Indonesia Disebut Potensial Jadi Hub Kripto

Nampak seseorang tengah mengamati salah satu aplikasi crypto melalui perangkat elektronik di Jakarta, Kamis 7 Juli 2022. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

Forum Think-20 (T-20) Indonesia Summit 2022 yang merupakan salah satu engagement groups dari G20 tengah mempertimbangkan kemungkinan Indonesia menjadi hub kripto dunia.

Menurut Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia, Bambang Soesatyo, Indonesia berpotensi menjadi hub kripto dunia, khususnya di wilayah Asia Tenggara. Ia berpendapat, agar perkembangan aset kripto bisa dimaksimalkan perlu dipersiapkan infrastruktur pengaturan dan pengawasan yang Komprehensif.

"Misalnya dengan menghadirkan Digital Future Exchange sebagai bursa kripto resmi. Langkah ini membutuhkan komitmen dari segenap pemangku kepentingan, khususnya Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan, untuk duduk bersama dan merumuskan kerangka kebijakan yang komprehensif dan implementatif," kata Bamsoet dalam keterangan resmi, Jumat 9 September 2022.

Senada dengan Bamsoet, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO), Teguh Kurniawan Harmanda, juga meyakini potensi Indonesia dalam perkembangannya menjadi pusat inovasi kripto dan blockchian di kawasan Asia Tenggara. Menurutnya Indonesia sendiri punya regulasi dan pasar yang potensial untuk mendukung hal itu.

"Aset kripto ini memiliki potensi besar di ekosistem digital. Transaksi kripto juga sudah dikenakan pajak. Jika dilihat dari jumlah transaksi bisa diketahui berapa banyak kontribusi yang bisa diberikan kepada negara," kata Manda.

Market Indonesia yang Potensial

Market Indonesia dilihat sebagai pasar yang potensial, terlebih sudah ada lebih dari15,57 juta investor kripto per Juli 2022. Nilai transaksi perdagangan aset kripto di Indonesia pun tercatat sebesar Rp232,4 triliun di waktu yang sama.

Sementara dari hasil survei Finder Crypto Adoption yang dilakukan di 26 negara pada Agustus 2022 melaporkan bahwa kepemilikan aset kripto orang Indonesia mencapai 29,8 juta dengan persentase 16%. Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 15%.

"Secara angka investor kripto dalam negeri masih bisa terus tumbuh, walau diterpa crypto winter. Saat ini angkanya masih sekitar lebih dari 4 persen dari jumlah populasi sekitar 270 juta penduduk Indonesia. Penetrasi kripto bisa dioptimalkan mengedepankan inklusivitas," jelas Manda.

Kemudian dari sisi bisnis industri aset kripto juga masih menjanjikan. Adanya aksi korporasi dari startup decacorn, GoTo yang mengakuisisi Calon Pedagangan Aset Kripto, membuktikan bahwa masih ada ruang untuk perkembang. Di samping itu, banyaknya project aset kripto lokal juga menjadi indikator eskalasi bisnis kripto di Indonesia, dari sisi talenta hingga teknologi. (TrenAsia.com)

Editor: Redaksi
Bagikan

Related Stories