Daerah
Layanan Prima PDAM Padang, Uda Soni Penyelamat Keluarga Ekonomi Lemah
Persis di hari Jumat tanggal 27 Maret 2020 lalu, Soni Efaraldo, yang bertugas di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Wilayah Utara (Tabing) Kota Padang, datang ke rumah kontrakan Zulmita Agrifa (30) di Air Pacah, Kecamatan Koto Tangah, setelah mendpatkan adanya keluhan dari pelanggan soal tagihan air atas nama pelanggan Herry Setiawan, yang nilainya tidak masuk di akal.
Hampir tiga tahun lamanya Zulmita tinggal di rumah kontrakannya itu. Di rumah yang amat sederhana tersebut, Zulmita hidup berdua dengan suaminya yang bekerja serabutan. Dapat rezeki pagi, besok pagi cari lagi. Perekonomian keluarga mereka, jauh dari kata layak.
Dapat dikatakan cukup sulit bagi keluarga ini untuk menyisihkan uang belanja untuk membayar tagihan air serta listrik setiap bulannya. Tapi khusus untuk tagihan air itu, ada ketidakwajaran yang dialami oleh Zulmita.
Dimana ada ketika Zulmita merasa dibayang-bayangi soal tagihan air yang membengkak yang dapat dicek nya lewat aplikasi PDAM Padang yang di unduhnya di ponsel pintarnya.
Bahkan disetiap bangun pagi saat subuh, Zulmita selalu mengawali pagi itu dengan mengecek tagihan air di aplikasi tersebut disetiap tanggal 1.
Alasan kenapa Zulmita begitu menilai penting untuk memastikan tagihan airnya, karena dua tahun berlalu tinggal di rumah kontrakannya itu, tagihan airnya tidak pernah kurang dari Rp150.000 per bulannya, dan bahkan bisa sampai Rp250.000 per bulannya.
Nilai tagihan sebanyak itu, bagi Zulmita sebuah jumlah yang cukup berat untuk dibayarkan. Selain soal perekonomian keluarganya yang memang pas-pasan dari hari ke hari, dia juga merasa tidak ikhlas untuk membayar tagihan sebanyak itu.
"Kami cuma tinggal berdua di rumah ini. Pemakaian air cuma untuk mandi dan mencuci pakaian dan cuci piring saja. Tagihan yang tertera pemakaian air malah sampai 30 hingga 50 kubik per bulannya, saya rasa pemakaian air saya tidak sebanyak itu, karena saya tidak punya kolam renang juga," ujar ibu rumah tangga yang akrab disapa Meta ini, Senin 14 Desember 2020.
Baginya dengan tagihan air yang sebanyak itu dan menghitung dari pemakaian air dari bulan ke bulan, rasa-rasa ada yang salah dengan kondisi tagihan nya itu.
Meta bersama suami nya pun mulai menerapkan sistem mengunci air dari kilometer. Tujuan hal itu dilakukan, sebagai upaya mengirit penggunaan air yang di aliri nya untuk mengisi satu bak mandi.
Dua bulan berjalan melakukan cara kunci kran di kilometer, ternyata tagihan nya tidak turun. Melihat kondisi yang demikian, membuat Meta jadi resah. Disaat ekonomi keluarga lagi rumit, tagihan air di rumah pun tidak bersahabat dengan nasib, begitu keresahan hati yang dialami Meta.
Suatu ketika, Meta bersama suaminya pun mencoba mencari penyebab dari besarnya jumlah tagihan airnya dari bulan ke bulan itu.
Hal pertama yang dilakukan adalah membiarkan kran air di kilometer tetap terbuka dan mengunci kran air yang ada di dalam rumah. Nyatanya, angka di kilometer tetap jalan, padahal air tidak ada yang menetes di dalam bak penampungan air di dalam rumah.
Lalu dia juga mencoba untuk mengunci kran air di kilometer itu, dan hasilnya jarum yang ada di kilometer itu sama sekali tidak berjalan. Hasil itu semakin menguatkan keyakinan keluarga ini, bahwa ada masalah serius saluran air di rumahnya itu.
