Iptu Junarti: Polwan Profesi yang Unik dan Penuh Tantangan

Iptu Junarti, personel Polres Padang Panjang (Dok. Kominfo)

Polisi Wanita (Polwan) adalah profesi yang unik dan penuh tantangan. Terkandung dua makna berlawanan secara sosial dan budaya di dalam dua kata tersebut.

Sebagai polisi, para polwan sebagian besar bertugas  menghadapi kekerasan yang bermakna maskulin. Sebagai wanita, mereka diharapkan mempunyai sisi feminin dalam sikap dan tindak-tanduk baik di dalam maupun di luar pekerjaan.

Tantangan terberat polwan adalah ketika mendapat hal yang sama dengan polisi yang lain, tetapi masih mempunyai beban sosial dan budaya sebagai perempuan. Polwan berbeda dengan polisi pria dalam banyak aspek.

Pertentangan yang cukup ramai adalah kebijakan Polri tentang pemakaian jilbab bagi polwan. Selain konteks agama, perbedaan ini juga dalam konteks gender. Salah satunya adalah beban tugas domestik dalam keluarga yang dilakukan setelah pulang dari bertugas.

Bertepatan dengan Hari Jadi Polwan RI ke-73, Rabu (1/9/2021), dilansir dari laman FB Kominfo berkesempatan mewawancarai salah seorang polwan yang saat ini bertugas di Polres Padang Panjang dengan jabatan Kasubag Progar Perencanaan, Iptu Junarti (57).

Sosok Junarti yang sudah bercita-cita menjadi seorang polwan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dia bisa mewujudkan cita-citanya memakai seragam dengan pangkat yang disandang di bahunya itu.

Selama menjadi wanita dengan profesi polisi, tentunya banyak suka duka yang dilaluinya.

"Menjadi seorang polwan pasti ada suka dukanya. Karena dari kecil saya suka hal-hal yang menantang. Jadi apapun pekerjaan yang saya lakukan selama menjadi polwan, itu menjadi kesenangan tersendiri bagi saya. Selama bertugas saya bisa berkomunikasi langsung dengan masyarakat, dan bisa bergaul dengan berbagai tipe masyarakat," tuturnya.

Namun di balik itu semua, Junarti yang bukan hanya berkewajiban dengan profesinya, ia juga mempunyai tanggung jawab lain sebagai seorang ibu rumah tangga. Profesi yang kadang tak mengenal hari libur, memaksa Junarti harus membagi waktu dengan anak-anak dan suami. Bukan hanya membagi waktu dengan keluarga, waktu beristirahat pun harus dikorbankan Junarti demi menjaga profesional sebagai abdi negara.

"Banyak suka dukanya. Duka yang dirasakan, saya ambil hikmahnya saja. Karena apa yang saya jalani sebagai pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya pribadi. Dan sebisa mungkin kedua tanggung jawab itu bisa saya jalankan dengan baik," ujar Junarti.

Seragam dan pangkat yang ia sandang tidak menghambat Junarti untuk menjadi ibu yang baik bagi keluarga. Malah sebaliknya, menjadi seorang polwan bisa dijadikan suatu hal yang dapat ia banggakan kepada keluarga.

Dari kisah seorang polwan yang sebentar lagi akan memasuki masa purnabakti ini, bisa dijadikan sebuah motivasi. Profesional dalam menjalankan suatu profesi tanpa harus melupakan kodrat dan tanggung jawabnya sebagai wanita.

Kini profesi sebagai polwan menjadi kebanggaan dan panutan untuk anak-anaknya. Polwan tidak hanya sekadar pelengkap di institusi Polri, polwan bisa membuktikan kalau bisa melakukan pekerjaan dengan profesional.

Dirgahayu Polisi Wanita RI ke-73, selain memenuhi kebutuhan polisi yang androgini, semoga di usia yang dewasa, institusi polwan bisa mendukung tugas-tugas kepolisian dengan segala tantangan dan tetap mendapat tugas strategis sesuai keunikannya. "Polwan Tangguh, Indonesia Tumbuh, Salam Presisi".

(Dega Paduwana)

Editor: Sutan Marajo

Related Stories