Inilah Hubungan Antara Orang Tua yang Santai dengan Kekuatan Mental Anak

Orang Tua yang Santai Cenderung Sukses Membesarkan Anak yang Bermental Kuat (Istimewa)

JAKARTA - Sebuah pepatah mengatakan bahwa sifat orang tua dapat berpengaruh terhadap anak-anak mereka. Hal tersebut semakin jelas terbukti di mana penelitian menunjukkan bahwa ketika orang tua lebih santai dalam menghadapi permasalahan hidup, anak-anak mereka cenderung lebih kuat secara mental dan kurang stres emosional saat menghadapi kesulitan.

Santai yang dimaksud di sini meliputi dapat mengontrol diri, tidak terlalu khawatir tentang masalah ekonomi atau keuangan, menetapkan aturan yang jelas, menggunakan hukuman yang tidak terlalu keras, dan berkomunikasi dengan baik.

Hasil penelitian dari Studi Pengembangan Awal Longitudinal Singapura (SG-LEADS), yang dipimpin oleh Dr. Chen Luxi dan Prof Jean Yeung Wei-Jun dari Human Potential Translational Research Programme di Yong Loo Lin School of Medicine, National University of Singapore (NUS Medicine), menunjukkan bahwa memiliki berbagai sumber daya dalam keluarga dan komunitas sebelum menghadapi situasi sulit dapat membantu anak-anak menjadi lebih tahan banting dan mengurangi gejala emosional seperti kecemasan, depresi, dan penarikan diri.

Tim penelitian memeriksa lebih dari 2.600 anak-anak di Singapura selama dua periode. Pertama pada 2018-2019 sebelum pandemi COVID-19, dan Kedua pada 2021 selama pandemi COVID-19.

Anak-anak ini berusia antara 3 dan 6 tahun sebelum pandemi, dan diikuti hingga tahun kedua pandemi. Penelitian menunjukkan adanya peningkatan gejala emosional seperti kesedihan, kecemasan, ketakutan, dan penarikan diri pada anak-anak dari sebelum pandemi hingga selama pandemi COVID-19.

Sebelum pandemi COVID-19, penelitian mengukur kemampuan orang tua dalam berbicara, kontrol diri, stres ekonomi, dan cara mendidik anak, termasuk seberapa ketat aturan yang diberlakukan pada anak-anak. Orang tua juga menilai seberapa aman lingkungan mereka.

Tim kemudian mengevaluasi kemampuan anak-anak untuk mengendalikan diri menggunakan tugas Tunda Gratifikasi (DoG), yang mengukur sejauh mana anak-anak dapat menahan godaan hadiah kecil demi mendapatkan hadiah yang lebih besar yang ditunda. 

Anak-anak diminta untuk memilih menerima hadiah sekarang atau lebih banyak hadiah nanti setelah permainan sekitar 10 menit. Kemampuan anak-anak untuk menahan kepuasan instan dan mencapai tujuan jangka panjang dianggap sebagai faktor penting dalam ketahanan anak-anak menghadapi situasi yang berubah.

Mendidik Anak-anak yang Kuat

Chen Luxi, peneliti dari Human Potential Programme di NUS Medicine, mengatakan, "Orang tua dengan kemampuan berbicara yang baik, kontrol diri yang kuat, dan stres ekonomi yang rendah cenderung menggunakan cara berinteraksi yang baik dengan anak-anak mereka, seperti menetapkan aturan dengan panduan, diskusi, dan dorongan, daripada menggunakan hukuman yang keras."

"Interaksi positif antara orang tua dan anak dapat membantu anak-anak mengembangkan perilaku yang teratur, yang kemudian membangun ketahanan mereka. Dengan kemampuan mengendalikan diri yang baik, anak-anak dapat lebih baik menghadapi kesulitan tanpa mengalami gejala emosional yang berlebihan." lanjutnya. 

Sejak usia dini, perkembangan kemampuan mengendalikan diri dimulai ketika anak mulai belajar cara mengontrol emosi dan perilaku mereka sendiri. Interaksi antara orang tua dan anak adalah proses penting yang mempengaruhi perkembangan kemampuan ini pada anak-anak.

Menetapkan batasan dan panduan serta memberikan dukungan dan dorongan dapat membantu anak-anak mengembangkan perilaku yang baik sejak dini. Hal ini dapat mengurangi memburuknya gejala emosional anak dari waktu ke waktu.

Di sisi lain, tindakan disiplin yang keras seperti kontrol yang agresif, hukuman fisik, dan kritik yang bertujuan untuk membatasi perilaku anak telah terus-menerus dikaitkan dengan masalah kesehatan mental pada anak-anak.

Dibutuhkan Juga Dukungan dari Masyarakat

Penelitian juga menyelidiki peran sumber daya masyarakat dalam membantu anak-anak menghadapi tantangan emosional dan kesehatan mental. Temuan menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di lingkungan yang aman, bersatu, dan mendapat dukungan sosial sebelum pandemi COVID-19 memiliki lebih sedikit gejala emosional selama pandemi dan mengalami lebih sedikit masalah emosional seiring waktu.

Temuan ini menekankan bahwa sumber daya masyarakat, seperti keamanan lingkungan dan dukungan sosial, dapat membantu meningkatkan ketahanan anak-anak dalam menghadapi situasi sulit dan mencapai hasil yang lebih baik.

"Partisipasi aktif masyarakat dan dukungan pemerintah bagi orang tua dapat membantu mengurangi stres orang tua dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk mendidik anak-anak dengan cara yang positif," kata Prof Jean Yeung, co-author yang juga berasal dari Departemen Pediatri di NUS Medicine.

"Kemampuan mengendalikan diri pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal, dan perlu terus diinvestasikan oleh pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung agar anak-anak dapat tumbuh dengan kuat secara emosional dan dapat menghadapi kesulitan yang mungkin mereka hadapi." pungkasnya. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 03 Mar 2024 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 08 Mar 2024  

Editor: Redaksi Daerah
Redaksi Daerah

Redaksi Daerah

Lihat semua artikel

Related Stories