Di sini, Meta menduga bahwa penyebab besarnya pemakaian air di rumahnya itu, bukan dikarenakan pemakaian air yang digunakannya, melainkan ada kemungkinan kebocoran terjadi di bagian pipa yang terkubur di rumah kontrakannya tersebut.
Setelah menemukan dugaan penyebab terjadinya pemborosan pemakaian air di rumahnya itu, Meta pun melaporkan kondisi demikian ke pihak PDAM Padang melalui aplikasi yang ada di ponsel pintar nya itu.
"Ya saya pun melaporkan kelurahan ke PDAM pakai aplikasi itu, dan memang saya berharap dengan adanya laporan keluhan itu, tagihan nya bisa normal sesuai dengan pemakaian yang saya lakukan," ujar dia.
Ternyata berselang waktu kurang lebih 2 hari dari waktu mengirimkan laporan keluhan, sekitar pukul 10.00 Wib pagi tepatnya di hari Jumat 27 Maret 2020, dimana Pemko Padang telah mengeluarkan larangan pelaksanaan salat Jumat berjamaah di masjid, datanglah petugas PDAM Wilayah Utara (Tabing).
Namanya Soni Efaraldo, dia datang menggunakan sepeda motor pribadinya dan mengenakan pakaian yang begitu rapi. Baju kemeja nya berwarna putih dengan desain seperti baju koko, mungkin karena hari Jumat, Soni berencana untuk salat Jumat di masjid usai memperbaiki kelurahan yang ada di rumah pelanggan tersebut. Celananya yang digosok begitu rapi serta sepatu hitamnya yang mengkilap.
Dengan nada yang ramah, Soni pun datang menanyakan alamat rumah yang masuk ke pelaporan aplikasi PDAM Padang itu kepada Meta yang ternyata sudah lama menanti kedatangan petugas PDAM.
“Benar ini rumah bapak Herry Setiawan?” Tanya Soni kepada pemilik rumah, karena di kilometer air itu tertera atas nama Herry Setiawan.
Meta pun langsung mempersilahkan Soni untuk duduk di atas pelanta teras rumahnya. Tanpa berbasa-basi yang panjang, mengingat berada di hari Jumat. Meta menjelaskan keluhan yang dialaminya kepada Soni.
Ternyata dugaan dari Meta itu dibenarkan oleh Soni bahwa telah terjadi kebocoran pipa yang terkubur di dalam rumah itu.
"Kalau kran air di dalam tidak hidup, sementara di kilometer tetap jalan, artinya air tetap mengalir di pipa yang mengalami kebocoran," jelas Soni.
Untuk memberikan solusi itu, Soni pun awalnya menawarkan kepada Meta untuk membuat aliran air yang baru, yang artinya pipa lama tidak dipakai lagi, dan lantai di rumah harus dipecah dan digali, untuk memasukan pipa yang baru.
Soni juga memberikan informasi perkiraan biaya bila ingin mengganti pipa di dalam rumah itu dengan nilai Rp2,3 juta.
Tapi, setelah melihat kondisi ekonomi dari keluarga Meta ini, Soni pun menawarkan solusi lain yang lebih irit biaya dan tanpa harus memecah lantai rumah.
Karena Soni sadar bentul kalau rumah kontrakan itu butuh persetujuan pemilik rumah untuk dipecah lantai rumahnya, dan kemungkinan keluarga itu bisa mendapat kesulitan. Sehingga Soni menawarkan cara yang bakalan tidak membuat keluarga Zulmita jadi sulit dari sisi ekonomi.
Solusinya adalah Soni menawarkan agar pihak penghuni rumah untuk menutup aliran air dari kilometer ke pipa bagian dalam rumah. Agar Meta tetap bisa mendapatkan aliran airnya, Soni menyarankan kepada penghuni rumah untuk memasang selang air dengan panjangnya mencapai 20 meter.
"Jadi selang itu di pasangkan ke kran luar di kilometer, dan selang itu ditarik ke dalam rumah dan ujung selangnya di letak di bagian bak penampung air. Jadi meskipun dari pipa ditutup, tapi air bisa mengalir menggunakan selang," kata Soni ketika itu.
