksi gula nasional lebih berkelanjutan. Holding BUMN Pangan itu memastikan proses optimalisasi dan produksi gula di lahan baru akan melibatkan petani skala kecil.
Kepala Bidang Pengembangan Tanaman Perkebunan Kemenko Perekonomian Darto Wahab mengatakan perluasan lahan tebu ini tidak bisa dilakukan secara praktis. Darto menyebut akan memperluas lahan tebu di Indonesia secara bertahap.
“Saat ini perkebunan di Indonesia terbatas sehingga diperlukan perluasan lahan kebun tebu,” ucap Darto.
Perluasan lahan itu, lanjut Darto, perlu diimbangi dengan bibit, pupuk, air dan infrastruktur yang memadai.
Darto mengakui periode 2016 – 2020 sejalan dengan pertumbuhan areal, produksi gula cenderung menurun dengan rata – rata 0,79% year on year (yoy). Oleh karena itu, dirinya mendukung BUMN yang beroperasi di bidang sektor gula, dan perkebunan untuk membenahi masalah produksi gula dari hulu hingga ke hilir.
(TrenAsia)