Nasional
Kenali Gejala dan Penanganan Gangguan Kejiwaan Erotomania
JAKARTA - Jika Anda menyaksikan media sosial akhir-akhir ini, Anda tentu kerap melihat istilah erotomania sedang diperbincangkan oleh warganet.
Seperti yang dilansir dari Medical News Today, erotomania adalah bentuk delusi paranoid yang jarang terjadi. Orang yang mengalami erotomania seringkali sangat yakin bahwa orang lain jatuh cinta padanya.
Khayalan tersebut berkembang dan bertahan di diri orang tersebut, meskipun bukti nyata justru menyatakan sebaliknya. Sebetulnya, kondisi erotomania ini jarang terjadi, dan lebih sering menyerang wanita dibandingkan pria. Erotomania sering kali berhubungan dengan gangguan kejiwaan lainnya, tapi bisa juga muncul dengan sendirinya.
- Ternyata OKB Kurang Peka Terhadap Penderitaan Orang Miskin, Ini Penjelasannya
- Aturan Penggunaan Kontak Darurat untuk Pinjol dari OJK
- PLN Kembali Rilis Program Diskon, Tambah Daya Hanya Rp202.400
Penyebab Munculnya Erotomania
Erotomania mungkin adalah gejala dari penyakit kejiwaan, seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif, gangguan depresi mayor dengan ciri psikotik, gangguan bipolar, bahkan penyakit Alzheimer. Erotomania juga merupakan salah satu jenis gangguan delusi.
Hubungan Erotomania dengan Media Sosial
Suatu laporan yang dilansir dari Medical News Today menunjukkan bahwa jaringan media sosial ternyata dapat memperburuk atau bahkan memicu keyakinan delusi yang terkait dengan erotomania.
Media sosial dapat menghilangkan beberapa penghalang antara orang yang tidak dikenal dan dapat dengan mudah dimanfaatkan untuk mengamati, menghubungi, menguntit, bahkan melecehkan orang-orang yang sebelumnya tidak dapat dilakukan sama sekali.
Tidak hanya itu, platform media sosial juga dapat menurunkan tingkat privasi, sehingga membuat perilaku menguntit jadi lebih mudah untuk dilakukan.
Gejala Erotomania
Gejala utama dari kondisi erotomania adalah keyakinan seseorang yang tegas dan delusi bahwa orang lain jatuh cinta terhadapnya. Perilaku yang terkait dengan erotomania ini mencakup upaya terus-menerus untuk melakukan kontak, dengan cara menguntit, melakukan komunikasi secara tertulis, dan perilaku pelecehan lainnya.
Penderita erotomania ini tentu dapat menimbulkan kerugian dan ancaman terhadap objek atau seseorang yang mereka anggap menyukainya. Namun, hal ini sering diremehkan sebagai faktor risiko saat menilai kondisinya.
Cara Mengatasi Erotomania
Mengobati gangguan delusional seperti erotomania ini tentu sulit karena penderitanya tidak mungkin atau bahkan tidak mampu menyadari bahwa keyakinan mereka tidak berdasar.
Hanya sedikit orang yang mengalami erotomania yang mau mencari pengobatan, atau melakukan pengobatan atas kemauannya sendiri. Bahkan, mereka mungkin akan merasa sulit untuk berhasil ketika melakukan terapi.
Metode perawatan yang dilakukan akan disesuaikan dengan kebutuhan setiap orang yang terkena dampak. Prioritas perawatan harus fokus pada pemeliharaan fungsi sosial, meminimalkan risiko perilaku bermasalah, dan meningkatkan kualitas hidup orang yang terkena dampak.
- Tidak Sembarangan, Ini Syarat Warung Kecil Bisa Jual LPG 3 Kg
- Nyatakan 'All Out Dukung' Prabowo Gibran, Kenegarawanan Erick Thohir Tuai Pujian
- Penggunaan KTP Tidak Akan Efektif Untuk Subsidi
Itu tadi penjelasan mengenai erotomania, gejala, dan cara penanganannya.
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Justina Nur Landhiani pada 11 Jan 2024