Bila cara itu diterapkan, Soni pun memberikan keyakinan kepada pemilik rumah, bahwa hal tersebut dapat mengirit pemakaian air. Karena air yang keluar dari kran luar ke selang itu adalah air yang benar-benar digunakan.
Bagi PDAM, kata Soni, kepuasaan pelanggan adalah hal yang utama. Bila tidak sanggup untuk membuat aliran air yang baru menggunakan pipa, maka PDAM harus memberikan solusi lainnya, sehingga pelanggan tetap bisa memanfaatkan air PDAM.
Ternyata setelah solusi dari Soni disetujui oleh pemilik rumah, bukanlah permintaan yang mudah baginya untuk menutup air dari kilometer ke pipa penghubung dalam rumah.
Dengan percaya diri, Soni menggunakan pakaian rapinya itu untuk menggali tanah mencari pipa kran luar penghubung pipa ke dalam rumah. Ketika itu Soni hanya menghandalkan sebuah tang yang tersimpan di dalam bagasi motornya.
Tidak lama melakukan cara itu, akhirnya Soni menemukan aliran kran luar dari kilometer tersebut. Di sini Soni pun harus mengunci kran air di kilometer, agar air tidak menembak deras ke kran dimaksud.
Nyatannya tidaklah mudah untuk mengunci kran air di kilometer tersebut, baju putih dan pakaian rapi yang digunakan oleh Soni itu nyaris basah sekujur tubuh, akibat disembur air dari kran yang begitu deras keluar.
Hal itu tidak membuat Soni mundur, dia pun masih tetap konsisten untuk mengunci kran tersebut agar air di kran luar itu tetap terkunci, sehingga pemasangan selang bisa berjalan maksimal.
Putaran demi putaran kunci inggris yang digunakan Soni, akhirnya air yang deras itu berhasil kunci. Kondisi Soni pun terlihat tidak serapi awal tadi, padahal jam telah menunjukan pukul 11.30 Wib dan tidak lama lagi masuk waktu salat Jumat.
Berselang 20 menit, usaha Soni ternyata berjalan lancar. Selang 20 meter yang dibeli oleh pemilik rumah telah tersedia.
Soni pun menolong pemilik rumah itu untuk memasangkan selang dari kran luar dan hingga menunjukan cara agar selang yang dimasukan ke dalam rumah tetap terlihat rapi dan tidak terinjak saat aktivitasi di dalam rumah.
"Kalau bekerja itu, harus sampai sudah. Saya perkirakan dua atau tiga bulan kedepan pemilik rumah sudah bisa melihat perubahan tagihan air yang sesuai pemakaian dari pemilik rumah," ucapnya.
Tips Mengatasi Supaya Pipa Air di Rumah Tidak Bocor
Soni pun menjelaskan ada penyebab sehingga pipa air di dalam rumah itu bisa bocor atau bahkan pecah.
Pertama ketika bukaan kran di kilometer di luar besar, sementara bukaan kran di dalam rumah kecil, maka hal itu lama kelamaan bisa membuat kran pecah. Apalagi aliran air di kawasan Air Pacah itu cukup kuat, sehingga dengan cara yang demikian dapat merusak pipa air di dalam rumah.
Logikanya seperti seseorang meniup balon, ketika tidak ada angin yang keluar, sementara angin yang ditiup selalu masuk, hingga membuat balon itu terus membesar, dan suatu ketika balon itu bisa meletus, karena tidak bisa menahan angin yang terus masuk.
"Nah cara itu tidak bagus bagi pipa air di rumah. Memang dampaknya tidak dirasakan langsung, tapi lama kelamaan akan terlihat dampaknya," sebut Soni.
Namun bila ingin tetap membiarkan kran di luar terbuka besar, agar pipa air tetap aman, maka pemilik rumah harus membuka kran di dalam rumah yang besar pula.
Serta apabila maksud untuk mengecilkan aliran air ke dalam rumah untuk mengirit pemakaian air, bukan kran dalam yang dikecilkan bukaannya, tapi kran di luar lah yang harus dikecilkan bukaannya.
