Nasional
Ironi di Meksiko: Presiden Perempuan Meksiko Jadi Korban Pelecehan Seksual
JAKARTA - Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, dilaporkan mengalami tindakan pelecehan seksual saat melakukan kunjungan dan berinteraksi dengan masyarakat di pusat Kota Meksiko pada awal November 2025.
Peristiwa tersebut terekam dalam sebuah video yang kemudian menyebar luas di media sosial, memicu gelombang kecaman publik serta perdebatan nasional mengenai isu keselamatan dan perlindungan perempuan di ruang publik.
Dalam rekaman yang viral itu, tampak seorang pria yang diduga dalam keadaan mabuk mendekati Sheinbaum dari belakang, lalu memeluk dan berusaha mencium lehernya.
- 5 Rekomendasi Film Horor dan Thriller Korea yang Menegangkan dan Seru!
- Cinema XXI Sulap Layar Bioskop Bekas Jadi Koleksi Fashion Bergaya Modern dan Ramah Lingkungan
- India Magnet Baru Industri Otomotif Dunia, 3 Raksasa Otomotif Jepang Ikut Tertarik Investasi
Presiden segera bereaksi dengan menepis tindakan tersebut, sebelum petugas keamanan turun tangan dan menjauhkan pelaku dari lokasi. Pelaku kemudian diamankan oleh aparat kepolisian setempat untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Sheinbaum menyampaikan pernyataan resmi tak lama setelah insiden itu terjadi. Ia menegaskan akan membawa kasus ini ke ranah hukum sebagai bentuk ketegasan terhadap segala bentuk pelecehan terhadap perempuan.
“Apa yang saya alami ini adalah pengalaman yang juga dialami oleh banyak perempuan di negara kita. Jika saya sendiri tidak melapor, lalu bagaimana dengan semua perempuan Meksiko lainnya?” ujarnya dikutip laman AFP, Kamis, 6 November 2025.
Pihak kepolisian Meksiko mengonfirmasi bahwa pelaku telah ditangkap dan sedang menjalani pemeriksaan di kantor kepolisian negara bagian.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Meksiko mengutuk keras tindakan tersebut, sementara Menteri Citlali Hernandez menyebut insiden itu sebagai cerminan budaya macho yang masih mengakar di masyarakat dan sering kali menormalkan pelanggaran terhadap ruang pribadi perempuan.
"Kami mengutuk tindakan yang dialami presiden kami hari ini," ujar Menteri Citlali Hernandez dalam sebuah unggahan di laman X.

Kekerasan di Meksiko
Kasus ini memunculkan kembali sorotan terhadap isu kekerasan dan pelecehan berbasis gender di Meksiko. Negara tersebut selama bertahun-tahun menghadapi tingginya angka kekerasan terhadap perempuan, termasuk pelecehan di ruang publik dan kasus femisida yang terus meningkat.
Kasus Ana Helena Saldaña pada 2018 menjadi salah satu contoh ekstrem kekerasan berbasis gender di Meksiko. Ia diserang dengan cairan asam oleh orang suruhan mantan pacarnya, yang menyebabkan luka permanen di wajahnya.
Peristiwa ini menyoroti betapa kuatnya budaya kekerasan terhadap perempuan di Meksiko, diperparah dengan rendahnya tingkat penegakan hukum.
Menurut data INEGI, sekitar 95% kasus kekerasan di Meksiko tidak berujung pada hukuman, mencerminkan sistem yang gagal memberikan keadilan bagi korban.
Situasi semakin mengkhawatirkan dengan meningkatnya kekerasan gender secara nasional. Meksiko mencatat rata-rata 10 perempuan dibunuh setiap hari, dan kasus femisida melonjak hingga 137% sejak 2015, empat kali lebih tinggi dibanding jenis pembunuhan lainnya.
Pandemi COVID-19 turut memperburuk kondisi, dengan lonjakan 60% panggilan darurat terkait kekerasan domestik. Meskipun negara tersebut kini memiliki seorang presiden perempuan, banyak perempuan Meksiko masih merasa tidak memperoleh perlindungan yang nyata dari negara.
Baca juga : Efek MSCI! BREN, BRMS, hingga ENRG Jadi Incaran Hari Ini
Aktivis perempuan memuji langkah Presiden Sheinbaum yang memilih untuk menempuh jalur hukum, menyebutnya sebagai contoh penting bagi perempuan lain untuk berani melapor.
Selain itu, peristiwa ini juga menambah daftar panjang ancaman terhadap pejabat publik di Meksiko. Dalam pekan yang sama, seorang wali kota dilaporkan tewas ditembak, dan sejak Sheinbaum resmi menjabat pada Oktober 2025, sedikitnya sepuluh wali kota telah menjadi korban pembunuhan.
Meski demikian, Sheinbaum menegaskan tidak akan mengubah gaya kepemimpinannya yang dekat dengan rakyat.
“Kita tidak bisa menjauh dari rakyat,” tegasnya dalam konferensi pers usai kejadian.
Presiden Sheinbaum menutup pernyataannya dengan menegaskan komitmennya untuk memperkuat perlindungan hukum terhadap perempuan serta meningkatkan keamanan pejabat publik di seluruh wilayah Meksiko.
Ia menilai insiden ini harus menjadi titik balik bagi seluruh institusi untuk mempertegas komitmen terhadap keadilan dan kesetaraan gender di negara tersebut.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 06 Nov 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 07 Nov 2025
