Nasional
Kenapa Deposit Bijih Besi Terbesar Dunia Berada di Australia? Ini Jawabannya
JAKARTA - Deposit bijih besi terbesar di dunia ternyata berlokasi di Provinsi Hamersley, Australia Barat. Para ahli menghubungkan hal ini dengan terpecahnya superbenua Columbia dan bergabungnya Australia.
Menurut sebuah studi terbaru, endapan bijih besi terbesar di dunia terbentuk ketika superbenua kuno Columbia terpecah sekitar 1,4 miliar tahun yang lalu.
Endapan tersebut itu berada di bongkahan kerak Bumi yang dikenal sebagai Pilbara Craton. Pilbara Craton adalah satu dari hanya dua bongkahan kerak yang diketahui berasal dari Zaman Arkean (3,8 miliar hingga 2,5 miliar tahun lalu) dan menampung beberapa batuan tertua di planet kita. (Kerak Arkean lainnya adalah Kaapvaal Craton di Afrika selatan.)
Batu-batuan di Pilbara Craton telah menyaksikan kelahiran dan perpecahan beberapa benua super. “Ini berarti batu-batuan tersebut menyimpan petunjuk tentang asal-usul endapan mineral yang kaya di wilayah tersebut,” kata para peneliti dalam studi baru tersebut.
- 5 Film Terbaik yang Mengajarkan Anda tentang Pasar Saham
- Mengenal Beragam Crypto Wallet dan Jenis-jenisnya
- Berkaca dari Kasus Penganiaan yang Sedang Terjadi, Simak 13 Tips Memilih Daycare yang Aman
Secara khusus, perpecahan benua super Columbia antara 1,7 miliar dan 1,45 miliar tahun lalu, dan penggabungan Australia berikutnya antara 1,4 miliar dan 1,1 miliar tahun yang lalu dapat menjelaskan bagaimana cadangan bijih besi yang sangat besar terbentuk di Provinsi Hamersley.
"Energi dari aktivitas geologi epik ini kemungkinan memicu produksi miliaran ton batuan kaya zat besi di Pilbara," kata penulis utama studi Liam Courtney-Davies seorang geokronolog dan rekanan pascadoktoral di Universitas Colorado, Boulder dalam sebuah pernyataan .
Provinsi Hamersley menyimpan lebih dari 55 miliar ton (50 metrik gigaton) bijih besi. Sebelumnya diperkirakan oleh para ahli geologi terbentuk sekitar 2,2 miliar tahun lalu. Namun berdasarkan teknik penanggalan langsung, studi baru ini menemukan bahwa endapan tersebut sebenarnya jauh lebih muda dari itu, terbentuk antara 1,4 miliar dan 1,1 miliar tahun lalu.
"Penelitian kami menunjukkan endapan ini terbentuk bersamaan dengan peristiwa tektonik besar," kata rekan penulis studi Martin Danisik , seorang profesor geologi di Universitas Curtin di Australia dalam pernyataan yang dikutip Live Science Kamis 1 Juli 2024.
Menurut penelitian tersebut, peristiwa tektonik ini kemungkinan terjadi di seluruh Pilbara Craton. Hal ini menyediakan sejumlah besar energi yang dibutuhkan dan memaksa keluarnya cukup banyak cairan kaya mineral dari bawah tanah yang dalam untuk membentuk endapan besar.
Temuan ini dapat membantu ahli geologi menemukan endapan besi lainnya di masa mendatang. Bijih besi merupakan bahan penting dalam produksi besi dan baja . Oleh karena itu, perusahaan eksplorasi sumber daya selalu mencari endapan bijih besi baru yang dapat ditambang.
- Kenali 4 Tingkat Literasi Keuangan di Indonesia, Anda di Tingkat Mana?
- Prosedur Resmi Penilangan: Polisi Tidak Bisa Sembarangan Menilang di Jalan
- 9 Cara Aman Investasi Properti untuk Pemula
"Penemuan hubungan antara endapan bijih besi raksasa ini dan perubahan siklus superbenua meningkatkan pemahaman kita tentang proses geologi purba dan meningkatkan kemampuan kita untuk memprediksi di mana kita harus menjelajah di masa mendatang," kata Courtney-Davies.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 02 Aug 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 02 Agt 2024