Artinya, kran di dalam dibiarkan dibuka lebar, dan kran di luar dibuka lebih kecil. Dengan demikian, pemakaian air bisa lebih irit alias sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Soni, untuk pemakaian air yang wajar untuk seperti keluar Meta itu paling banyak hanyalah 20 kubik per bulannya. Dengan pemakaian 20 kubik itu maka tagihan air per bulannya berada di bawah Rp100.000 saja atau dikisaran Rp70.000 paling tinggi.
Mengingat waktu salat Jumat hampir masuk, dan Soni pun telah menghabiskan segelas teh panas yang disajikan oleh pemilik rumah, saatnya Soni untuk pergi ke masjid menunaikan salat Jumat secara berjemaah.
Terlihat pemilik rumah mulai mempersiapkan sedikit uang lelah atau untuk bisa makan siang, mengingat pemilik rumah tidak sempat menyajikan makan siang, karena waktu salat Jumat telah masuk.
Ternyata, Soni menolak adanya pemberian uang itu, dan Soni menyatakan bahwa persoalan yang dialami oleh keluarga Meta tersebut adalah sebuah kewajiban oleh perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Padang itu.
Soni malah berpesan, jika ada pelanggan atau pemilik rumah lainnya yang mengalami hal yang sama, agar Meta bisa menyampaikan langsung ke pihak PDAM. Supaya tagihan air bisa dikendalikan atau diluar pemakaian yang sewajarnya.
Di sisi lain, dengan adanya pipa bocor itu, juga telah membuat PDAM rugi, karena aliran yang bocor itu jadi terbuang sia-sia dan tidak termanfaat sebagaimana mestinya.
Dua Bulan Usai Perbaikan
Menjalani waktu tiga bulan berikutnya setelah menggunakan selang air, nyatanya keluarga Meta benar-benar melihat tagihan airnya turun menjadi Rp80.000 dengan pemakaian air sekitar 20 kubik.
Senyum keluarga Meta pun terpancar. Dimana biasanya setiap pagi subuh merasa dibayang-bayangi tagihan air di luar kewajaran, kini setelah adanya perbaikan oleh PDAM, pengeceakan tagihan air di waktu subuh malah menimbulkan rasa syukur oleh keluarga Meta.
"Alhamdulillah, tagihan air sudah turun. Saya rasa ini adalah jumlah tagihan yang wajar dan mungkin sesuai pemakaian. Apa yang dikatakan oleh pak Soni ternyata benar-benar terbukti," tegas Meta.
Baginya dengan kondisi perekonomian yang pas-pasan, dan dibantu oleh keringanan pengeluaran biaya tagihan air di bulan itu, membuat keluarga Meta merasa sedikit lega.
Dimana biasanya harus mengeluarkan biaya khusus tagihan air hingga Rp250.000 per bulan, kini biaya yang dikeluarkan per bulan untuk membayar tagihan air dikisaran dibawah Rp100.000 saja.
"Setidaknya kami bisa makan enak, dari kelebihan pembayaran tagihan air bulan pertama turunnya tagihan air," kata Meta dengan nada senyum.
Setelah mengalami itu, kabar baik tersebut langsung dikabarkan oleh Meta kepada Soni melalui pesan singkat yang dikirim ke nomor ponsel Soni. Rasa terima kasih atas layanan dan solusi yang bagus dari pihak PDAM yang diwakili oleh Soni adalah kata-kata yang paling utama diketikan oleh Meta kepada Soni.
"Alhamdulillah tagihan air di rumah kami telah normal. Terima kasih atas pelayanan pak Soni, sehingga saya bersama keluarga jadi terlepas bayang-bayang tagihan air setiap bulannya," tulis Meta melalui pesan singkat ke Soni.
Kini tepatnya di bulan Desember 2020, hampir satu tahun lamanya keluarga Meta menikmati dampak dari layanan PDAM itu, dimana tagihan air perbulannya tidak pernah lebih dari Rp100.000 per bulannya.
