Kenali Penyebab Cantangen dan Cara Mengatasinya

Kenali Istilah Cantangen dan Upaya Pencegahannya (freepik.com/8photo)

JAKARTA - Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah cantangen atau yang sebetulnya bernama paronikia ini. Paronikia, atau yang sering dikenal dengan sebutan 'cantangen' dalam bahasa Jawa, merupakan infeksi pada jaringan di sekitar kuku jari tangan atau kaki. 

Infeksi ini dapat berupa abses akibat infeksi bakteri atau jamur. Keadaan ini terjadi ketika ada gangguan antara lapisan lempeng kuku dan dasar kuku bagian proksimal (menjauhi tubuh). Paronikia dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu akut dan kronis. 

Paronikia akut umumnya terjadi pada satu kuku jari, sedangkan paronikia kronis dapat melibatkan lebih dari satu kuku jari, baik secara bersamaan maupun berulang. Paronikia bisa disebabkan oleh kebiasaan tangan atau kaki yang tidak dilindungi saat bekerja, sehingga rentan terpapar, atau kurang menjaga kebersihan sekitar kuku yang dapat menyebabkan infeksi.

Penyebab Cantangen atau Paronikia

Seperti yang dilansir dari laman resmi Kemenkes, paronikia akut umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Staphylococcus enterococcus yang masuk ke kulit kuku yang rusak, seperti akibat menggigit kuku. Sementara itu, paronikia kronis lebih sering disebabkan oleh infeksi jamur Candida, meskipun bakteri juga dapat menjadi penyebab.

Paronikia dapat menyerang siapa saja, tetapi ada beberapa faktor risiko, antara lain:

  1. Pekerjaan yang membuat tangan atau kaki terus-menerus terkena air, seperti nelayan, pemerah susu, atau tukang cuci piring.
  2. Luka terbuka di sekitar kuku tangan atau kaki.
  3. Kondisi kuku lembab karena penggunaan kuku palsu.
  4. Mengalami cantengan.
  5. Diabetes atau gangguan sistem kekebalan tubuh.

Gejala Cantangen atau Paronikia

Gejala paronikia akut atau kronis umumnya mirip. Beberapa gejala atau keluhan yang mungkin muncul akibat paronikia meliputi:

  1. Nyeri saat menyentuh kuku atau kulit di sekitar kuku yang terinfeksi.
  2. Bengkak pada kulit di sekitar kuku yang terinfeksi.
  3. Kemerahan dan rasa hangat pada kulit di sekitar kuku yang terinfeksi.
  4. Pada beberapa kasus, abses (kumpulan nanah) dapat muncul pada kulit di bawah kuku yang terinfeksi.

Cara Mengatasi Cantangen atau Paronikia

Penanganan paronikia bertujuan meredakan keluhan, mengatasi penyebab, mencegah kekambuhan, dan mencegah komplikasi. Pada kasus ringan, paronikia dapat diatasi secara mandiri, tetapi jika terdapat abses atau demam, penanganan oleh dokter diperlukan.

Beberapa metode pengobatan untuk paronikia melibatkan penggunaan obat-obatan, seperti:

  1. Antibiotik minum (oral), untuk paronikia yang disebabkan oleh bakteri.
  2. Krim antibiotik yang mengandung asam fusidat, untuk paronikia bakteri tanpa infeksi berat.
  3. Anti jamur salep atau obat minum, untuk paronikia kronis yang disebabkan oleh infeksi jamur.

Jika terbentuk abses atau bengkak yang signifikan, operasi mungkin diperlukan untuk mengeluarkan nanah. Perawatan mandiri di rumah juga dapat membantu, seperti membersihkan kaki atau tangan secara rutin, merendam dalam air hangat, menjaga kekeringan, dan menghindari kebiasaan merusak kuku.

Pencegahan Cantangen atau Paronikia

  1. Paronikia dapat dicegah dengan mengikuti sejumlah langkah pencegahan, termasuk:
  2. Mengenakan sarung tangan karet anti air saat bekerja yang melibatkan kontak dengan air.
  3. Menghindari pemakaian kuku palsu untuk jangka waktu yang lama.
  4. Menjaga keringat dan memastikan tangan dan kaki tetap kering.
  5. Tidak menggigit kuku atau mencungkil kulit di sekitar kuku.
  6. Tidak memotong kuku terlalu pendek dan memastikan potongan sejajar dengan ujung jari.
  7. Pemantauan kesehatan bagi penderita diabetes dan gangguan sistem kekebalan tubuh.

Itu tadi penjelasan mengenai apa itu cantangen atau paronikia serta cara mengatasi dan mencegahnya. Penting untuk mengambil tindakan pencegahan ini untuk mengurangi risiko paronikia dan menjaga kesehatan kuku dan kulit di sekitarnya.

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh pada 31 Jan 2024  

Editor: Redaksi Daerah
Redaksi Daerah

Redaksi Daerah

Lihat semua artikel

Related Stories