Bahkan keluarga ini pun sudah terbiasa melihat selang air yang memanjang di sudut rumah mereka, dari depan pintu rumah hingga ke bagian dapur dan kamar mandi.
Bagi Meta, yang terpenting saat ini adalah dapat meminimalisir pengeluaran. Apalagi pandemi Covid-19 masih berlangsung, sehingga perekonomian semakin menipis bila dibandingkan dalam kondisi normalnya alias sebelum adanya wabah virus dari Wuhan Cina tersebut.
Peran Aplikasi PDAM Official
Meta mengakui adanya respon yang cepat dari PDAM atas kelurahan tersebut, tidak terlepas dari layanan aplikasi PDAM Padang tersebut.
Baginya jika tidak ada aplikasi itu, maka akan memakan waktu untuk datang ke kantor PDAM Tabing. Apalagi di bulan Maret 2020 itu, wabah pandemi Covid-19 mulai melanda Sumatera Barat, sehingga layanan tatap muka pun turut dibatasi. Serta Meta juga khawatir untuk melakukan aktivitas di luar rumah, karena adanya Covid-19.
"Ya berkat adanya aplikasi juga, kalau tidak ada aplikasi ini, mungkin saya sulit cari akses komunikasi. Kalau pun bisa ke kantor, jarak dari rumah saya ke Tabing itu cukup jauh," sebut Meta.
Menurutnya pelayanan yang begitu baik dari PDAM Padang perlu terus ditingkatkan, jika bisa aplikasi PDAM Padang bisa ditingkatkan, seperti pembayaran langsung dari aplikasi tersebut.
Sebab, aplikasi yang ada saat ini hanya sekeder mengecek tagihan, dan memantau history pembayaran tagihan, serta menyampaikan kelurahan. Tapi alangkah lebih baik bila pihak DPAM menyaiapkan aplikasi itu untuk bisa langsung membayar tagihan.
Seperti yang dikatakan oleh pelanggan PDAM di Jondul Rawang Padang, Boby Febrianda, dalam era digitalisasi ini, teknologi seperti aplikasi yang dapat dipasangkan di ponsel pintar, ada baiknya bisa dilakukan berbagai layanan yang maksimal.
Menurutnya PDAM Padang perlu untuk mempersiapkan peningkatan layanan di aplikasi PDAM Padang Official tersebut untuk pembayaran tagihan. Mungkin saja bisa bekerjasama dengan dompet digital lainnya seperti Dana, LinkAja, Ovo, atau bahkan dengan aplikasi Gojek.
"Harusnya lebih ditingkatkan lagi. Jadi pelayanannya bisa maksimal diberbagai lini, dari layanan perbaikan mantap, ada baiknya pelayanan di aplikasi juga baik. Apalagi sekarang Covid-19, jadi transaksi non tunai perlu jadi inovasi juga," harap Boby.
Adanya cerita dari Boby soal PDAM ini, karena permasalahan yang dihadapi Boby tidak jauh berbeda dengan Meta. Dimana tagihan air di rumahnya bisa mencapai Rp500.000 per bulannya. Padahal penggunaan air itu hanya untuk keperluan ibu dan ayahnya yang sudah masuk usia senja.
“Awalnya saya tidak melakukan pengecekan apapun, dan saya memilih untuk melaporkan langsung ke pihak PDAM. Alasannya kawasan rumah saya itu rawan banjir, mana tahu ada penyebab lainnya,” sebut dia.
Sebelum Boby memilih untuk menyampaikan kelurahan pelanggan lewat aplikasi PDAM Padang itu, dia ternyata telah berupaya menemui petugas di Kantor PDAM Padang yang ada di Jalan Agus Salim. Tapi ketika itu, layanan di Kantor PDAM Padang harus tutup sementara waktu akibat adanya pandemi.
Namun dia tidak berhenti di saja, Boby pun mencoba mencari informasi di laman facebook PDAM Padang. Ternyata selain melihat adanya informasi gangguan air akibat adanya perbaikan di lapangn, dia juga menemukan informasi soal adanya Aplikasi PDAM Padang.
Melihat informasi itu, dengan percaya diri Boby pun mengunduh aplikasi di Play Store di android nya. Tidak sampai hitungan detik, aplikasi pun selesai di unduh dan telah mengisi sejumlah data pelanggan, dan akhirnya Boby pun mengisi laporan untuk kelurahan pelanggan.
Ternyata hanya hitungan hari, ada petugas datang ke rumahnya. Boby menceritakan ternyata permasalahan besarnya tagihan air di rumahnya itu disebabkan adanya pipa air di dalam rumahnya pecah.
Kasus yang dialami Boby ternyata sama dengan yang dialmi oleh Meta. Tapi solusi yang diambil Boby waktu itu, tidak menggunakan selang, melainkan melakukan pembuatan aliran air baru atau memasang pipa air yang baru.
Boby punya alasan untuk mengambil langkah mengganti pipa baru, karena dia berpikir sudah waktunya mungkin harus mengganti pipa yang pecah itu, sebaba sudah cukup lama pipa itu terkubur di dalam tanah.
Setidaknya bisa diukur dari usianya yang kini menginjak 31 tahun, dan kinipun ayahnya sudah memasuki masa usia senja. Ada baiknya untuk mengganti pipa yang baru, agar puluhan tahun kedepan bisa aman saat menggunakan air PDAM.
“Dari pada dibiarkan tagihan membengkak dari bulan ke bulan, mendingan ganti saja pipa yang pecah itu. Maka puluhan tahun kedepan bisa aman lagi, dan tidak was-was lagi,” sebutnya.
Ternyata, setelah petugas menggali lantai rumahnya itu, memang ditemukan adanya pipa yang pecah. Bahkan tanah ditempat pipa air itu dikuburkan di bawah lantai rumahnya itu, terlihat becek. Hal ini menunjukan bahwa selama air yang mengalir di pipa yang pecah itu telah cukup lama terjadi.
Diakui Boby bahwa petugas PDAM telah memberikan penjelasan terkait sebab terjadinya pipa air pecah di dalam tanah dan cara melakukan penggunaan air yang benar dan tidak boros.
Boby merasa terbantu adanya layanan dari PDAM itu, karena tidak hanya penanganan dari masalah saja yang dilakukan, tapi ada informasi yang diberikan terkait cara menghemat menggunakan air serta cara merawat pipa air supaya tidak pecah.
Setelah menjalani pemakaian air yang mana telah diganti ke pipa air yang baru, Boby pun mengaku bahwa dua bulan kemudia pemakaian air dan tagihannya sudah menunjukan tren penurunan.
Dimana di bulan berikutnya usai perbaikan, tagihan langsung ke nilai Rp200.000 per bulan, setelah itu di bulan selanjutnya lagi barulah tagigan air ke angka normal yakni paling tinggi Rp150.000 per bulannya.
Dengan tagihan yang demikian, Boby bersama ayahnya pun mulai merasa lega karena tagihan air nya mulai membaik. Setidak dapat mengirit biaya pengeluaran, dimana ayahnya itu masih membutuhkan biaya lainnya yakni belanja makan hari demi hari serta kebutuhan obat.
Boby rasa bersyukur setelah tagihan air di rumah orangtuanya itu kembali normal. Bahkan layaknya seperti menggunakan air diwaktu awal masuknya aliran air PDAM ke rumah orangtuanya tersebut.
Hanya saja harga tagihan air dulu dengan sekarang per kubik itu berbeda. Dulu mungkin saja ratusan rupiah per kubik air, kalau sekarang mungkin hitungan ribuan rupiah per kubiknya dengan golongan air 2C.
Kini dengan telah adanya pipa baru, Boby pun turut membantu ayahnya dalam penggunaan air yang seperlunya saja. Bahkan setiap harinya Boby harus bolak balik dari rumah istrinya di Pampangan dan menuju rumah ayanya di Jondul Rawang Padang.
“Ya ini semua karena aplikasi PDAM itu juga. Ini pengalaman saya, kalau orang lain saya kurang tahu juga. Semoga yang lain juga merasakan layanan yang sama,” tutup Boby. (*)
Oleh: Muhammad Noli Hendra
Warga Kota Padang